SEPERTI APA YANG KAU PIKIRKAN ....
Suatu
hari ada seorang penulis terkenal Чğ sedang berlibur di suatu desa.
Desa itu sangat terpencil dan bahkan sangat jarang dikunjungi oleh
wisatawan.
Dia ingin menjernihkan pikirannya agar tulisan² Чğ akan dibuatnya bisa lebih segar.
Di desa itu hanya terdapat tiga toko kecil. Dia tertarik untuk
mengunjungi ketiga toko itu. Dihampirinya toko Чğ pertama. Toko
berdinding bambu itu tampak sepi. Kacanya sangat berdebu dan kelambunya
berwarna abu-abu. "Toko ini tampak kotor sekali, sepertinya tak pernah
dirawat" guman sang penulis saat memasuki toko itu.
"Selamat
sore" sapa sang penulis. "Sore" jawab seseorang yang berada di balik
meja kasir dengan nada malas. "Hai anak muda, apa kau kurang kerjaan
sehingga mendatangi toko ini? Sepertinya kau bukan warga desa ini" kata
orang di toko itu dengan sinis.
"Oh, iya. Saya memang bukan warga disini. Saya dari Kota. Perkenalkan nama saya Tom" kata Tom sambil mengulurkan tangannya.
"Saya John pemilik toko ini" jawab orang itu.
"Jangan heran bila kau melihat tak satu orang pun berkunjung ke tokoku.
Hal ini sudah terjadi setiap hari. Dan aku sangat malas berada di
tempat ini. Dan lebih baik kau pergi dari sini karena aku sedang malas
melayani pengunjung" kata pemilik toko.
Penulis itu pun pergi
meninggalkan toko itu dengan perasaan yang sedikit bingung karena baru
kali ini dia bertemu pemilik toko yang tidak ingin tokonya dikunjungi
orang. Lalu dia menghampiri toko kedua yang berada diseberang jalan.
Toko itu tampak terawat, terlihat dari kaca dan kelambunya Чğ bersih.
"Halo selamat sore" sapa seorang perempuan yang berada di dekat pintu masuk.
"Sore, apa anda pemilik toko ini?" tanya penulis itu.
"Iya, benar. Ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita itu.
"Oh, saya hanya berjalan-jalan saja dan kebetulan melewati toko anda. Jadi saya menyempatkan untuk mampir" jawab penulis itu.
Wanita pemilik toko itu menghela napas panjang.
"Ya beginilah tokoku. Selalu sepi. Setiap pagi aku bangun dan
mempersiapkan kelengkapan toko. Selalu memasak untuk pengunjung yang
belum tentu datang. Saya sangat capek dengan rutinitas ini. Belum lagi
bila mereka tidak puas dengan makanan yang aku sajikan, yang ada aku
malah rugi karena mereka pergi tanpa membayar. Sepertinya yang aku
lakukan adalah sia-sia."
Penulis itu sudah satu jam
mendengarkan semua keluh kesah dari wanita itu. Penulis itu menjadi
sangat sedih hatinya dan ingin segera meninggalkan desa itu. Baginya,
itu adalah desa terburuk Чğ pernah dia kunjungi. Desanya sangat suram
dan warganya pun sangat tidak bersemangat. Tak heran bila desa itu
begitu sepi dan jarang dikunjungi oleh wisatawan.
Di ujung
jalan dia melihat sebuah toko kecil. Sangat sederhana. Sebenarnya
penulis itu sangat malas untuk memasuki toko itu, karena dia akan
mendengarkan keluh kesah lagi dari pemilik toko itu seperti Чğ dia alami
sebelumnya. Tapi dia sangat lapar, dan terpaksa dia mencari makanan di
toko itu.
"Selamat sore, Pak" sapa penulis itu kepada seorang
lelaki tua Чğ sedang menyirami bunga di depan toko itu. "Selamat sore,
anak muda. Selamat datang di toko kecilku" jawab lelaki tua itu dengan
tersenyum ramah.
"Wah, toko anda sepi juga ternyata" kata penulis itu.
Lelaki tua itu tersenyum, lalu mengambil semangkok pangsit dengan taburan ayam di atasnya.
"Makanlah pangsit ini, sepertinya kamu lapar"
Penulis itu sangat heran. Dia belum memesan apapun tapi lelaki tua itu
sepertinya tahu bahwa perutnya sudah sangat keroncongan. Tanpa banyak
berkata-kata, pangsit itu pun dilahapnya.
"Desa ini memang
sepi, Nak. Jadi jangan heran kalau tak banyak pengunjung di tempat ini.
Semua itu sudah diatur oleh Tuhan, aku hanya berusaha untuk menjalaninya
dengan baik. Aku ada di desa ini pun karena sudah sesuai dengan
kehendak-Nya. Aku bersyukur mempunyai toko ini. Meskipun tidak besar,
tetapi aku masih bisa berguna bagi orang lain" kata lelaki tua itu
sambil tersenyum.
Penulis itu sangat terkejut dengan perkataan lelaki tua itu. "Berguna bagi orang lain?"
"Bukankah pangsit buatanku sangat berguna bagi perutmu yang kelaparan?"
kata lelaki tua itu, masih tetap dengan senyumannya yang ramah.
"Aku selalu bersyukur terhadap semua yang aku miliki. Aku juga bersyukur
bila tokoku yang sepi ini karena aku bisa meluangkan waktuku untuk
berdoa, membuat kue membuat kerajinan, dan dapat menemanimu mengobrol.
Aku percaya bahwa segala sesuatu akan indah tepat pada waktunya. Aku
hanya menunggu Tuhan menepati janji-Nya."
Hati penulis itu
menjadi bergetar. Dia telah mendapatkan energi dan suntikan semangat
yang baru dari lelaki tua itu. Saat itu juga dia mendapatkan bahan yang
sangat luar biasa untuk menulis. Dan dia sangat yakin bahwa bukunya kali
ini akan sangat laris melebihi buku-buku yang pernah dia terbitkan.
"Saya akan kembali ke kota malam ini juga. Dan anda akan menjadi sangat
terkenal. Sebentar lagi desa ini akan sangat ramai. Toko anda akan
ramai dengan pengunjung. Bersiaplah untuk semua perubahan itu" kata
penulis pada laki-laki tua itu.
Lelaki tua itu tampak kebingungan dan tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh penulis itu. "Maksud anda?"
"Perkenalkan, nama saya Tom. saya adalah penulis yang terkenal di kota.
Dan saya akan menuliskan tentang anda di buku saya. Kisah anda akan
menjadi buku terlaris di kota. Sepertinya kau tak perlu berlama-lama
lagi untuk menanti janji Tuhan karena sebentar lagi berkatmu akan
melimpah" kata penulis itu dengan penuh semangat.
Beberapa
bulan kemudian, desa kecil itu menjadi sangat terkenal. Dan semua orang
berbondong-bondong ingin bertemu lelaki tua yang berada di dalam buku
berjudul "Ucapan Syukur Itu adalah Sumber Berkat".
Tuhan telah memberkati lelaki tua itu yang dalam hidupnya penuh dengan ucapan syukur.
Filipi 4:6, "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga,
tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa
dan permohonan dengan ucapan syukur."