Senin, 29 Oktober 2012

PERTOLONGAN DATANG DARI TUHAN

Pagi ini, aku bangun dengan perasaan gelisah dan tak bersemangat. Benar-benar kacau. Yang kupikirkan cuma ketidakmampuanku. Aku tidak tahu bagaimana caranya memberitakan Injil dengan mulut bibirku. Aku tidak pandai menggambar, tidak bisa baca not balok. Aku hanya bisa main drum. Tetapi, siapa sih yang main drum sendirian? Siapa yang mau mendengar musik yang isinya cuma dentuman drum? Tidak ada yang menciptakan musik yang dimainkan oleh drum saja. Lagipula, aku diberitahu kalau karya tulisku tidak memenuhi standar yang diharapkan—padahal aku selalu merasa aku sudah menulis dengan baik. Aku merasa begitu tidak berguna. Namun aku tahu, di dalam setiap situasi kita dihadapkan pada dua pilihan. Kita bisa memilih untuk melawan Allah dengan jalan mempertanyakan kehendak-Nya dalam keadaan itu, atau sebaliknya, kita bisa percaya bahwa Dia tahu apa yang terbaik untuk kita dan akan memakai keadaan itu untuk membentuk kita semakin serupa dengan-Nya. Sebagian orang menjadi semakin dekat dengan Allah melalui ujian yang dihadapi mereka, dan aku salah satunya. Ketika aku menyadari bahwa aku tidak bisa mengandalkan kekuatanku sebagai manusia, pada saat itulah aku sadar aku harus mengandalkan kekuatan Allah. Setelah itu aku naik ke kereta untuk berangkat kerja. Saking penuhnya kereta itu, rasanya aku sedang ada dalam sebuah kaleng. Perasaanku tidak membaik saat aku di tempat kerja. Aku merasa seperti sebuah robot yang diprogram cuma untuk menghasilkan apa saja yang diharapkan dari diriku. Tidak ada yang peduli apa yang terjadi padaku atau apa yang sedang kupikirkan. Atasanku hanya mau aku melakukan apa yang mereka perintahkan. Pergumulan ini bukanlah yang pertama. Kegalauan diam-diam menyelinap di hari yang buruk seperti hari ini dan menguasaiku pada saat aku sedang terpuruk. Aku mau dikenal atas apa yang bisa kuberikan, bukan atas apa yang tidak mampu kulakukan. Aku mau meyakini kalau aku ini benar-benar hidup, dan hidupku berarti buat seseorang. Aku mau dicintai, didengarkan dan dianggap sebagai orang yang mampu memberi pengaruh. Aku mau meyakini kalau ada orang yang peduli padaku, dan aku pun berarti buat seseorang. Aku mau meyakini kalau aku benar-benar bisa memberi dampak positif walaupun aku penuh kegagalan dan kelemahan. Aku mau meyakini kalau Allah mau memakai diriku. Menurut standar dunia ini, jika kita gagal mengerjakan sesuatu, terutama gagal dalam bidang yang kita gemari, maka kita ini pecundang. Tetapi aku tahu lebih dari itu. Hidup bagi kita berarti membangun hubungan kita dengan Allah yang mengasihi kita. Kasih-Nya itu tidak tergantung pada apa yang bisa atau tidak bisa kita lakukan. Yang terindah dari semuanya, kasih Allah itu tidak pernah berubah. Grup musik Casting Crowns menulis sebuah lagu berjudul “Praise You in This Storm” yang diilhami dari Mazmur 121:1-2, “Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.” Benar, di tengah kegalauan hati, aku masih bisa memuji Allah karena Dialah pertolonganku. Dalam kasih-Nya yang tak berkesudahan, aku mendapat kekuatan baru untuk menghadapi hari demi hari.