Senin, 29 Oktober 2012
IRI HATI....
Baca: 1 Korintus 3:1-10
Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi? —1 Korintus 3:3
Ada suatu kisah yang menceritakan tentang dua orang pemilik toko yang saling bersaing. Mereka menghabiskan waktu hari demi hari dengan saling melacak usaha masing-masing. Jika yang satu mendapat pelanggan, ia akan tersenyum penuh kemenangan dengan maksud menyindir saingannya.
Suatu malam seorang malaikat muncul di dalam mimpi salah satu dari mereka dan berkata, “Aku akan memberikan apa saja yang kau minta. Namun, apa saja yang kau terima, sainganmu itu akan menerimanya dua kali lipat. Apa keinginanmu?” Pria itu mengerutkan keningnya, lalu berkata, “Buatlah mataku buta sebelah.” Sungguh ini suatu bentuk iri hati yang paling buruk!
Perasaan iri hati yang merusak diri sendiri berpotensi besar memecah belah jemaat di Korintus. Jemaat ini telah menerima Injil tetapi mereka tidak memberi kesempatan kepada Roh Kudus untuk mengubah hati mereka. Akibatnya, mereka saling iri hati, dan ini menyebabkan terpecahnya kebersamaan mereka. Paulus melihat iri hati mereka sebagai tanda ketidakdewasaan dan keduniawian (1 Kor. 3:3). Jemaat di Korintus tidak bersikap layaknya orang-orang yang hidupnya telah diubah oleh Injil.
Salah satu indikator yang paling jelas bahwa Roh Kudus sedang bekerja dalam hidup kita adalah ketika kita merasa puas dan bersyukur atas apa yang kita miliki. Dengan demikian, daripada diliputi oleh rasa iri hati, kita dapat dengan tulus menghargai karunia dan berkat yang diterima orang lain.
Allah, Engkau begitu baik! Engkau telah menyediakan seluruh
kebutuhan kami, bahkan yang lebih dari itu. Tolong kami untuk
merasa puas dengan apa yang kami miliki, dengan menyadari bahwa
tanpa-Mu kami tak memiliki baik napas maupun hidup ini sendiri.
Iri hati dapat diobati dengan sikap mengucap syukur kepada Allah.