Jumat, 28 Desember 2012

SAKIT - PENYAKIT

MARI KITA PELAJARI - DAN RENUNGKAN BAIK2 ... 2 TAW PASAL 14 - 16 RAJA ASA ADALAH RAJA YEHUDA, PADA MULANYA IA MEMERINTAH DENGAN KOMITMEN YANG TINGGI... - MELAKUKAN APA YANG BAIK DAN YANG BENAR DIMATA TUHAN - MENJAUHKAN/MEMECAHKAN/MENGHANCURKAN BERHALA2 - MEMERINTAH ORANG2 YEHUDA MENCARI ALLAH, MEMATUHI HUKUM DAN PERINTAH. AKIBAT DARI SEMUA ITU ; - ADA KEBANGUNAN ROHANI - KERAJAAN YEHUDA MENJADI KUAT - DAN TUHAN MENGARUNIAKAN KEAMANAN SELAMA 10 TAHUN ( PEMERINTAHAN TAHAP I ) PADA TAHAP KE II ; PADA SAAT BERPERANG MELAWAN ETIOPIA, RAJA ASA * BERSERU - BERDOA KEPADA TUHAN, * DAN BERSANDAR SEPENUHNYA KEPADA TUHAN AKIBATNYA ; HINGGA TUHAN MENGARUNIAKAN KEMENANGAN PASAL 15 ; SEORANG NABI BERNAMA AZARYA BIN ODED PENUH ROH KUDUS MENUBUATKAN RAJA ASA HARUS : - TEKUN MENCARI ALLAH - KUATKAN HATI/IMAN YANG TEGUH - SEMANGAT KARENA SEMUA ITU ADA UPAHNYA..MAKA ASA MEMPERBARUHI KOMITMENNYA DGN TEGAS ; - MENGHUKUM SETIAP ORANG YANG TIDAK MENYEMBAH TUHAN - TERMASUK IBU SURI 'MAAKHA' - DAN ASA MELAKUKAN DENGAN TULUS IKLAS SEPANJANG UMUR ARTI IA BERUSAHA KERAS, BENAR2 MEMPERJUANGKAN SEHINGGA IA MENYUKAKAN/BERKENAN DIHATI TUHAN SEHINGGA TUHAN MENGARUNIAKAN 35 TAHUN KEAMANAN NEGERINYA, KERAJAAN YEHUDA. TAPI SAYANG PADA TAHUN KE 36 RAJA ASA BERUBAH MENJADI BODOH : - IA MENGAMBIL EMAS, PERAK DARI PERBENDAHARAAN BAIT ALLAH DAN KERAJAAN BERSENGKONGKOL DAN MENYOGOK RAJA BENHADAD UNTUK MENYERANG ISRAEL. - IA TIDAK LAGI BERTEKUN/MEMPERKUAT IMAN.. - IA TDK LAGI BERSANDAR KPD TUHAN TTP KPD ORANG.. HAL INI TERJADI KARENA ; - TAKUT KALAH - TERLALU LAMA DI ZONA NYAMAN...TDK LG MELEKAT PADA TUHAN/TDK BUTUH TUHAN - JADI SOMBONG ..DITEGOR NABI 'BUKAN BERTOBAT MENYADARI KESALAHAN - MALAH MARAH DAN MENGANIAYA' PADA WAKTU ITU DATANGLAH NABI ALLAH HANANI ; MENGATAKAN PENGIHATANNYA KEPADA RAJA ASA ; - JIKA IA BERSANDAR KEPADA ALLAH , IA AKAN MENGALAKAHKAN ARAM SEPERTI ETIOPIA..TAPI KENAPA IA BODOH... - KENAPA ASA TIDAK MENGINGAT2 KEBAIKAN/PERTOLONGAN TUHAN ... KARENA KEBODOHAN NYA .... - IA SAKIT HATI - MARAH - MENGANIAYA, MEMASUKAKAN HANANI DIPENJARA - JADI SAKIT KAKI N PARAH 'TAWAR HATI-KECEWA-MALU AKHIRNYA TDK MAU MINTA PERTOLONGAN TUHAN, MALAH CARI TABIB2...MATI DE.. PELAJARAN INI ... PERENUNGAN FIRMAN TUHAN INI SANGAT BERMANFAAT, BUAT KITA MAU INGAT TERNYATA 'KALAU ADA MASALAH2 - JANGAN TAKUT, ZONA NYAMAN AKAN MEMBUAT KITA LUPA DIRI ... DAN KITA LIHAT SAKIT HATI, MARAH, APALAGI MEMBENCI HAMBA TUHAN, GAWAT AKIBAT NYA - TUHAN YANG JADI LAWAN KITA... SAKIT...DATANG DARI KESALAHAN SENDIRI, BUKAN TUHAN GAK MAU SEMBUHAN ATAU GAK SANGGUP MENYEMBUHKAN... KESOMBONGAN , KETAKUTAN, GAK TEKUN...MASIH MANUSIA DUNIAWI TUH.. BERTOBAT,CARI DIA , TUHAN AKAN MEMULIHKAN MU... JESUS LOVE U , MET TAHUN BARU 2013

BERKAT KESEMBUHAN 2013

MAZ 41 :2-4 BERBAHAGIALAH ORANG YANG MEMPERHATIKAN ORANG LEMAH! TUHAN AKAN MELUPUTKAN DIA PADA WAKTU CELAKA. TUHAN AKAN MELINDUNGI DIA DAN MEMELIHARA NYAWANYA, SEHINGGA IA DISEBUT BERBAHAGIA DIBUMI; ENGKAU TAKKAN MEMBIARKAN DIA DIPERMAINKAN MUSUHNYA! TUHAN MEMBANTU DIA DIRANJANGNYA WAKTU SAKIT ; DITEMPAT TIDURNYA. KAUPULIHKANNYA SAMA SEKALI DARI SAKITNYA. COBA PERHATIKAN DAN RENUNGKAN BAIK2 FIRMAN TUHAN INI ... WOW AMAZING BANGET.... BUKAN HANYA JANJI KESEMBUHAN DARI SAKIT TAPI +++ NYA : - BAHAGIA - DILUPUTKAN DARI CELAKA - DILINDUNGI - DIPELIHARA NYAWANYA - DIJAGA/DISERTAI ..TDK DIPERMAINKAN MUSUH/SIJAHAT - DIPULIHKAN DARI SAKIT...SEMBUH TOTAL TAPI LIHAT ADA SYARATNYA...MEMPERHATIKAN ORANG LEMAH... LAKUKAN DAN TERIMA JANJI BERKATNYA. JESUS LOVE U ALL. MET TAHUN BARU 2013

SAKIT - SEMBUH

MAZ 41 :2-4 BERBAHAGIALAH ORANG YANG MEMPERHATIKAN ORANG LEMAH! TUHAN AKAN MELUPUTKAN DIA PADA WAKTU CELAKA. TUHAN AKAN MELINDUNGI DIA DAN MEMELIHARA NYAWANYA, SEHINGGA IA DISEBUT BERBAHAGIA DIBUMI; ENGKAU TAKKAN MEMBIARKAN DIA DIPERMAINKAN MUSUHNYA! TUHAN MEMBANTU DIA DIRANJANGNYA WAKTU SAKIT ; DITEMPAT TIDURNYA. KAUPULIHKANNYA SAMA SEKALI DARI SAKITNYA. COBA PERHATIKAN DAN RENUNGKAN BAIK2 FIRMAN TUHAN INI ... WOW AMAZING BANGET.... BUKAN HANYA JANJI KESEMBUHAN DARI SAKIT TAPI +++ NYA : - BAHAGIA - DILUPUTKAN DARI CELAKA - DILINDUNGI - DIPELIHARA NYAWANYA - DIJAGA/DISERTAI ..TDK DIPERMAINKAN MUSUH/SIJAHAT - DIPULIHKAN DARI SAKIT...SEMBUH TOTAL TAPI LIHAT ADA SYARATNYA...MEMPERHATIKAN ORANG LEMAH... LAKUKAN DAN TERIMA JANJI BERKATNYA. JESUS LOVE U ALL. MET TAHUN BARU 2013

ANDALKAN TUHAN

Hidup yang mengandalkan kuasa dan rancangan manusia akan mendatangkan celaka, tetapi hidup yang mengandalkan Tuhan akan diberkati. Kitab Yesaya 28-35 yang mencatat enam ‘ucapan celaka’ (28:1; 29:1; 29:15; 30:1; 31:1; 33:1). Yesaya 31 adalah ucapan celaka kelima yang diucapkan kepada umat Yehuda yang tidak setia. Pada umumnya manusia tidak suka celaka, tetapi anehnya manusia justru lebih suka memilih celaka. Salah satu yang menyebabkan celaka adalah jika ia lebih mengandalkan manusia dibanding mengandalkan Tuhan. Umat Yehuda pada waktu itu lebih mengandalkan kekuatan militer Mesir daripada datang meminta pertolongan Tuhan (31:1). Apa yang terjadi kalau mengandalkan manusia lebih dari Tuhan? Ia akan mengalami malapetaka (31:2). Ia juga akan mengalami penghukuman Tuhan (31:3). Sebaliknya apa janji-Nya bagi orang-orang yang mengandalkan Tuhan? Nabi Yesaya memberikan dua gambaran pertolongan Tuhan. Pertama, dari sisi keras, yaitu gambaran seekor singa muda yang menggeram untuk mempertahankan mangsanya (31:4). Kedua, dari sisi kelembutan, yaitu gambaran seekor burung yang berkepak-kepak melindungi sarangnya (31:5). Oleh sebab itulah Tuhan memanggil umat-Nya untuk bertobat dalam bentuk membuang semua berhala yang dibuat oleh tangan sendiri yang berlumuran dengan dosa (31:6-7); sehingga Tuhan sendiri yang akan turun tangan menghancurkan musuh (31:8-9). Godaan percaya pada kuasa, kekayaan dan kecerdikan manusia mendatangkan celaka; namun Tuhan adalah satu-satunya yang layak dipercaya dan satu-satunya andalan yang tak pernah mengecewakan karena tak ada yang lebih dahsyat daripada Dia. Mari kita memulai tahun baru ini dengan segala rencana yang mengandalkan Tuhan dan menaruh harapan kita hanya kepada-Nya! [JS] Yeremia 17:7 “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!“

I LOVE U FOREVER

I Love You Forever Oleh: Ev. Sudiana Kalimat “I love you” adalah kalimat yang sangat universal, singkat tapi memiliki power yang sangat kuat. Hanya dengan mengucapkan kalimat ini, kita bisa membuat hati dari pasangan kita bergetar dan tiba-tiba ada perasaan yang sulit dilukiskan oleh ribuan kata-kata sekalipun memenuhi seluruh hatinya. Ketika orang tua berkata, “I love you” atau “Aku sayang kamu nak”, hal yang sama juga terjadi kepada mereka. Hati mereka mendapatkan ketentraman dan perlindungan yang sulit dilukiskan oleh pujangga hebat sekalipun. Jadi, kalimat “I love you” adalah seperti tetesan air segar di musim kering, seperti harum bunga mawar di tengah kesesakan, seperti terang bulan purnama di tengah kegelapan. Semua orang rindu untuk mendapatkan hal ini. Suami istri, apalagi yang baru menikah pasti mendengar dan mendapatkan kalimat ini hampir setiap saat. Orang tua yang baru mendapatkan bayi juga pasti membisikkan kalimat ini di telinga sang bayi berkali-kali sambil mencium gemas sang buah hati. Kalimat “I love you” sanggup membawa suasana kebahagiaan bagi segala usia. Namun, pada saat rumah tangga mulai dihadang badai, perahu rumah tangga terombang-ambing di tengah samudera masalah, adakah kalimat “I love you” sesekali terdengar ? Ketika sang buah hati mulai pandai membantah, sang bayi yang dulu menggemaskan telah tumbuh menjadi anak yang lihai dalam melawan orang tua, pandai berbohong, juara dalam menjadi anak yang malas serta menghindar dari pekerjaan yang ditugaskan, adakah kalimat “I love you” ini tetap memiliki power ? Rasanya kalimat ini tiba-tiba hilang begitu saja seperti melarikan diri dari rumah tangga !!! Hilang tanpa meninggalkan jejaknya. Untuk itu, alangkah baiknya jika setiap orang menambahkan satu kata lagi di belakang kalimat yang powerful ini menjadi “I LOVE YOU FOREVER” !!!. Karena kata FOREVER berarti selamanya kita akan mencintai orang tersebut. Selamanya sang suami akan mencintai istrinya sekalipun ada gunung masalah yang harus dilaluinya. Selamanya sang istri akan mencintai suaminya, sekalipun harus melewati lembah kekelaman yang sangat dalam. Selamanya orang tua akan mengasihi anak-anaknya sekalipun sang anak rasanya tidak tahu lagi cara berterima kasih kepada orang tuanya. Kiranya kalimat “I LOVE YOU FOREVER” ini mampu membantu bahtera-bahtera keluarga yang sedang berjuang keras di tengah-tengah hantaman gelombang masalah dan tiupan angin badai yang sangat kencang. Sekalipun di tengah gelora masalah ucapan ini hilang terbawa badai, tetapi kalimat ini telah diukir dalam hati setiap kita oleh tangan Tuhan yang penuh kasih ... I LOVE YOU FOREVER !!!

