HORMATI AYAH – IBU MU
Kel 20:12, bunyinya: "Hormatilah ayahmu dan ibumu". Yang
kedua tertulis dalam Im 19:32, bunyinya: "Setiap orang di antara kamu
haruslah menyegani ibunya dan ayahnya ." Yang satu menyebut
"ayah" terlebih dahulu, baru "ibu". Dan sebaliknya. Artinya kedudukan ayah – ibu
; sama .
·
seorang
anak menghormati ayahnya lebih dari pada ibunya; bukankah dia sang kepala
keluarga, dan dari dia pula ia mulai belajar mengenal Allah serta
hukum-hukum-Nya.
·
Dan
jika seorang anak juga menghormati ibunya lebih dari pada ayahnya ; ini pun
wajar karena ibu yang mengandung, melahirkan, dan menyapi, merawat, karena
kedekatannya.
Tuhan menitahkan agar orang
menghormati ibu terlebih dahulu-baru ayah". "Ayah" seimbang
dengan "ibu". Betapa progresifnya!PERINTAH untuk menghormati orang tua, bagi umat Israel, sungguh sentral dan vital. Begitu pentingnya, sehingga baik berkat yang dijanjikan Allah bagi mereka yang mematuhinya, maupun hukuman yang diancamkan Allah bagi para pelanggarnya, kedua-duanya sama dahsyatnya.
Berkat yang dijanjikan jelas termuat dalam titah itu sendiri, yakni "supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu" Kel 20:12. Janji yang dahsyat, sebab tak ada berkat lain yang lebih didambakan orang, dari pada terwujudnya masa depan yang diimpikan, diperkenankan menikmati seluruh sisa usia yang panjang di "negeri idaman". Bukankah demikian?
Namun, jangan kita lupa memperhatikan ancaman kutuk-Nya! Tidak kalah dahsyat! Berbuat durhaka terhadap orang-tua, dalam pranata hukum Israel, ternyata dianggap setara dengan tindak pidana kelas berat. Bahkan disejajarkan dengan dosa yang paling serius: dosa menghujat Allah. "Orang yang mengutuki ayahnya dan ibunya, pastilah ia dihukum mati " Im 20:9; 24:15
Ams 20:20 "Siapa mengutuki ayah atau ibunya, pelitanya akan padam pada waktu gelap" . Artinya, berkat tak akan mau singgah dalam hidup seorang anak durhaka, baik dalam hidupnya di dunia ini, terlebih-lebih di akhirat nanti.
Ams 30:17 "Mata yang mengolok-olok ayah, dan enggan mendengarkan ibu, akan dipatuk gagak lembah dan dimakan anak rajawali" Artinya, sekiranya pun dalam hidupnya yang bersangkutan tidak mengalami kekurangan apa-apa, matinya akan amat hina. Tak ada orang mau merawat jasadnya. Bahkan tak ada tanah bersedia menerima jenasahnya. Mayatnya habis menjadi makanan gagak lembah dan anak rajawali.
SEMANGAT yang sama kita jumpai pula dalam Perjanjian Baru. Tuhan Yesus sendiri, yang mengecam keras ajaran pemimpin-pemimpin agama Yahudi, bahwa seolah-olah oke-oke saja orang menelantarkan kewajiban terhadap orang-tua, asalkan demi memenuhi kewajibannya terhadap Tuhan Mat 7:9-13; banyak orang bisa memberikan persembahkan kegereja berjuta-juta , tapi serupiah pun tidak diberikan kepada orang tuanya. SERAM YA!!!!!
KATA TUHAN YESUS "Kewajiban terhadap Tuhan" dan "kewajiban terhadap orang-tua" bukanlah pilihan "ini-atau-itu". Melainkan suatu kewajiban rangkap "baik-ini-maupun-itu". Mustahil orang sanggup memenuhi kewajibannya kepada Tuhan, sementara ia menelantarkan orang-tuanya.
1yoh 4:20 Firman Tuhan amat jelas dan tegas. "Barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak dilihatnya" Sebaliknya, mustahil pula orang mengasihi orang-tuanya-atau siapa saja-tetapi mengasihi sang Sumber Kasih itu sendiri, yaitu Allah, yang adalah kasih itu sendiri 1 Yoh 4:8.
