Salah seorang yang saya kenal dekat sedang bermasalah dengan ibunya. Pengalaman masa lalu ternyata meninggalkan bekas yang sangat dalam bagi dirinya. Meski sekarang ia sudah tumbuh dewasa, ia belum juga dapat melepaskan diri dari luka yang timbul lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Ia tahu bahwa ia butuh ibunya, ia bersyukur atas segala pengorbanan ibunya agar ia mampu mengenyam pendidikan hingga lulus kuliah, tetapi luka itu ternyata terus membekas dan menyakitinya. Ia terus bersikap dingin, kehilangan sukacita setiap kali ia melihat ibunya. "Saya tahu ia menyayangi saya, dan saya tahu saya seharusnya pun demikian, tetapi saya tidak bisa mengatasi rasa itu.." katanya. Seperti itulah ketika kepahitan tumbuh dalam diri kita. Kita seringkali tidak sanggup berbuat apa-apa dalam menghadapi hal itu. Kita tahu bahwa itu salah, kita ingin bisa mengampuni dan membuka lembaran baru, tetapi kita tidak sanggup melakukan apa-apa untuk mengatasi hal itu. Kepahitan bisa menimbulkan banyak masalah , bukan saja kepada pribadi yang mengalaminya tetapi juga bisa berdampak pada banyak orang lain.
Sebuah akar pahit dalam diri kita pun demikian. Jika kita terus biarkan, akar itu akan terus tumbuh semakin dalam dan luas menusuk hati kita, sehingga pada suatu ketika akhirnya menjadi sangat sulit untuk dicabut. Tidak jarang orang harus menempuh waktu konseling yang cukup panjang disertai pelepasan agar bisa terlepas dari kepahitan ini "pemulihan hati".
Lihatlah kepahitan mampu membuat orang kehilangan pegangan atau harapan dan bisa mengarah kepada sikap sinis bahkan kasar terhadap Tuhan.
Naomi. "Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku.Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku. Mengapakah kamu menyebutkan aku Naomi, karena TUHAN telah naik saksi menentang aku dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku." Rut 1:21-22.
Demikianlah ketika kepahitan menguasai diri kita. Bagaimana mungkin kita bisa maju, bertumbuh dalam melakukan segala sesuatu ketika kita terikat erat oleh akar pahit yang terus membebani diri kita.
Itulah sebabnya secepat mungkin kita harus melepaskan diri sebelum akar itu terlanjur menghujam jauh ke dalam hati dan membelenggu diri kita.
Begitu juga dengan Mikhal istri Daud , anak Saul, ia kepahitan dengan Daud, hingga mengejek Daud yang pulang berperang. 2 sam 6:13-14, 2sam 6:16-23
Ibr 12:15 "Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan Kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang." . Agar kita bisa mencegah tumbuhnya akar pahit, yang bukan saja merugikan diri sendiri tapi juga mampu menimbulkan masalah dan mencemarkan banyak orang, kita harus senantiasa melekat erat pada kasih karunia Allah. "Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu sekalian! Amin." Why 22:21.
Sedalam apapun akar pahit itu sudah terlanjur menusuk hati kita, ingatlah bahwa kita harus terus belajar untuk mengampuni. Tuhan Yesus berkata "ampunilah dan kamu akan diampuni." Luk 6:37.
Lebih lanjut dikatakan pula: "Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu. Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.. Mark 11:25-26
Betapa pentingnya bagi kita untuk melepaskan pengampunan. Tidak peduli sebesar apapun kekecewaan atau sakit hati kita terhadap seseorang, Tuhan mau kita mengampuni mereka. Mengampuni sepenuhnya, forgive and forget. Mungkin rasa sakit itu begitu luar biasa sampai kita tidak mampu berbuat apa-apa untuk mengatasinya, tetapi kita bisa belajar untuk mengandalkan Tuhan. Serahkan sepenuhnya kepada Tuhan dan biarkan Roh Kudus bekerja dalam diri anda. Itu akan memampukan anda untuk melakukan hal tersulit yang terlihat tidak mungkin sekalipun, termasuk dalam hal memberi pengampunan.
JESUS LOVE U