Sabtu, 22 Desember 2012

SELAMAT HARI IBU

IBU KAU SEPERTI BINTANG, WALAUPUN KAU JAUH SINAR MU TETAP TERLIHAT. SESIBUK APAPUN, KAU SELALU UTAMAKAN KELUARGA. I LOVE U MOM, JESUS LOVE U

SELAMAT HARI IBU

IBU KAU BAGAIKAN BINTANG YANG TERANG , SINAR MU TAMPAK WALAU PUN JAUH. SESIBUK APAPUN KAU SELALU UTAMAKAN KELUARGA. HAPPY MOTHER'S DAY. I LOVE U MOM , JESUS LOVE U .

Senin, 17 Desember 2012

ANGKATLAH WAJAHMU

Lukas 21:25-28 Takut dan cemas adalah penyakit dunia hari-hari ini. Dimana-mana kita jumpai banyak orang, baik yang tua, muda, kaya dan miskin hidup dalam ketakutan dan kecemasan. Efeknya: Keluarga; Ketika suami atau istri stress, keluarga jadi mudah ribut. Ekonomi; Orang berpikir bahwa jika punya uang, maka punya segala-galanya. Uang menjadi raja dalam hidupnya, sehingga banyak orang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang, diantaranya dengan cara korupsi, kawin dengan orang yang kaya walaupun orang itu jauh lebih tua. Dunia roh; Orang makin tertarik dengan hal-hal mistik. Orang berpikir jika dia berhubungan dengan paranormal, dukun dan lainnya, dia bisa mendapatkan uang yang banyak, mendapatkan kedudukan yang baik, bisa terkenal, dan lain-lain. Penyakit; Penyakit semakin hari semakin parah. Dimana ada stress, maka penyakit akan merajalela. Tetapi sukacita dalam Tuhan adalah kekuatan dari Tuhan. Alkitab berkata bahwa hati yang gembira adalah obat. Orang yang tenang dan banyak bersyukur umurnya lebih panjang. II.BERKAT ORANG PERCAYA Bagi orang percaya :ANAK MANUSIA DATANG DALAM KEMULIAAN(ayat 27). Di tengah situasi dunia yang kacau dan menakutkan, orang dunia bisa takut dan cemas, tetapi orang percaya tidak akan cemas karena Alkitab katakan bahwa Anak Manusia akan datang dalam kemuliaanNya. Seribu boleh rebah di sisi kirimu, dan sepuluh ribu di sisi kananmu, tetapi itu tidak akan menimpa orang percaya. Orang percaya akan melangkahi anak singa dan ular naga, orang percaya akan menginjaknya, malapetaka tidak akan menimpa kita dan tulah tidak akan mendekat dalam kemah kita. Apa artinya Dia datang dalam kemuliaan? Allah datang untuk memilih kita dari dunia yang gelap ini. Oleh karena itu Allah bertanggung jawab bagi kita. Allah memberkati. Setelah Allah pilih kita, Allah akan memberkati kita. Allah memberi karunia. Allah tidak hanya puas dengan memberkati karena berkat bukanlah goal (tujuan akhir) Allah, tetapi Allah mau hidup kita berguna sehingga Dia memberikan kita karunia. Allah memberi kuasa. Allah memberi kuasa kepada kita supaya kita dapat berjalan dalam kemuliaan, supaya kita dapat berjalan sebagaimana yang Kristus kehendaki, supaya ditempat Yesus berada, kita bisa berada untuk selama-lamanya Jadi Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan pada waktu dunia dalam keadaan takut, bingung dan gelisah. III. TUGAS ORANG PERCAYA BANGKIT & ANGKATLAH MUKAMU (ayat 28) Tidak ada yang bisa membangkitkan kita dari masalah dan persoalan kita, kecuali diri kita sendiri. Hamba Tuhan bisa saja mendoakan kita tetapi kalau kita tidak mau bangkit, maka tidak akan ada kemenangan. Di dalam Alkitab, waktu Yesus menyembuhkan orang sakit, berkali-kali Yesus berkata "Bangkit, angkatlah tilammu". Yesus tidak akan pernah melakukan mujizat jika kita sendiri tidak mau bangkit. Memang doa orang benar memberikan semangat kepada kita untuk bangkit, tetapi kita sendirilah yang harus bangkit. Saat ini bukan saat kita untuk memikirkan betapa beratnya beban hidup kita. Karena semakin kita memikirkan masalah kita, maka hidup kita akan semakin terasa berat. Tetapi jika kita ada semangat untuk bangkit, maka Allah tidak akan pernah mengecewakan kita. Selama kita punya semangat untuk bangkit, perkara-perkara besar tersedia bagi kita. Orang-orang yang Tuhan pakai, bukanlah orang-orang yang terus menangisi masalahnya, tetapi orang-orang yang mengerti bahwa Allah adalah sumber kekuatannya. Sadrakh, Mesakh dan Abednego berkata, "Kalau Allah yang kami sembah sanggup menolong kami, Dia akan menolong kami, tetapi jika tidak, maka untuk menyembah dewa tuanku, kami tidak mau". Mereka punya prinsip bahwa Allah adalah Tuhan yang tidak akan pernah mengecewakan, Dia akan menolong tepat pada waktunya. Selama kita punya prinsip yang teguh di dalam iman kita, Allah tidak akan pernah mempermalukan anak-anakNya yang berharap kepadaNya. BANGKIT ; Artinya bangkit adalah berbuat sesuatu yang baik : Bagi kita. Artinya berbuat sesuatu yang baik bagi kita. Kita seringkali berbuat yang jelek dalam hidup kita. Kita hidup dengan emosi, makian, bentakan, dosa, perzinahan, kita buat sesuatu yang tidak baik. Itulah yang membuat kita jatuh, hancur dan binasa serta terhilang. Bagi orang lain/dunia. Hidup Kristen harus mulai berbuat sesuatu bagi dunia. Dunia sudah terlampau lama dikuasai oleh kuasa kegelapan. Ini saatnya kita bangkit berbuat sesuatu yang baik bagi dunia. Bagi pekerjaan Tuhan. Sementara kita berbuat sesuatu yang benar untuk pekerjaan Tuhan, tanpa kita sadari Allah buat segala yang dahsyat dalam hidup kita. ANGKATLAH MUKAMU : Tidak lagi tertunduk; Mengangkat muka artinya tidak lagi tertunduk. Orang yang berjalan tertunduk adalah orang yang stress dan orang yang malu. Orang malu karena hidupnya gagal, hidupnya tidak benar sehingga harus jalan selalu tertunduk. Hidupnya tertekan, merasa gagal dan merasa tidak punya potensi serta tidak bisa berbuat apa-apa, karena apa yang terjadi tidak seperti yang dia harapkan. Setan telah membuat banyak orang percaya berjalan dalam kondisi tertunduk. Kita tahu Yesus kita dahsyat tetapi kita berjalan tertunduk. Waktu untuk tertunduk sudah lewat, Allah mengangkat wajah kita. Kita tidak lagi kecewa dengan pergumulan, kita tidak lagi dikuasai rasa malu. Hidup dalam kebanggaan; Mengangkat muka artinya hidup dalam kebanggaan. Orang yang menatap artinya bangga, dia tidak perlu kecil hati. Kita bangga karena Allah tidak pernah mempermalukan kita, kita bangga bukan kita tidak punya masalah, tetapi dalam setiap masalah, kita punya jawaban. Kita bangga karena ditengah penderitaan kita hari ini, besok kita akan menerima mahkota yang Tuhan sediakan. Bersukacita untuk janji-janji Tuhan; Orang yang menangkat muka adalah orang yang bersukacita. Orang yang bersukacita bukan karena kita lihat, tetapi karena ada janji yang dahsyat. Janji Allah tidak seperti janji manusia yang selalu diingkari. Janji-janji Allah adalah ya dan amin. PENYELAMATANMU SUDAH DEKAT : Tugas orang percaya adalah berjalan dalam iman dan pengharapan. Kalau kita berada di dalam Kristus, kita tidak usah kuatir. Bapa menggendong kita. Oleh karena itu kita aman dalam genggamanNya. IV.PENUTUP Berjuanglah dengan bangkit dan mengangkat muka kita! Setiap orang percaya, seberat apapun masalah yang kita hadapi, bangkit!, jangan lemah. Angkat muka kita karena Allah tidak akan mempermalukan orang yang berharap kepadaNya JESUS LOVE U

Selasa, 11 Desember 2012

MAKNA NATAL...2

Karena Allah sedemikian mengasihi isi dunia ini, sehingga Ia telah memberikan AnakNya yang Tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh.3:16). Itulah kabar baik yang sangat penting dan mendasar diwartakan di dalam Injil Yohanes. Dengan perkataan lain, manusia yang seharusnya binasa karena dosa, beroleh pengampunan dan keselamatan yang pasti. Sesungguhnya, keselamatan dan hidup kekal tersebut adalah suatu anugerah yang sangat berharga yang tidak mungkin dapat dibeli dengan uang atau dicapai dengan kemampuan manusia. Hidup kekal tersebut, juga tidak dapat diberikan oleh agama dan keyakinan apapun. Namun, sangat disayangkan, sekalipun berita Alkitab tersebut sangat jelas, dalam kenyataannya, banyak orang yang setelah merayakan Natal tetap saja tidak memiliki keyakinan akan pengampuan dosa serta kehidupan yang kekal. Hal itulah yang pernah disaksikan oleh seorang ibu . Ketika seorang pendeta bertanya ke mana jiwanya setelah meninggal, dengan ringan ibu tersebut menjawab: “Tidak tahu”. Kiranya hal seperti itu tidak terjadi kepada kita semua. Sebaliknya, kita menunjukkan bahwa sesungguhnya segala kesibukan tersebut di atas keluar sebagai ungkapan syukur karena telah mengalami karyaNya yang sangat ajaib tersebut.

MAKNA NATAL ...1

“Christmas means a different thing for a different person” Natal memiliki makna yang berbeda untuk orang yang berbeda. Saya kira pernyataan tersebut tidak dapat disangkal. Saya bersyukur pernah pergi ke singapur pada bulan desember , yaitu sebuah negara yang sangat sekuler. Dalam kurun waktu tersebut, saya menyaksikan bagaimana negara tersebut sedemikian meriah dan indah pada bulan Desember. Sejak akhir bulan November, lagu-lagu Natal sudah terdengar, baik di hotel, restoran dan pusat-pusat perbelanjaan. Suasananya memang sangat jauh berbeda dari bulan-bulan sebelumnya. Namun apa artinya semua itu? Menurut pengamatan saya, Natal lebih bernuansa business dari pada kerohanian. Barangkali, untuk seorang anak kecil, Natal berarti hadiah, di mana pada saat Natal, dia selalu mendapatkan barang baru, seperti baju baru, sepatu baru. Tanpa semua itu, rasanya, Natal belum tiba. Hal seperti itu juga yang menjadi pengalaman penulis di masa kecil. Bagi aktivis Gereja, barangkali Natal berarti melakukan berbagai macam kesibukan, mulai dari menghias Gereja dengan berbagai dekorasi yang indah dan asesoris yang mahal, termasuk menghias pohon terang. Selain itu, ada juga kesibukan paduan suara, latihan drama, latihan menari atau berbagai jenis aktivitas lainnya. Memang, dalam kenyataannya, aktivitas anggota jemaat meningkat tajam selama Desember.

