SABAR
JALANI HIDUP DENGAN KESABARAN
Seorang anak mengeluh pada ayahnya, “Άķu capek, sangat capek.
Aku belajar mati-matian sedang temanku dengan enaknya menyontek. Aku mau menyontek saja!
Aku capek karena aku harus terus membantu ibu, sedangkan temanku punya pembantu.
Aku capek karena aku harus menabung, sedangkan temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung.
Aku capek karena aku harus menjaga lidahku, sedangkan temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati.
Aku capek ayah, aku capek menahan diri. Mereka terlihat senang, aku
ingin bersikap seperti mereka ayah!” sang anak mulai menangis.
Sang ayah TERSENYUM & mengelus kepala anaknya, ”Anakku, ayo ikut ayah”.
Mereka menyusuri jalan yang JELEK, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang.
Ayah, Mau kemana kita? Aku tidak suka jalan. Lihat sepatuku jadi kotor,
kakiku luka karena tertusuk duri. Badanku dikelilingi oleh serangga,
berjalanpun susah karena banyak ilalang. Aku benci jalan ini ayah,”
anaknya terus mengeluh.
Akhirnya mereka sampai dí sebuah telaga
yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu-kupu,
bunga-bunga yang cantik, dan pepohonan rindang.
Wah, tempat apa
ini ayah? Aku suka tempat ini! Kemarilah anakku, ayo duduk disamping
ayah. Anakku, taukah kau mengapa disini begitu sepi padahal amat indah.
Itu karena orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek padahal mereka tau
ada telaga disini. Mereka hanya kurang sabar dalam menyusuri jalan ini.
”Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap
baik, butuh kesabaran dalam kejujuran, butuh KESABARAN dalam bertindak
agar kita mendapat KEMENANGAN.”
HIDUP adalah PERJUANGAN untuk MENGENDALIKAN dan MENGALAHKAN DIRI.