Orang yang mengklaim bahwa ia mengasihi Allah tapi menutup hati terhadap sesamanya, atau sebaliknya berkata mengasihi sesama tapi tidak mengasihi Allah, adalah penipu. Paling sedikit, ia munafik. Kasihnya pura-pura, sebab bersyarat dan berpamrih. Yang dikasihinya, tak ada yang lain, hanyalah dirinya sendiri.
MELALUI kehidupan pribadi-Nya, Tuhan Yesus memberi contoh kongkrit mengenai apa artinya "menghormati orang-tua". Dari rentang usianya yang pendek-33 tahun -tak kurang dari 30 tahun Ia lalui di Nasaret. Di desa-Nya. Di rumah keluarga-Nya. Bersama orang-tua dan adik-adik-Nya. 10/11 dari seluruh hidup-Nya, Ia manfaatkan untuk "urusan keluarga". "Hanya" 1/11 Ia pakai untuk "urusan pelayanan". Tapi Ia membuktikan, betapa pelayanan-Nya tak sedikit pun berkurang nilai, makna dan dampaknya, hanya karena "kuantitas" waktu yang tersedia relatif singkat. Yang menentukan adalah "kualitas"nya.
PARA PENAFSIR ; bahwa Tuhan Yesus mempergunakan kurun waktu yang lumayan panjang itu untuk memenuhi "tanggungjawab keluarga". Dan kita tahu ; Ia anak tukang kayu; kemungkinan besar Tuhan Yesus harus bekerja menafkahi keluarganya , kemungkinan Yusuf-sang ayah dan kepala keluarga-besar telah meninggal dalam usia muda. BUKTI Alkitab cukup banyak berbicara mengenai Maria, sang ibu, tapi tak sepatah kata pun tentang Yusuf.
·
Dalam
kisah perjamuan kawin di kota
Kana Yoh 2:1-11, misalnya, Yohanes menyebutkan kehadiran Maria. Padahal
sekiranya Yusuf masih hidup, ia-lah yang lebih pantas hadir di pesta, dan
namanyalah yang patut disebut.
·
Bila
ayah telah tiada, maka anak lelaki tertualah yang mengambil alih tanggungjawab.
Dan itulah yang Yesus lakukan! Selama 30 tahun itu, bukan hanya Dia anak tukang
kayu, tapi Ia sendirilah "si tukang kayu" itu, dengan apa Ia
menghidupi keluarga-Nya. Berlatar-belakangkan "profesi"-Nya itulah,
Ia dapat berkata, "kuk yang Ku-pasang itu enak" Mat 11:30. Agaknya
spesialisasi Yesus adalah membuat "kuk". Dan hasil pekerjaan-Nya
prima; "enak" dipakai.
Tidak kurang dari 30 tahun,
menunggu sampai adik-adikNya mampu mandiri, Yesus mewujudkan darma-bakti-Nya
kepada orang-tua dan keluarga. Darma-bakti yang terus diperlihatkan-Nya sampai
ketika Ia sudah berada di batas ajal! Yoh 19:26-27.MENGHORMATI orang tua, kita tahu, bukan hanya kebajikan yang eksklusif Israel. Kebajikan ini bersifat universal. Legenda-legenda yang kita warisi, seperti si Malin Kundang misalnya, membuktikannya. Konfusianisme, apa lagi. Menurut ajaran ini, tidak ada yang lebih keji dari pada perbuatan seorang anak durhaka yang tidak berbakti kepada orang-tua.
Kata-kata Paulus begitu tegas dan jelas. "Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu - ini adalah perintah yang penting ." Efs 6:1-3 karena ini merupakan urat nadi utama peradaban manusia. Ketika orang kehilangan rasa hormat kepada apa pun dan kepada siapa pun, maka hancur lebur pulalah peradaban serta merta. Pasti!
Perintah menghormati orang-tua menegaskan, bahwa ada yang mesti kita hormati di bumi ini. Yang kita hormati semata-mata karena mereka adalah ayah dan ibu kita. Ya, betapa pun buruk penampilan mereka! Betapa pun tak membanggakannya prestasi mereka bagi prestise kita! Bukankah ini adalah bayangan dari hormat kita kepada Tuhan? Yang wajib kita hormati, semata-mata karena Ia adalah Tuhan. Sikap yang lahir dari cinta yang murni.