EMAS ATAU ARANG

Antara Menjadi Emas dan Menjadi Arang Alangkah senangnya jika terlahir sebagai emas yang keberadaannya selalu diidam-idamkan dan dinanti- nanti. Semua orang ingin menyentuhnya, memilikinya dan sangat bangga bila berada di dekatnya karena nilainya yang amat tinggi. Tak heran jika emas dijuluki sebagai logam mulia, karena kedudukannya yang amat tinggi di mata manusia. Banyak sekali manusia berkelahi memperebutkannya dan bahkan tak jarang sampai saling membunuh. Adapun terlahir sebagai arang, agaknya kalau dapat akan dihindari oleh setiap insan. Sejak lahir jangankan digendong, disentuhpun tidak karena rasa takut akan terkotori olehnya. Mengenai nilainya, jangankan satu gram, satu karung pun masih banyak orang yang dapat memilikinya. Keberadaannya pun terkadang tidak terlalu dirasakan. Namun, semahal-mahalnya emas jika ia berada di lingkungan yang salah dia akan rusak. Emas bila terkena merkuri (air raksa) akan kehilangan nilainya. Emas ketika tersebar dan bercampur dengan tanah tidaklah ada nilainya. Adapun arang, apabila ia berada di tempat yang sangat dingin, dimana orang sangat membutuhkan kehangatan, nilai sekarung arang jauh lebih berharga dari nilai emas satu bukit. Dari analogi di atas nampak bahwa lingkungan tempat suatu benda berada dan nilai manfaat keberadaan suatu benda pada lingkungan tersebut merupakan faktor yang penting untuk menilai tingkat manfaat keberadaan suatu benda. Ada benda lain yang juga dinilai sangat tinggi oleh kebanyakan manusia, yaitu intan. Intan yang jernih dan kokoh, dapat digunakan untuk menghancurkan batu-batuan dan dapat juga digunakan sebagai perhiasan. Jika diteliti lebih lanjut, ternyata unsur pembentuk intan dan arang adalah sama-sama karbon. Keteraturan posisi molekul karbon dalam intan tersebut menjadikannya kokoh dan indah. Hal yang menyebabkan intan jauh lebih mahal daripada arang adalah karena intan sangatlah sulit didapat dan sangat besar manfaatnya walaupun unsure pembentuknya sama-sama karbon. Dapatkah arang berubah menjadi intan? Jika posisi-posisi molekul karbon dalam arang dipindahkan sehingga menjadi teratur, bukan tidak mungkin arang yang hina dina berubah menjadi intan yang mulia. Namun, hal ini membutuhkan energi yang amat besar. Jadi walaupun unsur pembentuk suatu benda sama, namun keteraturan letak molekul unsur pembentuk dalam suatu benda dapat menyebabkan benda yang satu lebih bernilai dari benda yang lain. Manusia, sebagai wakil Tuhan di muka bumi, sangatlah diharapkan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dengan keberadaanya di atas bumi ini. Tuhan telah memerintahkan kita untuk senantiasa berhijrah. Berhijrah bukanlah selalu berarti berpindah tempat secara fisik namun hijrah merupakan upaya berkesinambungan untuk dapat menjadi lebih bermanfaat bagi lingkungan tempat manusia tersebut berada. Jika manusia merasa dirinya kurang dihargai dalam lingkungannya, ada 2 hal yang dapat ia lakukan, pindah secara fisik ke lingkungan yang lebih mendukung keberadaannya atau mengubah/menata ulang dirinya sehingga menjadi lebih bernilai dalam lingkungan tersebut, namun hal ini tentu saja membutuhkan energi dan upaya yang jauh lebih besar.

MMEMBERI PERHATIAN KEPADA PASANGAN ANDA

Pria dan wanita adalah dua orang yang berbeda kepribadiannya sehingga hal ini bisa menjadi penghambat bagi hubungan suami istri. Namun, ada lebih banyak lagi yang merasa saling melengkapi karena perbedaan yang ada. Memang semuanya tidak langsung terjadi begitu saja, apalagi laki-laki sering menganggap wanita sering merengek dan wanita merasa perhatian suami mereka kurang. Sebenarnya, hal ini bisa dikonsultasikan bersama. Hal-hal yang harus diperhatikan yaitu : Mengingat Hari-Hari Istimewa Wanita seringkali kesal pada suaminya yang cuek akan hari-hari penting ini, seolah-olah hal itu tidak penting buatnya. Asumsi yang seperti ini tidak boleh bercokol di hati wanita. Namun, pria juga sebaiknya mengingat hari ulang tahun istri, hari pernikahan, ataupun ulang tahun anaknya. Jika sering lupa, buatlah bookmark di hp yang punya alarmnya sehingga tidak akan terlupakan. Saling Terbuka Meski tanpa diminta oleh pasangan, ada baiknya masing-masing saling terbuka dan menceritakan kegiatan masing-masing. Dengan begitu, suami/istri mengetahui apa yang terjadi terhadap pasangannya dan juga mencegah pikiran-pikiran yang aneh menyusup ke dalam pikiran. Berikan Pujian dan Perhatian Hal ini terutama dilakukan suami kepada istrinya, karena wanita memang senang mendapatkan pujian, kasih sayang, dan kejutan yang menyenangkan. Perhatian tersebut bisa berupa menelepon istri, memberi kejutan di hari istimewanya, bahkan sekedar memuji masakannya. Namun, jangan berlebihan dan konsisten. Jangan hari ini memuji istrinya pintar masak, tapi begitu masakan kurang garam langsung dimaki. Bagi istri, tentu memberikan pujian dan perhatian akan menyenangkan suami juga. Harus Keputusan Berdua Karena Anda adalah dua orang yang menjadi satu, maka apapun keputusan yang harus diambil yang menyangkut keluarga, harus dilakukan berdua. Misalnya saja, Anda diajak jalan oleh teman-teman setelah selesai bekerja. Coba tanyakan dulu pada pasangan apakah bisa dilakukan, apakah tidak mengganggu kegiatan keluarga kalian? Gunakan Waktu Sebaik-Baiknya Di saat senggang, cobalah untuk tidak melakukan hobi sampai lupa waktu, atau menghabiskan waktu bersama teman-teman, ataupun tetap bekerja. Cobalah untuk mengutamakan keluarga di saat senggang dan janganlah bawa pekerjaan ke dalam rumah. Tentu ada hal-hal lain yang bisa dilakukan, mengerjakan kesepakatan dalam mengurus rumah tangga bersama, mendengarkan nasihat pasangan, membantu keluarga besar pasangan jika memang mampu, dan lain sebagainya. Jika hal-hal di atas dilakukan akan memperkecil rengekan istri yang ingin meminta perhatian lebih kepada suami ataupun suami yang merasa kurang diperhatikan istri. Tentu hal ini akan membuat hubungan kalian lebih langgeng.

BERTEMAN DENGAN LAWAN JENIS

Memiliki seorang atau sejumlah teman bukanlah hal yang dilarang meski Anda sudah menikah dengan seorang wanita. Status sebagai suami tidak lantas menjadikan diri Anda harus terpisah dari orang-orang lain yang ada di sekitar Anda. Namun begitu, di dalam pertemanan yang Anda bangun khususnya dengan lawan jenis, ada hal-hal yang perlu Anda perhatikan. Pasalnya, jika semua ini diabaikan, salah-salah Anda dan teman lawan jenis Anda justru jatuh ke dalam perselingkuhan. Oleh sebab itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan mari lihat apa saja yang harus diketahui dan dimengerti seputar pertemanan dengan lawan jenis. 1. Luruskan niat. Jika Anda membangun pertemanan dengan maksud yang tidak benar maka akhirnya pasti lari kepada perselingkuhan. Awali perkawanan dengan sungguh-sungguh karena ada kesamaan sifat, pandangan, hobi, selera, dan sebagainya. Bukan karena tujuan ingin menjadikan sebagai pacar setelah merebut simpatinya. 2. Jaga privasi masing-masing. Jangan menintervensi dalam masalah teman. Anda dan dia sudah memiliki kehidupan sendiri-sendiri. Kalau pun dia memiliki masalah, dengarkan dan berilah saran selayaknya seorang teman yang peduli dengan kesusahan temannya yang lain. 3. Perhatikan intensitas pertemuan. Jangan terlalu sering berjalan dan bertemu dengan teman Anda setiap hari. Lakukan pertemuan di waktu-waktu dimana Anda memang perlu teman untuk curhat ataupun meluapkan kegembiraan Anda. 4. Jangan posesif. Posesif adalah rasa cemburu yang sangat berlebihan. Ketika Anda berlaku seperti ini maka Anda sedang mencengkram dirinya. Anda membuat ia tidak memiliki ruang untuk bergerak dan ini sesuatu yang salah. Perlu diingat Anda adalah pria beristri, dan teman Anda adalah wanita bersuami atau wanita single yang memiliki seorang kekasih. Tidak sepantasnya Anda berlaku posesif kepada teman Anda. 5. Berpikirlah dan bertindaklah secara positif. Apapun yang Anda berdua bicarakan, tempatkan diri Anda sebagai seorang teman yang membangun. Begitu juga ketika Anda menawarkan bantuan, tawarkanlah bantuan karena Anda murni untuk menolong dan bukannya karena Anda menginginkan cintanya. Anda dan teman lawan jenis Anda adalah sepasang teman, tidak lebih. Atas dasar itulah, jangan pernah melangkah lebih jauh dari hal ini. Kalau Anda merasa ada perasaan lain yang timbul di dalam proses perjalanan pertemanan Anda, mulai ambil waktu untuk tidak bertemu. Berdoalah kepada Tuhan agar api asmara yang baru muncul di dalam hati Anda dipadamkan dan digantikan dengan kasih yang murni dari-Nya. Ingat, jangan pernah melupakan Tuhan di dalam setiap apa yang Anda lakukan maupun hubungan-hubungan yang sedang Anda bangun karena Dia, Pribadi yang dapat menjadi Penjaga Anda yang tepat dari hal-hal yang dapat menyedihkan hati-Nya maupun orang-orang yang Anda kasihi. Akhir tulisan, Selamat berteman dengan lawan jenis Anda secara positif !

CARA MENGATSI SAKIT KEPALA

Pernahkah Anda atau Anda mengetahui sendiri orang-orang sekeliling Anda menderita sakit kepala yang sangat menekan? Apakah minum obat penghilang rasa sakit kepala adalah solusinya? Bukan adalah jawabannya. Harus diingat bahwa tidak semua penyakit yang berkaitan dengan sakit kepala ditangani langsung dengan obat-obatan. Sakit kepala menekan adalah salah satu jenis yang tidak dianjurkan untuk diatasi seperti itu. Sebelum beranjak kepada cara mengobatinya, alangkah lebih Anda mengetahui secara singkat mengenai sakit kepala menekan. Gejala umum orang-orang yang menderita sakit kepala menekan adalah kepala terasa ditekan atau diikat, tegang menyeluruh pada kedua sisi kepala seperti dahi, pelipis, daerah belakang kepala atau leher. Orang yang sering terserang sakit kepala menekan ini, dianjurkan untuk tidak minum obat penghilang rasa sakit lebih dari 5-10 kali dalam sebulan. Sebaiknya gunakan obat sakit kepala yang hanya mempunyai satu bahan aktif seperti asam asetil salisilat. Penggunaan obat kombinasi malah dikhawatirkan bisa menyebabkan sakit kepala menjadi kronis. Solusi Bila kepala terasa sakit, mengompres leher bagian belakang dengan handuk hangat dapat membantu meringankan penderitaan. Penderita juga dianjurkan untuk tidak duduk terlalu lama bila melakukan perjalanan jauh dengan mobil. Usahakan beristirahat pada selang waktu tertentu. Mungkin perlu diperiksa juga apakah alas tidur atau bantal menjadi penyebabnya. Bagi penderita sangat dianjurkan untuk banyak melakukan jalan pagi, senam, dan latihan relaksasi. Jika semua hal diatas tetap tidak mempan, segera konsultasi ke dokter agar diteliti lebih lanjut. Penelitian dengan CT-Scan dapat membantu untuk meneliti penyebab utamanya. Penderita sakit kepala menekan disarankan untuk tidak minum minuman beralkohol, makanan yang diawetkan atau dikeringkan, keju tua, kol asam, makanan beragi atau mengandung banyak nitrat (pada daging olahan), atau MSG yang gampang merangsang pembuluh darah.

NEXT LEVEL...

Segala sesuatu yang TUHAN ijinkan terjadi dalam hidup kita adalah karena suatu tujuan. 1 Korintus 10:13, "Pencobaan - pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan- pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. sebab ALLAH setia dan karena itu IA tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. pada waktu kamu dicobai IA akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya" Sesungguhnya begitu banyak berkat yang telah TUHAN berikan bagi kita, dimulai dari tuntunan, pemeliharaan, pertolongan, dan kebaikan yang telah kita terima setiap hari. Mulai hari ini ijinkan mata hati kita hanya melihat kasih TUHAN melalui pengorbanan NYA diatas kayu salib agar janji-janji ALLAH yang telah disediakan menjadi milik kita. TUHAN menggunakan segala masalah, kesakitan, pergumulan kita untuk membentuk kita menjadi pribadi yang LEBIH BAIK dan mempromosikan kita untuk NAIK ke level yang LEBIH TINGGI. Tuhan tidak menjanjikan matahari tanpa hujan, tetapi IA menjanjikan pelangi sehabis hujan. (Kej 9:13-16) Perbesar imanmu dengan membaca dan merenungkan Firman Tuhan, sebab.. iman timbul dari pendengaran, pendengaran oleh Firman Kristus. ( Roma 10:17 ) ✔ Iman yang kecil bilang: Tuhan bisa melakukannya. ✔ Iman yang besar bilang: Tuhan akan melakukannya. ✔ Tapi iman yang dahsyat bilang: Sudah dilakukan !! Amsal 16:32 "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." ------------------------------------ Roma 11:36 "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!"

KARENA MU - YESUS

aku ada karena-Mu aku hidup karena-Mu aku tertawa karena-Mu aku bersuka karena-Mu terima kasih buat hari-hari yang kulalui terima kasih buat setiap jam yang kulalui terima kasih buat setaip menit yang kulalui terima kasih buat setiap detik yang kulalui tanpa penyertaan-Mu Tuhan, aku belum tentu ada untuk detik berikutnya semua karena anugerah-Mu semua karena kemurahan-Mu semua karena kasih sayang-Mu semua karena kebaikan-Mu aku mau selalu bersyukur aku mau selalu memuji-Mu dalam setiap hembusan nafasku dalam setiap denyut nadiku dalam setiap detak jantungku aku mau selalu berserah kepada-Mu terima kasih Tuhan Yesusku

JANGAN PERNAH TAWAR HATI

: “Sebab semuanya itu terjadi oleh karena kamu, supaya kasih karunia, yang semakin besar berhubung dengan semakin banyaknya orang yang menjadi percaya, MENYEBABKAN SEMAKIN MELIMPAHNYA UCAPAN SYUKUR BAGI KEMULIAAN ALLAH. Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, KARENA YANG KELIHATAN ADALAH SEMENTARA, SEDANGKAN YANG TAK KELIHATAN ADALAH KEKAl.” (II Korintus 4:15-18)

KEBAHAGIAAN

Lukas 14:11,14 11 Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." 14 Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar." Sewaktu saya masih kecil,saya selalu menanyakan baik kepada orangtua atau bahkan kepada guru sekolah minggu saya cara supaya dapat berbahagia.Tentunya sebagian dari mereka menanggapinya dengan tertawa dan menganggap itu hanyalah pertanyaan konyol dari seorang anak. Saya pun tidak puas dan terus bertanya sampai suatu saat setelah rasa penasaran yang bertahun-tahun saya menemukan bacaan ini,yang menguaatkan saya bahwa orang yang berbahagia adalah orang yang mau merendahkan diri di hadapan Tuhan. Tetapi konsep merendahkan diri yang dimengerti oleh sebagian orang saat ini berarti mengalah,minder,pasrah dalam artian yang negatif dan tidak membangun. Yesus memberikan pemahaman yang berbeda ketika Dia mengajarkan kita untuk merendahkan diri berarti kita diminta untuk memberi peluang kepada orang lain berproses mennjadi baik di dalam hidupnya,dan mengalahkan ego diri kita yang biasanya tidak mau dikalahkan orang lain.selalu mengejar kekuasaan,ingin dihormati dan dipandang baik. Ada suatu penaklukan dari Tuhan Yesus bahwa siapa yang meninggikan diri,ia akan direndahkan,dan siapa yang merendahkan diri,ia akan ditinggikan. Tidak cukup hanya sampai disitu,ketika kita,orang-orang yang mau merendahkan diri ini memberikan dirinya untuk orang lain yang tersisih dan terlupakan (kaum miskin,cacat,lumpuh,buta,dll), maka ia pun akan berbahagia.

TUHAN TIDAK TERBATAS

DOA DENGAN IMAN~ Seorang dokter bersaksi bahwa dia pernah melakukan operasi terhadap gadis kecil yang hanya mempunyai harapan 10% saja untuk hidup. Ketika para perawat sedang mempersiapkan pembiusan, gadis kecil ini bertanya kepada saya .... "Dokter bolehkah saya menanyakan sesuatu ?" "Ya sayang, apa yang ingin kamu tanyakan?".... "Setiap malam sebelum tidur saya selalu berdoa, sekarang sebelum operasi dimulai, bolehkah saya berdoa?" "Baiklah anak manis, engkau memang harus berdoa, jangan lupa berdoa juga untuk saya." Kemudian gadis kecil itu melipat kedua tanganya Dan berdoa...... "TUHAN YESUS, ENGKAU Gembala yang baik, berkatilah domba kecilMU malam ini, dalam kegelapan ... kiranya ENGKAU dekat denganku, lindungi aku sampai datangnya sinar mentari esok pagi , dan berkati pula dokter yang akan mengoperasiku." Setelah menutup doanya gadis kecil itu berkata: "Sekarang saya sudah siap Dokter !" Mata saya berkaca-kaca, melihat betapa besar iman yang dimiliki gadis kecil tersebut. Malam itu sebelum saya mulai operasi, saya berdoa. " TUHAN yang baik, ENGKAU boleh tidak membantuku dalam operasi yang lain, tapi kali ini bantulah aku untuk menyelamatkan gadis kecil ini," Kemudian saya mulai mengoperasi gadis kecil itu Dan keajaiban terjadi, dia disembuhkan !! Saat berpisah dan melepas gadis kecil itu untuk kembali ke rumah, maka saya sadar sesungguhnya sayalah "PASIEN" yang harus menjalani OPERASI IMAN ! Gaya hidup gadis kecil itu mengajarkan bahwa jika Kita menyerahkan seluruh masalah dan beban hidup Kita ke dalam tangan TUHAN, maka DIA akan memulihkan dan menolong Kita. Doa dan iman ! Membuat Kita yakin bahwa TUHAN mampu memelihara dan menjaga harapan yang Kita gantungkan kepadaNya. DOA DGN IMAN MENJADIKAN KENYATAAN ! ~Yohanes 16:24~ Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam namaKU. Mintalah maka kamu akan menerima supaya penuhlah sukacitamu. Salam dalam Kasih BAPA bagi kita semua.

JANGAN PERNAH MENYERAH

JANGAN PERNAH MENYERAH Dalam kehidupan ini kita mudah sekali untuk menyerah ketika keadaan menjadi semakin buruk dan seolah kita telah kehilangan kendali atas hidup kita . Tetapi kita tidak boleh goyah dan menyerah dengan keadaan yang menimpa kita , karena Tuhan tidak pernah kehilangan kendali atas hidup kita, Tuhan tidak pernah berhenti bekerja di dalam hidup kita, baik ketika kita dalam kesakitan, kesusahan, pergumulan dan tekanan . Ketika ada kejadian yang negatif terjadi, kita harus berkata pada diri kita sendiri bahwa Tuhan pasti mempunyai jawaban yang positif untuk kejadian tersebut. Ingatlah Tuhan tidak akan pernah letih,lelah, bosan apalagi menyerah atas hidup kita. Kita berkata, "Itu tidak mungkin." Tuhan berkata, "Tidak ada hal yang tidak mungkin." (Lukas 18:27) Kita berkata, "aku terlalu capai." Tuhan berkata, "Aku akan memberikan kelegaan padamu." (Matius 11:28) Kita berkata, "Tidak ada seorangpun yang mencintai aku." Tuhan berkata, "Aku mencintaimu." (Yohanes 3:16-Yohanes 13:34) Kita berkata, "aku tidak bisa meneruskan." Tuhan berkata, "Kasih karuniaKu cukup." (2 Korintus 12:9 - Mazmur 91:15) Kita berkata, "aku tidak mengerti." Tuhan berkata, "Aku akan menuntun langkah-langkahmu." (Amsal 3:5-6) Kita berkata, "aku tidak bisa melakukannya." Tuhan berkata, "Kamu bisa melakukan semuanya." (Filipi 4:13) Kita berkata, "Ini tidak berharga." Tuhan berkata, "Itu akan berharga." (Roma 8:28) Kita berkata, "aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri." Tuhan berkata, "Aku memaafkanmu." (1 Yohanes 1:9-Roma 8:1) Kita berkata, "aku tidak bisa mengatasi." Tuhan berkata, "Aku akan menyediakan kebutuhanmu." (Filipi 4:19) Kita berkata, "aku takut." Tuhan berkata, "Aku tidak memberikan padamu roh ketakutan." (II Timotius1:7) Kita berkata, "aku selalu kuatir dan frustasi." Tuhan berkata, "Serahkan segala kekuatiranmu kepadaKu." (I Petrus 5:7) Kita berkata, "aku tidak mempunyai iman yang kuat." Tuhan berkata, "Aku memberi setiap orang iman menurut ukurannya."(Roma12:3) Kita berkata, "aku tidak pandai." Tuhan berkata, "Aku memberikan padamu hikmat." (I Korintus 1:30) Kita berkata, "aku merasa aku sendirian." Tuhan berkata, "Aku tidak akan pernah meninggalkanmu atau membiarkanmu."(Ibrani 13:5) Tuhan Yesus memberkati

Selasa, 27 November 2012

GEREJA KEHILANGAN KASIH MULA-MULA

Sekalipun benar ada lebih banyak orang Kristen lahir baru dibandingkan 10 tahun yang lalu, keadaan rohani di Amerika sangatlah stagnan. Riset baru mengenai kekristenan telah menyimpulkan bahwa orang Amerika tetap memandang diri mereka beragama dan beriman -- tetapi menunjukkan juga bahwa orang percaya menunjukkan keadaan rohani yang biasa - biasa saja. Vonis ini disampaikan oleh laporan "State of The Church" atau "Keadaan Gereja" oleh Barna Research Group (BRG), organisasi Kristen yang bermarkas di California setelah mengadakan riset tahunan mengenai kegiatan dan pola pikir agama di Amerika. Tidak semuanya buruk. Riset di 1005 gereja protestan dan katholik menunjukkan bahwa jumlah orang kristen lahir baru berusia dewasa naik dari 35 persen di tahun 1991 menjadi 41 persen di tahun 2001. Sejak 1995 ada 5 persen kenaikan dari jumlah orang dewasa yang berkata "berkomitmen total" kepada iman kristiani. Tetapi beberapa kemunduran terlihat di beberapa area kekristenan. Pembaca setia Alkitab turun dari 45 persen ke 37 persen dibandingkan 10 tahun yang lalu. Pengerja gereja yang tidak dibayar turun dari 27 persen menjadi 20 persen selama 10 tahun terakhir. Jumlah jemaat yang pergi ke gereja menurun dari 49 persen menjadi 42 persen pada kurun waktu yang sama. Yang mengkhawatirkan, 4 dari 10 umat kristen tidak pergi ke gereja atau membaca Alkitab sama sekali dalam seminggu. 7 dari 10 orang tidak juga hadir di kebaktian kecil seperti kelompok sel atau ibadah apapun untuk membangun iman mereka. Laporan juga menunjukkan setidaknya ada 10 juta umat kristen yang tidak bergabung dengan gereja apapun. Presiden BRG mengatakan bahwa Amerika membutuhkan sebuah kebangunan rohani. Menurut George Barna "41 persen dari orang yang beribadah di gereja tida lahir baru. Meskipun jumlahnya lebih tinggi dari gereja katholik, lebih 1/3 jemaat protestan tidak lahir baru." Dia juga menambahkan "sebagian besar dari jumlah ini sudah menjadi anggota gereja tanpa memahami iman kristen yang sesungguhnya". Berdasarkan data - data dari riset sebelumnya, Barna menyimpulkan bahwa "Amerika sudah pasti tidak mengalami kebangunan rohani yang diharapkan akan terjadi setelah milenium baru dimulai". Dia menambahkan, "Ada banyak pengecualian di berbagai daerah, tetapi secara garis besar, pelayanan Kristen terhenti. Seperti jemaat Laodikia dan Sardis di Alkitab yang tidak disukai Allah karena kematian rohani mereka, banyak gereja Kristen Amerika yang sudah menukar kasih yang mula - mula terhadap Allah dengan ritual dan metode - metode kosong. Tantangan masa kini bukan soal metode, tetapi bagaimana membangkitkan dan menularkan kasih yang mula - mula kepada umat kristen di negeri ini". Pandangan ini bertolak belakang dari pendiri Christian Broadcasting Network (CBN), Pat Robertson yang mengatakan pada Virginia Press Association minggu lalu bahwa kebangunan rohani sedang melanda Amerika. Dia berkata bahwa kebangunan rohani ini juga mempengaruhi politik karena para umat berdoa dan bekerja sama dengan banyak politisi untuk kebaikan negeri. Dan dukungan ini adalah "Trend baru yang sangat baik", katanya. "Aku menganggap sebagai suatu kehormatan, bila aku tidak memberitakan Injil di tempat di mana nama Kristus telah dikenal, supaya aku jangan membangun di atas patok orang lain" - Roma 15:20

MARAK GAME INTERNET

TAHUN 2000 - 2012 MARAK GAME ONLINE INTERNET MEMBUAT ANAK2 SEKOLAH MALAS BELAJAR Hasil riset Barna Group tahun 1998, menemukan bahwa satu dari enam remaja di Amerika menyatakan bahwa dalam lima tahun kedepan mereka berharap dapat menggunakan internet untuk menggantikan kegiatan religius yang saat ini dilakukan (Barna, 1998). Dalam riset berikutnya tahun 2001 yang berjudul â€Å“More Americans Are Seeking Net-Based Faith Experiences” Barna Group menemukan hasil riset yang menguatkan riset sebelumnya. Presently, 8% of adults and 12% of teenagers use the Internet for religious or spiritual experiences. This application rated eighth among the eight possibilities explored. Less than 1% of all adults and just 2% of teens currently use the Internet as a substitute for a physical-church.(Barna, 2001) George Barna yang memimpin riset tersebut menyatakan, â€Å“By the end of the decade we will have in excess of ten percent of our population who rely upon the Internet for their entire spiritual experience. Some of them will be individuals who have not had a connection with a faith community, but millions of others will be people who drop out of the physical church in favour of the cyber church”(Barna, 2001). Temuan yang sama juga didapat dalam riset Pew Internet & American Life Project tahun 2001, ditemukan bahwa 28 juta orang (25% dari jumlah pengguna internet) di Amerika, menggunakan internet untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan religius. Jumlah tersebut lebih besar dari tahun sebelumnya yang hanya sekitar 19 sampai 20 juta orang saja (Larsen, 2001). Tahun 2004 Pew Internet & American Life Project menemukan jumlahnya telah mencapai 64% dari total 128 juta pengguna internet di Amerika (Hoover, Clark, dan Rainee, 2004). Beberapa riset diatas menunjukan adanya aktifitas religius yang dilakukan di internet, dengan jumlah orang yang teribat didalamnya terus bertambah. Andrew Careaga menilai bahwa riset tersebut menunjukan adanya pergeseran dari aktifitas religius yang sebelumnya dilakukan di gereja, merambah ke internet, hal ini didasari oleh perkembangan internet yang semakin terintegrasi dengan budaya kita dan kurang relevannya gereja "tradisional" ditengah era global dan consumerism saat ini (Careaga, 1999). Secara umum keterlibatan seseorang dalam aktifitas religius berdampak pada pertumbuhan religiusnya sehingga dapat dijadikan praduga awal bahwa aktifitas religius di internet akan berdampak terhadap pertumbuhan religiusitasnya, Hal-hal tersebut yang akan dicoba untuk diteliti lebih lanjut melalui penelitian ini.

PARAH...HASIL RISET PENGETAHUAN ORANG KRISTEN YANG SANGAT BURUK

Beberapa tahun yang lalu, George Barna, pendiri Barna Group, sebuah perusahaan riset yang fokus pada mempelajri kepercayaan agam dan kelakuan orang Amerika melakukan suatu survei orang-orang “Kristen” di Amerika.

Inilah yang dia temukan tentang pengetahuan mereka tentang Alkitab.
• 48% tidak dapat menyebut nama empat Injil.
• 52% tidak dapat mengidentifikasi lebih dari dua atau tiga murid Yesus.
• 60% bahkan tidak bisa menyebut lima dari sepuluh perintah
• Lebih dari 50% “Kristen yang telah lahir baru” mengira bahwa Sodom and Gomora dalah suami istri.
• 61% mengira bahwa Khotbah di Bukit dikhotbahkan oleh Billy Graham.
• 71% mengira bahwa kalimat “Allah membantu mereka yang membantu dirinya sendiri” adalah ayat di dalam Alkitab.

PUISI NATAL "NATAL BERMAKNA PENUH JANJI"

NATAL SATU KATA YANG SANGAT BERMAKNA
KELAHIRAN SANG RAJA BAGI DUNIA
MENGUBAH KEGELAPAN MENJADI TERANG
BAGI BANGSA YANG HIDUP DALAM KEGELAPAN

NATAL SATU KATA YANG MENGUNCANG DUNIA
MEMBUAT MANUSIA JADI BERHARGA
DISANA ADA KASIH ALLAH MELIMPAH
PENGORBANAN-NYA SUDAH MMEMBUKTIKANNYA

NATAL MENGUBAH TANTANAN KEHIDUPAN
KESELAMATAN JIWA DATANG DARI TEMPAT TINGGI
IA MENJADI TEMPAT PENGHARAPAN
BAGI BANGSA-BANGSA

DENGAN KEPAK SAYAP-NYA MENUDUNGI SETIAP INSAN
KESETIAAN-NYA MENJADI PERISAI DAN PAGAR TEMBOK
DAMAI SEJAHTERA DIBERIKAN
JANJI KEKELAN MENJADI WARISAN

NATAL PENUH JANJI
KEKUATAN KUASA-NYA MENGALIR MEMENUHI BUMI
ULAR TEDUNG KAU LANGKAHI, SINGA DAN ULAR KAU INJAK-INJAK
IA AKAN MEMBENTENGI MU DAN MELUPUTKAN MU

NATAL MENCERITAKAN KETETAPAN-MU
BANGSA-BANGSA AKAN KUBERIKAN KEPADA-MU
BANGSA-BANGSA AKAN MENJADI MILIK-MU
BANGSA-BANGSA AKAN MENJADI KEPUNYAAN-MU

NATAL MENJADI SATU JAWABAN
RAJA MULIA -RAJA YANG PERKASA
ANGKATLAH WAJAHMU ...TATAPLAH DIA
DIALAH KEMULIAAN BAGI BANGSA "TUHAN YESUS KRISTUS"

NATAL MENJADI SATU KEBAHAGIAAN
BAGI SETIAP YANG MAU MENERIMA DAN MEMPERCAYAI-NYA
DIA SEBAGAI TUHAN DAN JURUSLAMAT PRIBADI
NATAL BERMAKNA PENUH JANJI

JESUS LOVE U ALL

HIDUP YANG BERINTREGRITAS

GALATIA 2 :11-14 Tembok Besar Cina, the Great wall, merupakan bangunan terpanjang yang pernah dibuat oleh manusia. Untuk membuat tembok raksasa ini, diperlukan waktu ratusan tahun. Tembok itu panjangnya 10.000 li atau 6.400 kilometer, tingginya 8 m dan lebar bagian bawahnya 8 m, sedangkan lebar bagian atasnya 5 m. Tembok ini dibuat dengan tujuan untuk mencegah serbuan bangsa Mongol dari utara pada masa itu. Itulah sebabnya, setiap 180-270 m dibuat semacam menara pengintai. Bagi orang-orang yang hidup pada waktu itu, tembok ini terlalu tinggi untuk dapat dipanjat, terlalu tebal untuk didobrak, dan terlalu panjang untuk dikelilingi. Itulah yang membuat orang-orang yang tinggal di sebelah dalamnya merasa sangat aman. Namun, sepanjang sejarah, beberapa ratus tahun setelah tembok itu berdiri, orang-orang di sana telah diserang tiga kali. Ribuan musuh masuk tanpa merobohkan dan memanjat tembok. Bagaimana caranya? Mereka masuk melalui pintu utama dengan cara menyuap penjaga pintu gerbang dengan sejumlah uang dan wanita. Karena hal itu, orang sering mengatakan, “The Chinese were so busy relying upon the walls of stone that they forgot to teach integrity to their next generations.” Artinya, “Orang-orang Tionghoa pada masa itu terlalu bersandar pada kekuatan tembok yang terbuat dari batu tersebut, sehingga mereka lupa untuk mengajarkan tentang integritas kepada generasi muda mereka.” Tanpa integritas para penjaga, kekuatan tembok besar yang luar biasa dalam melindungi dan menyelamatkan jiwa-jiwa manusia tidak berarti apa-apa. Menurut George Barna, pendiri dan ketua dari Barna Reseacrh Group, di California, yang mengkhususkan diri untuk melakukan riset-riset Kristen, selama 15 tahun terakhir ini, gereja-gereja di Amerika telah menghabiskan dana $500 milyard. Itu berarti rata-rata per tahun gereja-gereja di Amerika telah menghabiskan dana sebesar Rp.310 triliun untuk membiayai aktivitas-aktivitas yang diadakan oleh gereja. Yang mengejutkan adalah selama 15 tahun terakhir itu persentase peningkatan jiwa-jiwa baru yang percaya pada Yesus adalah nihil. Apa sebabnya? George Barna menyimpulkan bahwa integritas para pemimpin Kristen merupakan salah satu penyebabnya. Para pemimpin yang tidak memiliki integritas telah menyebarkan kemunafikan yang meluas di dalam gereja-gereja sehingga gereja tidak ada bedanya dengan pentas teater di mana para pemainnya sibuk berganti-ganti topeng. Sungguh dahsyat dampak dari kemunafikan. Ketika menyadari hal ini hati kita menjadi takut karena kita sadar bahwa kita pun adalah orang-orang munafik yang hidup dari topeng ke topeng. Kita selalu ingin dilihat orang sebagai orang baik, tetapi kita tahu kita tidak demikian. Kita mengecam orang yang melakukan dosa, tetapi diam-diam kita sendiri hidup dalam dosa yang sama. Kita membenci orang yang suka berdusta, tetapi hidup kita sendiri bertahun-tahun dibangun atas kebohongan. Kita sering menggelenggelengkan kepala ketika kita mendengar kabar tentang seseorang yang enggan pergi memberitakan Injil, tetapi sebenarnya kita pun sudah lama merasa terpaksa menjalankannya. Oh, hanya Tuhan yang tahu betapa kotornya diri kita masingmasing. Kita bukanlah orang-orang Kristen yang berintegritas. Kita bukanlah orang yang jujur di mata Allah dan manusia. Bahkan kita juga tidak jujur kepada diri kita sendiri. Bila pemberitaan Injil sangat ditentukan oleh integritas kita, maka siapakah dari kita yang berani optimis bahwa pekerjaan yang Tuhan percayakan kepada kita itu akan dapat kita kerjakan dengan sukses? Saudara, saya kira pergumulan-pergumulan yang kita alami, juga dialami oleh Petrus. Dia sadar bahwa dia bukanlah orang yang berintegritas. Dia ingat saat malam Yesus hendak disalibkan, Yesus berkata kepada Petrus bahwa ia akan menyangkal-Nya tiga kali. Kata Petrus, “Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau” (Mat.26:35). Beberapa jam kemudian, ia melakukan persis seperti yang dikatakan Yesus. Petrus mendapati bahwa ia bukan orang yang memiliki integritas seperti yang ia kira selama ini. Kenyataan ini pasti sangat menyakitkan hati Petrus. Petrus tentu bertanya-tanya mengapa seorang manusia sepertinya bisa ditunjuk untuk menjadi pemimpin gereja Tuhan? Bahkan setelah ia diampuni oleh Tuhan Yesus dan dipercayakan lagi untuk menjadi pemimpin gereja untuk menggembalakan domba-domba Tuhan, ia sekali lagi jatuh pada tindakan kemunafikan. Teguran keras Paulus di muka umum tentu membuat mukanya merah. Ia mungkin marah dan berkata dalam hatinya, “Hai Paulus, jangan sombong! Siapa sih kamu itu? Sebelum kamu menjadi hamba Tuhan, aku sudah menjadi pendeta besar. Sadar Paulus, kamu itu masih mahasiswa praktik satu tahun. Masa depan kamu tergantung rekomendasi aku, ngerti!!!” Atau ia bisa saja membawa Paulus menyingkir berdua dan berkata, “Paulus, kalau aku memang salah, tegur aku secara pribadi, tapi jangan di depan orang banyak seperti itu. Bukankah Tuhan Yesus mengajar kita untuk menegur orang pertama-tama empat mata dulu? Jadi, apa maksud kamu? Ha!” Tetapi, saudara-saudara, Alkitab diam seribu bahasa dalam melukiskan reaksi Petrus terhadap teguran keras Paulus. Saya menduga yang terjadi mungkin sebaliknya. Teguran keras Paulus mengingatkannya kembali akan suara ayam berkokok yang meruntuhkan kebanggaan dirinya. Ia kembali sadar bahwa dirinya sangat tidak memenuhi kualifikasi untuk menjadi seorang pemimpin Kristen yang dapat diteladani. Perasaan tidak layak mungkin saja menguasai dirinya dan dalam keadaan seperti itu bisa saja dia bertanya kepada Tuhan, “Mengapa aku Tuhan, mengapa aku yang Kau pilih untuk menjadi pemimpin gereja-Mu? Aku bukanlah orang yang berintegritas. Aku tetap sama, Petrus yang dulu! Ah, bagaimana mungkin aku bisa menjadi hamba yang berintegritas?” Aplikasi Saudara, itulah persoalan Petrus dan bukankah itu pula yang menjadi persoalan kita semua, hamba-hamba Tuhan yang terlibat dalam pelayanan Tuhan? Syukur kepada Tuhan! Meskipun Tuhan tahu orang macam apakah kita ini; meskipun Tuhan tahu bahwa kita hanyalah sumbu-sumbu yang berasap yang tidak lagi mampu menyala terang; meskipun Tuhan tahu bahwa kita hanyalah buluh-buluh yang telah terkulai yang tidak ada gunanya lagi selain dipatahkan dan dibuang, pengetahuan Tuhan itu tidak menurunkan keyakinan Tuhan bahwa kita masih dapat dipulihkan dan dapat menjadi seorang hamba yang baik. Karena itu Ia datang dan berkata, “Sumbu yang berasap tidak akan Kupadamkan, buluh yang terkulai tidak akan Ku-patahkan.” Ia tidak memandang hina kekurangan-kekurangan kita. Ia tidak mencari seorang hamba yang sempurna, tetapi seorang hamba yang mau berpegang teguh pada kebenaran dan berusaha mewujudkannya dalam kehidupannya. Ia menghargai seorang hamba yang memiliki komitmen untuk hidup berintegritas dan yang rela ditegur oleh orang lain bila ia tidak bertindak konsisten dengan kebenaran itu. Saudara, integritas dimulai dengan suatu kejujuran untuk mengakui kelemahan-kelemahan kita. Kemudian meminta Tuhan untuk menolong kita mengatasi kelemahan-kelemahan itu. Maka kasih karunia-Nya cukup untuk memampukan kita dalam mengatasi kelemahan-kelemahan itu dan mengubahnya menjadi tempat di mana kita selalu bersandar pada Tuhan.

GAYA PENGKHOTBAH

Hamba-hamba Tuhan mempunyai gaya berkhotbah yang berbeda-beda. Ada hamba Tuhan yang berkhotbah dengan berapi-api dan berkesan galak, ada hamba Tuhan yang berkhotbah dengan lembut kebapakan, ada hamba Tuhan yang berkhotbah dengan begitu serius seperti nabi, tapi ada pula yang berkhotbah dengan jenaka dan bersahabat. Bila kita coba memikirkan faktor-faktor apakah yang membentuk gaya berkhotbah seorang pengkhotbah, maka kita akan menemukan satu analisa yang sangat menarik yang mungkin dapat membantu kita, sebagai seorang pengkhotbah, dalam mengembangkan gaya berkhotbah kita sendiri. Faktor-faktor pembentuk itu banyak dan kompleks, namun di sini saya akan membatasinya hanya pada tiga faktor yang dominan saja, yakni temperamen, peniruan, dan citra diri pengkhotbah. Temperamen Dari sudut psikologi, kita tahu bahwa manusia mempunyai temperamen yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Pada dasarnya temperamen manusia dapat dibagi menjadi empat bagian besar, yaitu Kolerik, Sanguin, Melankolik, dan Plegmatik. Walaupun tidak ada manusia yang melulu memiliki satu temperamen—pada hakekatnya setiap manusia memiliki campuran temperamen—namun, tetap ada satu temperamen yang dominan dalam diri seseorang. Temperamen yang dominan ini bukan hanya mempengaruhi pembawaan seorang pengkhotbah dalam kehidupannya sehari-hari, tapi juga mempengaruhi gaya berkhotbahnya di mimbar. Seorang yang bertemperamen Sanguin, yang biasanya lebih bersifat ekstrovet, mungkin lebih menarik dan bersahabat dalam menyampaikan Firman Tuhan dibanding dengan seorang plegmatik yang introvet dan dingin. Namun seorang Plegmatik mungkin mampu berkhotbah dengan pemikiran yang lebih mendalam dari pada pengkhotbah dengan temperamen lainnya. Seorang pengkhotbah yang Kolerik nampak lebih tegas dan berwibawa dalam berkhotbah, namun seorang pengkhotbah yang bertemperamen melankolik bisa jadi lebih mengunggulinya dalam menyentuh hati pendengar. Barangkali ada di antara kita yang tidak begitu yakin dengan analisa temperamen ini, yang lebih bernuansa psikologis daripada alkitabiah, tetapi pada kenyataannya seorang pengkhotbah menyadari ada suatu pembawaan yang dominan dalam dirinya—yakni temperamen—yang tidak bisa ia abaikan begitu saja, apalagi mengubahnya. Ketika ia mencoba gaya yang berbeda dari pembawaannya, ia merasa sangat sukar dan tidak nyaman. Fakta itu menunjukkan bahwa, pada hakekatnya, gaya berkhotbah seorang penkhotbah tidak akan bergeser jauh dengan temperamen yang ia miliki. Peniruan Faktor lain yang dapat membentuk gaya seorang pengkhotbah dalam berkhotbah adalah faktor peniruan. Meskipun setiap pengkhotbah itu unik dalam gaya berkhotbahnya, ada sebagian pengkhotbah justru selalu berusaha untuk meniru gaya berkhotbah dari pengkhotbah lain. Peniruan gaya berkhotbah ini bersumber dari imaginasi pengkhotbah tersebut yang mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh idolanya. Harus kita akui, pada umumnya setiap pengkhotbah sedikit banyak dipengaruhi oleh satu atau dua pengkhotbah lainnya. Hal itu wajar terjadi dan tidak perlu menimbulkan perasaan bersalah. Yang tidak wajar adalah bila kita terus menerus meniru gaya orang lain tanpa berusaha untuk keluar dari keterikatan tersebut dan mencari bentuk kita sendiri. Seorang pengkhotbah yang “dewasa” akan merasa tidak nyaman untuk meniru gaya pengkhotbah lain. Ia akan mantap dengan gayanya sendiri. Di samping itu, ia menyadari bahwa jemaat tidak akan menjadi kagum dengan akting peniruaannya; sebaliknya, mereka akan menjadi “geli” dengan gaya imitasinya. Kita bisa membayangkan perasaan tidak nyaman seorang pengkhotbah bila setelah usai kebaktian seseorang mengatakan kepadanya bahwa ia berkhotbah mirip dengan Pendeta anu atau Pendeta itu. Perkataan seperti itu jelas bukan pujian yang harus diterima dengan senang hati oleh si pengkhotbah, kecuali citra diri pengkhotbah itu memang lemah. Satu fakta yang perlu kita ingat adalah bahwa seorang pengkhotbah yang terkenal dipuji bukan karena ia dapat berkhotbah dengan gaya mirip seorang pengkhotbah terkenal lainnya, tapi karena ada sesuatu yang unik di dalam diri dan khotbahnya, termasuk gaya berkhotbahnya. Bila kita merasa bahwa sebagian besar gaya kita masih dibayang-bayangi oleh gaya pengkhotbah idola kita, dan kita ingin memiliki gaya berkhotbah khas kita sendiri, maka ada beberapa hal yang perlu kita pikirkan. Yang pertama, perlu kita sadari bahwa Allah tidak pernah menciptakan seorang manusia pun sama dengan manusia lainnya, demikian juga setiap pengkhotbah. Setiap pengkhotbah unik bukan hanya dalam temperamen, karakter, latarbelakang hidup, tapi juga unik dalam gaya menyampaikan firman Tuhan. Oleh karena itu, usaha untuk menjadi sama seperti pengkhotbah lain, meniru bahkan menjiplak, merupakan usaha yang berlawanan dengan rencana Allah yang indah bagi setiap pengkhotbah. Dengan perkataan lain, selama kita berkhotbah tidak dengan gaya kita sendiri, selama itu pula kita tidak pernah menjadi seorang pengkhotbah yang pas dengan maksud Tuhan. Satu hal yang perlu kita yakini ialah bahwa setiap gaya yang orsinil mampu berbicara lebih efektif dari pada gaya imitasi yang kita tiru dari seorang pengkhotbah yang paling efektif. Usaha kedua yang perlu dilakukan adalah timbulkan perasaan malu dalam diri kita pada waktu kita meniru baik isi khotbah dan juga kata-kata dari pengkhotbah yang menjadi idola kita. Perasaan malu itu bukan hanya akan memagari diri kita untuk tidak melangkah ke lahan gaya orang lain dan mengklaimnya sebagai hasil tanaman kita sendiri, tapi juga memaksa kita mencari bentuk dan mengembangkan gaya khotbah khas kita. Tuhan tidak menuntut kita untuk menjadi seperti seorang lain sebelum Dia memakai kita; sebaliknya, Ia memakai kita dengan keunikan yang ada pada kita. Dengan mata imaginasi kita dapat melihat betapa bingungnya Daud ketika ia “dipaksa” oleh Saul untuk memakai baju perang dan ketopong tembaga milik Saul pada waktu ia hendak berperang melawan Goliat. Saul, yang tubuh yang lebih tinggi dari rata-rata orang sezamannya, memang adalah pendekar perang yang tangguh, tapi fakta itu tidak berarti bahwa Daud yang bertubuh lebih kecil tidak dapat dipakai Tuhan sebagai alat-Nya. Daud menyadari bahwa baju perang Saul tidak pas untuknya, maka ia melepaskannya dan mengenakan bajunya sendiri. Kepercayaan dirinya tidak merosot dan ia tetap yakin bahwa dengan keunikannya Allah dapat memakainya. Keyakinan seperti itulah yang seharusnya ada dalam diri kita sebagai seorang pengkhotbah. Dari pada menjiplak gaya orang lain, pasti akan jauh lebih baik jika kita mengembangkan gaya berkhotbah kita sendiri. Kita dilahirkan orsinil mengapa kita harus menjadi pengkhotbah copy-an?. Be ourself. Citra Diri Pengkhotbah Sebagian besar pengkhotbah mempunyai citra tentang siapakah dirinya sebagai seorang pengkhotbah dan apa yang sedang ia kerjakan. Sebagian lagi, mungkin, mempunyai konsep yang samar-samar atau bahkan tidak pernah memikirkan sama sekali tentang apa dan siapakah diri mereka sebagai seorang pengkhotbah. Sebenarnya, andil yang terbesar dalam membentuk gaya seorang pengkhotbah adalah citra diri yang dimilikinya sebab citra diri tersebut mendorongnya untuk bergaya seperti apa yang ia bayangkan. Jika seorang pengkhotbah mempunyai gambaran bahwa dirinya adalah seorang “nabi”, ia akan berkata-kata dengan sangat otoritatif seolah-olah ia mendengar suara Allah atau mendapat penglihatan langsung dari Allah. Namun, jika seorang pengkhotbah mempunyai gambaran bahwa dirinya adalah seorang pengajar, maka ia akan berkhotbah dengan gaya seorang guru yang berlakon di depan murid-muridnya. Hal yang serupa terjadi, jika seorang pengkhotbah mempunyai konsep bahwa dirinya adalah seorang gembala, maka gaya khotbahnya lebih cenderung lembut, tenang dan berisi banyak wejangan. Namun, jika seorang pengkhotbah mempunyai gambaran dirinya adalah seorang “entertainer”, maka ia akan berkhotbah dengan gaya yang lucu dan terus melucu. Sebenarnya, ada banyak konsep tentang siapakah pengkhotbah itu, baik yang Alkitabiah maupun yang bukan. Namun demikian, Thomas G. Long dalam bukunya, The Witness of Preaching, menyakinkan bahwa gambaran yang paling tepat dan sehat tentang siapakah seorang pengkhotbah itu terdapat dalam Yesaya 43:8-13 dan Kisah Para Rasul 20:24, yakni, seorang pengkhotbah adalah “seorang saksi”. Gambaran “seorang saksi” menekankan bahwa (1) seorang pengkhotbah bukan sumber otoritas, tetapi ia hanya seorang saksi yang telah melihat dan mendengar firman Tuhan lebih dahulu. Ia adalah juga bagian dari jemaat dan berasal dari jemaat, kemudian diutus oleh jemaat untuk pergi menyaksikan—mendengar dan melihat—firman Tuhan untuk kemudian menyampaikan kepada jemaat apa yang telah ia saksikan. (2) Itulah sebabnya, ia tidak diharapkan untuk menyaksikan hal-hal yang lain, termasuk menyaksikan kehebatan dirinya, tetapi hanya menyampaikan berita dari firman Tuhan yang telah ia saksikan. Ini bukan berarti seorang pengkhotbah tidak boleh sama sekali menceritakan tentang dirinya di mimbar, tetapi pengertian ini lebih menekankan bahwa fokus khotbah bukanlah diri si pengkhotbah itu sendiri, melainkan berita firman Tuhan. (3) Kesaksiannya sangat penting karena menyangkut kebenaran ilahi yang bersifat kekal yang mempengaruhi pengetahuan dan pertumbuhan iman jemaat. (4) Kesaksian tersebut bukan hanya sekedar kata-kata belaka, tetapi juga menyangkut keterikatan total antara kata dan perbuatan dari si pengkhotbah. Dengan kata lain, integritas seorang pengkhotbah memegang peranan penting dalam tugasnya. (5) Yang terakhir, tentu saja dalam tugas sebagai saksi, seorang pengkhotbah dituntut untuk merancang lebih dahulu tentang bentuk kesaksiannya atau cara mengkomunikasikannya agar berita yang ia sampaikan dapat diterima oleh jemaat dengan baik. Konsep ini sangat baik dan bermanfaat karena menempatkan seorang pengkhotbah pada posisi yang tepat tentang siapakah ia dan apa yang sedang ia kerjakan. Seorang pengkhotbah yang menghayati konsep ini tidak akan pernah bergaya otoritatif begitu rupa seolah-oleh ia adalah sumber otoritas itu sendiri. Ia akan tetap menghormati Tuhan, sebagai sumber otoritas yang ia saksikan, dan jemaat yang mendengar khotbahnya. Ia akan selalu ingat bahwa ia adalah bagian dari jemaat, berasal dari jemaat, dan diutus oleh jemaat. Dengan menghayati konsep ini, seorang pengkhotbah juga diingatkan bahwa ia berdiri di mimbar sebagai seorang saksi untuk menyaksikan dan menyuarakan firman Tuhan, bukan untuk menyaksikan hal-hal lain, termasuk filsafat, psikologi, sosiologi, manajemen, atau hal-hal lainnya. Firmanlah yang menumbuhkan iman jemaat dan firmanlah yang mengubah hidup mereka. Oleh karena itu, ia akan sangat serius dalam mempersiapkan firman Tuhan. Ia pergi ke ruang belajarnya sebagai seseorang yang diutus jemaat untuk menyaksikan firman Tuhan. Ia menyelidiki, menganalisis, dan bergumul berjam-jam bahkan berhari-hari dengan bagian Alkitab yang akan dikhotbahkannya untuk menyaksikan—melihat dan mendengar—kehendak Tuhan bagi jemaat. Setelah mendapatkannya, ia dengan keseriusan yang sama memikirkan bentuk penyampaian yang paling efektif sehingga berita yang hendak ia sampaikan dapat diterima oleh jemaat dengan baik. Selanjutnya, konsep ini secara implisit menyatakan bahwa khotbah bukanlah suatu karangan intelektual belaka yang disusun berdasarkan urutan yang logis; khotbah juga bukan suatu rangkaian kesaksian pribadi yang diceritakan karena ada sesuatu yang menyentuh di dalamnya. Memang khotbah yang baik menuntut baik cara pikir yang logis maupun kesaksian pribadi yang menyentuh hati pendengar, tapi yang pertama dan terutama khotbah adalah suatu event (peristiwa, saat) di mana seorang pengkhotbah berdiri sebagai seorang saksi yang telah menyaksikan kehendak Tuhan dalam Alkitab yang ia telah gumuli berhari-hari lamanya. Event itu akan sungguh-sungguh menjadi event yang penting bagi jemaat yang mendengarnya bila mereka tahu bahwa orang berdiri berdiri sebagai saksi itu memiliki keterpaduan antara kata dan tindakan: integritas. Arah yang Benar Membawa ke Tujuan yang Benar Setelah kita mengikuti uraian di atas, kita mendapati bahwa gaya berkhotbah seorang pengkhotbah tidak hanya sekedar melukiskan cara seorang pengkhotbah menyampaikan firman Tuhan, tetapi lebih dalam dari itu, yaitu menjelaskan tentang siapakah ia sebenarnya, paling sedikit mengindikasikan temperamen dan citra dirinya sebagai seorang pengkhotbah. Dari kedua hal itu, kita dapat menyimpulkan bahwa apapun temperamen yang dimiliki oleh seorang pengkhotbah tidak akan pernah menghalanginya untuk menyampaikan firman Tuhan dengan baik dan benar. Tetapi citra diri pengkhotbah akan sangat mempengaruhi apakah ia melakukan tugas dengan baik dan benar atau tidak. Bila kita ingin mengembangkan gaya berkhotbah khas kita sendiri, kita tidak perlu meniru gaya berkhotbah dari pengkhotbah lain, kita juga tidak perlu menyesal bahwa kita bukan tipe temperamen tertentu, tetapi yang paling penting yang kita perlukan adalah memiliki citra diri seorang pengkhotbah yang benar, yang sehat, dan alkitabiah. Dengan menyakini bahwa seorang pengkhotbah adalah seorang saksi, kita akan selalu disadarkan untuk berlakon sewajarnya sesuai dengan tugas dan posisi kita. Yohanes Pembaptis mengerti sepenuhnya tentang hal itu, karena itu ia berkata kepada murid-muridnya, “Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya” (Yoh 3:28).” Akhirnya, citra diri yang benar membawa Yohanes Pembaptis pada tujuan yang benar, ini nampak dalam perkataannya, “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh 3:30).

TIPS MEMBAWAKAN KHOTBAH

Kata “memaksa” memang sengaja dipakai sebagai judul. Tujuannya sederhana, yaitu untuk menarik perhatian pembaca sehingga tulisan ini dibaca. Suatu tulisan sebaik dan sebermanfaat apapun bila tidak ada yang membacanya, sudah pasti tidak ada gunanya. Namun, itu bukan satu-satunya tujuan. Kata “memaksa” dipergunakan juga dengan maksud untuk melukiskan suatu keadaan yang sering terjadi dalam kebaktian-kebaktian minggu, yaitu jemaat tidak lagi antusias dalam mendengarkan khotbah. Keadaan ini tentu saja mendatangkan perasaan tidak nyaman pada banyak pengkhotbah. Kalau saja seorang pengkhotbah boleh berteriak untuk memarahi jemaat yang tertidur, ngobrol, atau mendengarkan tanpa minat, niscaya ia sudah melakukannya. Tetapi tentu saja pengkhotbah tidak dapat berbuat demikian, bukan karena ia tidak mampu tetapi karena itu tidak etis. Sebenarnya, demi firman Tuhan, pengkhotbah tidak perlu ragu untuk “memaksa” jemaat mendengarkan khotbahnya. Hanya “memaksa” bukan dengan intimidasi atau kekerasan, melainkan dengan seni “memaksa” sehingga jemaat dengan suka rela mendengarkan apa yang dikhotbahkan bahkan merasa rugi bila tidak mendengarkan. Nah, tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan tip-tip pencerahan bagi para pengkhotbah dengan harapan bisa menjadi oasis di tengah-tengah kejenuhan pengkhotbah dalam upaya merebut kembali antusiasme jemaat untuk mendengarkan firman Tuhan. KEADAAN JEMAAT DI ERA PASCAMODERN Untuk bisa “memaksa” jemaat masa kini mendengarkan khotbah dengan antusias, yang pertama-tama perlu dilakukan adalah memahami karakteristik masyarakat pascamodern di mana jemaat tinggal di dalamnya dan tumbuh bersama dengannya. Pendengar pascamodern berpikir secara berbeda daripada orang-orang pada era modern. Walaupun masyarakat Indonesia tidak bisa disamakan seratus persen dengan masyarakat pascamodern di negara-negara maju, namun arah yang semakin serupa telah terlihat, khususnya masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Hal ini tampak dari mental, pola pikir, dan gaya hidup masyarakat kita, termasuk masyarakat Kristen. Ada perbedaan nilai-nilai yang signifikan antara jemaat pada era pascamodern dan jemaat era modern sehubungan dengan sikap mereka dalam mendengarkan khotbah. Perubahan-perubahan nilai inilah yang perlu kita ketahui. Satu tantangan khusus bagi kita sebagai pengkhotbah masa kini adalah bagaimana caranya menarik perhatian berbagai macam pendengar pascamodern agar mereka mau mendengarkan firman Tuhan sehingga mereka dapat mengalami transformasi kehidupan. Untuk itu, kita perlu memikirkan pendekatan yang efektif yang sesuai dengan konteks mereka. Di bawah ini ada beberapa pemikiran yang dapat membuat jemaat kembali antusias dalam mendengarkan khotbah-khotbah kita. MENGUBAH TUJUAN KHOTBAH DARI INFORMASI KE TRANSFORMASI Pada era modern, di mana setelah Renaissance terjadi kebangkitan intelektual, khotbah-khotbah Kristen menjadi begitu teologis dan argumentatif. Hal ini bermula karena pada waktu itu doktrin Kristen mendapat serangan-serangan yang serius baik dari dalam maupun dari luar kekristenan. Karenanya, dalam mempertahankan doktrin Kristen yang benar, para teolog Kristen dengan segenap kemampuan intelektualnya melakukan pembelaan dengan argumen-argumen yang solid. Apa yang dilakukan oleh para teolog itu sangat penting dan terpuji. Namun, dalam kurun waktu yang lama, hal ini mempengaruhi khotbah-khotbah Kristen. Khotbah cenderung melulu mengarah kepada pikiran pendengar. Sebagian besar waktu khotbah dipakai untuk memberikan penjelasan teks atau arti teologisnya. Sedangkan unsur-unsur lain, seperti pendahuluan, ilustrasi, aplikasi dan penutup tidak begitu mendapat perhatian. Tak heran, kebanyakan khotbah sarat dengan bobot doktrinal dan bersifat informatif. Mungkin asumsinya adalah bila paradigma jemaat benar karena pengajaran yang benar, maka tingkah laku mereka dengan sendirinya akan benar. Tetapi yang sering terjadi adalah sebaliknya; jemaat tahu banyak tentang Allah namun mereka merasa “kering” dalam spiritualitas. Pada zaman pascamodern ini, jemaat rindu bukan hanya mendengar khotbah yang berbicara kepada kepala mereka namun juga kepada hati mereka; khotbah yang membawa mereka merasakan dan mengalami Allah, bukan hanya tahu tentang Allah. Di tengah-tengah kehidupan yang semakin sulit, hari esok yang tidak pasti dan sikap manusia yang semakin individualistis, mereka mempunyai kebutuhan yang besar untuk merasakan kehadiran Allah dalam hidup mereka sehingga mereka merasa aman dalam menghadapi masa depan yang tidak menentu. Dengan kata lain, mereka membutuhkan transformasi, bukan sekadar informasi. Untuk menghasilkan khotbah yang transformatif, pengkhotbah harus mampu “memaksa” will atau kemauan jemaat untuk berkata yes kepada Tuhan dan no kepada bujukan setan dan nafsu kedagingan. Kemauan seseorang pendengar jarang sekali berespon hanya dengan mendengarkan khotbah yang sarat dengan muatan teologis dan akademis, tetapi tidak menyentuh hati mereka. Ini bukan berarti pengkhotbah pada era ini boleh menyajikan khotbah dengan isi yang tidak karuan. Sama sekali bukan. Khotbah harus tetap biblikal dan makna teologisnya benar. Namun, pengkhotbah perlu membedakan antara ruang kuliah dan mimbar gereja; antara seminar teologi dan khotbah. Yang pertama tidak menuntut porsi yang besar untuk berbicara kepada hati pendengar, yang terakhir justru sangat besar. Bila hati para pendengar tidak tersentuh, kebenaran firman Tuhan tetap tinggal sebagai knowlegde di kepala mereka. Tidak ada perubahan dalam will mereka. Sebaliknya, bila hati mereka telah tersentuh, himbauan pengkhotbah saat aplikasi akan menjadi lebih mudah untuk menggerakkan will mereka. Salah satu cara yang paling efektif untuk menyentuh hati jemaat adalah dengan cerita, baik itu kisah mengenai kesaksian hidup dan pergumulan pengkhotbah sendiri, kisah tentang orang lain maupun kisah-kisah fiktif. Ketika suatu ilustrasi dalam bentuk cerita mulai dikisahkan, mata jemaat mulai terkuak kembali, pikiran mereka bangun serempak seolah-olah menemukan sesuatu yang telah lama mereka nantikan. Cerita membuat jemaat terlibat di dalamnya dan melihat dirinya sendiri ada di sana. Cerita membuat pengajaran teologis merembes dalam dunia keseharian jemaat dan menembus jiwa mereka. Cerita membuat kisah “kuno” Alkitab kembali hadir pada masa kini dalam kehidupan jemaat sehingga khotbah bukan hanya sekadar informasi tentang Tuhan, melainkan juga membawa jemaat mengalami Tuhan. Pengalaman menunjukkan bahwa cerita mempunyai kemampuan untuk “memaksa” jemaat untuk mendengar sehingga mereka mengikutinya dengan sukarela. Inilah seni “memaksa” yang pertama. MENGUBAH STRUKTUR KHOTBAH DARI DEDUKTIF MENJADI INDUKTIF Salah satu sebab yang membuat jemaat tidak antusias dalam mendengarkan khotbah adalah karena mereka bertahun-tahun mendengarkan khotbah dengan pola yang sama. Setelah mendengarkan ratusan bahkan ribuan kali, jemaat biasanya sudah hafal apa yang akan dikatakan oleh pendetanya. Ada jemaat yang dengan bercanda mengatakan, “Kalau pendeta kami sudah berkata ‘poin ke tiga, … ’ maka hati kami mulai plong karena itu tandanya kami sudah berada di terminal terakhir. Apalagi, bila ia sudah mengatakan ‘semoga Tuhan membantu kita untuk melakukan firman Tuhan ini’, nah, itu adalah sebuah morning call bagi kami.” Pola atau struktur khotbah yang sama mendatangkan kebosanan bagi jemaat, bahkan juga bagi pengkhotbah sendiri. Tak jarang, perasaan jenuh menguasai diri pengkhotbah pada waktu ia mengevaluasi khotbahnya. Bertahun-tahun semua berjalan dengan cara yang sama, tidak ada yang baru; bertahun-tahun pula ia melihat jemaat mendengarkan khotbahnya tanpa gairah. Perubahan-perubahan mungkin telah dilakukannya, baik dari segi penyampaian maupun isi khotbah, namun semuanya itu tidak membuat perbedaan yang cukup berarti. Sebenarnya, salah satu faktor yang membuat khotbah akan dirasakan berbeda oleh jemaat adalah struktur khotbah. Bila struktur khotbah diubah, maka jemaat akan merasakan adanya sesuatu yang baru. Pada zaman pascamodern, masyarakat anti akan kemapanan. Bentuk arsitektur yang dulu simetris, klasik, agung, sekarang dianggap membosankan. Orang lebih senang dengan gaya minimalis yang mempunyai corak yang simple dan bebas. Begitu juga dengan pola khotbah. Mereka mengalami kejenuhan dengan pola khotbah yang sama selama bertahun-tahun. Diam-diam mereka menanti-nantikan pola khotbah yang baru, walaupun mereka tidak tahu apa yang baru itu. Sayangnya, pengharapan jemaat ini tidak sepenuhnya direkam oleh para pengkhotbah. Mereka masih cenderung mempergunakan pola khotbah yang sama, yakni struktur khotbah deduktif yang salah satu bentuknya dikenal dengan khotbah “three-point sermon.” Kita tahu bahwa struktur khotbah pada dasarnya ada dua macam, yaitu struktur deduktif dan yang lain adalah struktur induktif. Struktur deduktif menempatkan amanat khotbah di awal khotbah, setelah pendahuluan. Kemudian, pengkhotbah mulai memberi penjelasannya atau argumennya yang biasanya dalam bentuk poin-poin; tentu saja, tidak selalu tiga poin. Kelebihan struktur khotbah ini adalah alur pikirnya sangat jelas dan sistematis. Jemaat dari awal sudah diberi tahu apa topik pembicaraannya dan selanjutnya mereka hanya menunggu penjelasannya dari pengkhotbah. Namun, kekurangan dari struktur ini adalah partisipasi jemaat rendah. Mereka pasif, tidak terlibat langsung dalam pemikiran maupun emosi khotbah. Tidak ada misteri, tidak ada solusi yang mereka nantikan karena semuanya telah diberitahu sejak awal. Khotbah seolah-olah menjadi sebuah film dokumenter yang akhir ceritanya sudah diketahui. Atau, ibarat sebuah pesta ulang tahun anak-anak yang semua kuenya disajikan di awal acara. Tak pelak lagi, setelah itu sebagian besar anak-anak ingin cepat-cepat pulang. Struktur khotbah ini—yang mendominasi mimbar-mimbar gereja pada era modern—bisa jadi menimbulkan kebosanan bagi jemaat di era pascamodern. Struktur khotbah yang lain adalah induktif. Secara teknis struktur ini menaruh amanat khotbah di akhir khotbah. Di bagian awal, pengkhotbah biasanya memunculkan suatu pertanyaan yang kemudian akan berkaitan dengan topik yang akan dibahas. Namun, apa yang akan dibicarakan dari topik itu, atau bagaimana solusinya masih tersembunyi bagi jemaat. Karena itu, sepanjang khotbah jemaat ikut terlibat baik secara pikiran maupun emosi untuk menerka-nerka solusinya. Di akhir khotbahlah mereka baru mendapatkan jawabannya. Struktur induktif nampaknya lebih menarik karena keterlibatan pendengar dalam mengikuti jalannya khotbah sangat besar. Jemaat seakan-akan menonton film yang belum tahu bagaimana akhir ceritanya dan selama klimaksnya belum tiba, maka mereka akan terus menyaksikannya dengan antusias. Struktur khotbah ini lebih cocok dengan pola pikir orang pada zaman pascamodern. Menurut Eugene Lowry paradigma homiletik lama telah semakin tergeser dengan paradigma homiletik baru. Pergeseran itu mencakup perubahan dari deduktif ke induktif, dari retoris ke puitis, dari ruang ke waktu, dari literal ke oral, dari prosa ke puisi, dari panas ke dingin, dari kredo ke himne, dari sains ke seni, dari belahan otak kiri ke belahan otak kanan, dari proposisi ke perumpamaan, dari langsung ke tidak langsung, dari susunan ke pengembangan, dari diskursif ke estetis, dari tema ke peristiwa, dari penjelasan ke gambar, dari poin ke kenangan, dari otoriter ke demokrasi, dari kebenaran ke makna, dari laporan ke pengalaman.[1] Dengan kata lain, prinsip dasar dari homiletik baru adalah diskursif, deduktif, dan khotbah proposisi tidak lagi menjadi metode yang menarik bagi pendengar masa kini. Untuk itu, pengkotbah perlu membiasakan diri dengan struktur khotbah induktif. Walaupun mengubah kebiasaan lama yang sudah bertahun-tahun mendarah daging tidak mudah, namun tidak ada salahnya mencoba sesuatu yang baru sebagai alternatif mengusir kebosanan. Setelah melihat dampak positifnya, niscaya kita akan terdorong untuk lebih sering melakukannya. Inilah cara kedua “memaksa” jemaat untuk mendengarkan khotbah dengan antusias. MENGUBAH BAHASA KONSEPTUAL MENJADI BAHASA GAMBAR Dalam bukunya Preaching to a Postmodern World: A Guide to Reaching Twenty-first Century Listener, Graham Johnston, menyatakan bahwa era modern didominasi oleh kata-kata yang dicetak, namun pada era pascamodern gambar menguasai kata-kata yang dicetak. Johnston mengamati fungsi yang unik dari gambar: “Gambar meninggalkan pemirsa bukan dengan gagasan-gagasan yang disusun dengan rapi, melainkan dengan kesan. Gambar berfungsi untuk mengizinkan pemirsa membangun penafsirannya sendiri.”[2] Bagi orang-orang pada zaman pascamodern, audio visual sudah menjadi “lauk pauk” sehari-hari. Melalui TV, film, komputer, handphone, handicam dlsb, orang-orang masa kini menikmati hiburan, informasi dan pendidikan dalam bentuk gambar. Bisa kita bayangkan apa yang jemaat rasakan pada waktu mereka mendengar khotbah. Tidak ada latarbelakang yang berganti-ganti, tidak ada musik pendukung, dan juga tidak ada artis-artis professional selain pengkhotbah sendiri. Jemaat hanya melihat satu orang yang sama dengan suara yang sama dan latar belakang panggung yang sama. Hampir seluruh pesan khotbah disampaikan hanya dengan sarana kata-kata. Tidak heran, bila konsentrasi jemaat dalam mendengarkan khotbah sangat pendek. Apalagi, yang didengar adalah proposisi-proposisi kebenaran mutlak, bahasa teknis teologi, atau bahasa konsep yang “kering”. Pasti sangat membosankan jemaat. Namun demikian, itu bukan berarti kita tidak mungkin “memaksa” jemaat untuk tetap mendengar khotbah kita. Caranya adalah dengan mengubah sebisa mungkin bahasa konsep menjadi bahasa gambar. Bahasa konsep adalah bahasa teknis, berisi definisi, istilah-istilah teologis, penjelasan-penjelasan abstrak dan argumentasi. Ibarat sawah di kemarau panjang: kering dan gersang; begitulah bahasa konsep. Tidak ada kehidupan, tidak ada gerak, tidak ada emosi, tidak menyentuh panca indera, lebih banyak menggunakan kata benda atau kata ganti daripada kata kerja dan kata sifat. Sebaliknya, bahasa gambar adalah bahasa yang menimbulkan sentuhan pada panca indra, hidup, bergerak, berperasaan, berwarna, penuh kiasan (metafora), membangkitkan imajinasi pendengar. Bahasa seperti ini, kadang-kadang, tata bahasanya tidak terlalu tepat, tapi sangat akrab dan mengena di telinga pendengar. Dampaknya langsung dirasakan oleh pendengar karena mereka tidak perlu mencerna dua tiga kali tentang apa yang dimaksud oleh si pengkhotbah. Dengan memakai banyak kata kerja, kata sifat dan kata keterangan, bahasa gambar menciptakan film dalam benak pendengar. Seperti film yang menyajikan panorama gambar untuk menyampaikan beritanya, seorang pengkhotbah sebaiknya menciptakan gambar-gambar dengan kata-katanya sehingga jemaat bukan hanya mendengar berita yang disampaikan, tapi juga melihat dan merasakannya. Mereka mengalami atau masuk ke dalam situasi yang dilukiskan pengkhotbah. Bahasa seperti itulah yang digunakan dalam 2 Samuel 17, “Demikianlah aku akan membawa pulang seluruh rakyat itu kepadamu seperti seorang mempelai perempuan kembali kepada suaminya (ay.3) . . . . Kata Husai pula: “Engkau tahu, bahwa ayahmu dan orang-orangnya adalah pahlawan, dan bahwa mereka sakit hati seperti beruang yang kehilangan anak di padang (8). . . . Maka seorang gagah perkasa sekalipun yang hatinya seperti hati singa akan tawar hati sama sekali (10) . . . . Apabila kita mendatangi dia di salah satu tempat, di mana ia terdapat, maka kita akan menyergapnya, seperti embun jatuh ke bumi, sehingga tidak ada yang lolos, baik dia maupun orang-orang yang menyertainya. Dan jika ia mengundurkan diri ke suatu kota, maka seluruh Israel akan mengikat kota itu dengan tali, dan kita akan menyeretnya sampai ke sungai, hingga batu kecilpun tidak terdapat lagi di sana” (12-13). Dengan sangat pandai Nabi Natan menggunakan bahasa seperti ini pula untuk menyampaikan tegurannya kepada Daud yang telah melakukan dosa yang amat keji di hadapan Allah, yaitu berzinah dengan Batsyeba dan membunuh suaminya, Uria (2 Sam. 12:1-14). Yesus juga mengajar murid-murid-Nya dengan bahasa gambar. Kepada para murid-Nya yang sedang kuatir akan masa depan mereka, Ia berkata, “Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu melebihi burung-burung itu?” (Matius 6:26). Para murid tidak perlu memikirkan dua kali apakah yang dimaksud Yesus dengan perkataannya itu, sebab bahasa yang Yesus gunakan sudah menciptakan dalam pikiran mereka gambaran burung-burung yang terbang merdeka di langit bebas dan gambaran petani yang dengan susah payah sedang menabur, menuai, dan mengumpulkan bekal dalam lumbung. Dari dua gambar yang kontras itu mereka dengan cepat mengerti dan merasakan betapa Allah sangat memperhatikan kebutuhan mereka sehingga mereka tidak perlu kuatir akan hidup mereka. Seorang pengkhotbah yang berkhotbah dengan bahasa seperti ini akan selalu mampu “memaksa” pendengarnya untuk terus memperhatikan khotbahnya. Inilah seni “memaksa” yang ketiga. MENGUBAH GAYA KHOTBAH OTORITER MENJADI KHOTBAH PERCAKAPAN Masyarakat pascamodern sangat sensitif dengan sikap yang otoriter dan klaim-klaim kebenaran yang absolut. Mereka menganggap semua orang mempunyai kebenaran masing-masing, serta kesempatan, kebebasan dan hak yang sama. Belakangan ini kita melihat pemimpin-pemimpin negara-negara Arab yang otoriter diguncang oleh rakyatnya yang tidak lagi bersedia hak dan kebebasan mereka ditindas. Hal yang sama terjadi pada pemirsa TV. Bila seorang pembawa acara TV berkata, “Jangan pindahkan channel Anda …” atau “Tetaplah bersama kami …” hampir bisa dipastikan bahwa kebanyakan pemirsa justru melakukan hal yang sebaliknya. Ucapan seperti itu terasa sangat mendikte dan merampas kebebasan orang. Dewasa ini, sesuatu yang bersifat absolut dan otoriter tidak lagi mendapat tempat. Disadari atau tidak, sikap jemaat terhadap hamba Tuhan banyak diwarnai oleh nilai-nilai seperti ini. Bagi kebanyakan jemaat pada era kini, pendeta atau hamba Tuhan adalah manusia biasa yang memiliki otoritas tidak lebih dari mereka, hanya profesinya saja yang berbeda. Itulah sebabnya, berkhotbah dengan nada keras, otoritatif, dan sinis tidak lagi disukai. Nilai-nilai demikian, mau tidak mau, menimbulkan tantangan baru dalam berkhotbah. Kita menyadari bahwa dasarnya khotbah Kristen berdiri pada sesuatu yang bersifat absolut, yakni firman Tuhan, demikian juga dengan Injil. Bahwa manusia diselamat bukan karena perbuatan baiknya dan Yesus adalah satu-satunya jalan yang memungkinkan manusia sampai kepada Bapa adalah klaim yang bersifat absolut. Apakah itu berarti bahwa khotbah Kristen tidak lagi punya kesempatan untuk didengarkan oleh masyarakat masa kini? Apakah ini yang membuat jemaat enggan untuk mendengarkan khotbah? Jawabnya, maybe yes, maybe no. Yang terpenting adalah apakah pengkhotbah memahami paradigma pendengar masa kini dan berupaya mengkomunikasikan kebenaran Alkitab dengan cara yang sesuai dengan konteks mereka. Keyakinan bahwa firman Tuhan dan Injil itu bersifat mutlak tidak perlu disembunyikan, begitu pula dengan otoritas seorang pengkhotbah yang berasal dari Allah dan bukan dari dirinya sendiri. Namun, hal ini tidak dimaksudkan bahwa seorang pengkhotbah boleh berkhotbah dengan cara yang otoriter. Dewasa ini, jemaat lebih dapat menerima khotbah dengan nada percakapan (conversational preaching) di mana jemaat dianggap sebagai teman bicara yang baik, anggota keluarga dalam suatu komunitas, atau “pelanggan” yang dihargai dan dihormati; bukan murid yang harus digurui. Sebelum berkhotbah, pengkhotbah demikian biasanya memberi salam sehangat mungkin dan senyum selebar mungkin kepada jemaat. Pada waktu berkhotbah, nadanya pun tidak preachy – berusaha keras meyakinkan orang untuk menerima gagasannya dengan cara yang membuat orang lain merasa tidak nyaman. Sekali-kali di tempatkannya humor-humor kecil yang membuat khotbahnya tetap segar. Ia tidak mempunyai kecenderungan mendiskretkan orang atau gereja lain. Dengan model percakapan, ia tidak terikat pada naskah khotbahnya dan berbicara dengan santai namun penuh percaya diri. Ia berusaha menciptakan pertanyaan-pertanyaan dan dialog-dialog yang mengungkapkan pikiran-pikiran jemaat baik yang pro ataupun yang kontra terhadap kebenaran yang sedang dibahas. Namun, pada akhirnya ia dengan kepiawaiannya menggiring pikiran jemaat untuk melihat kebenaran firman Tuhan dan dengan persuasif menghimbau jemaat untuk melakukan firman itu. Dengan cara ini, sebenarnya ia melibatkan jemaat dalam proses pencarian kebenaran, bukan mencekokinya, sehingga jemaat merasa dihargai dan diperlakukan sebagai pribadi yang dewasa. Inilah seni “memaksa” jemaat yang keempat. MENGUBAH HAL-HAL YANG TEORITIS MENJADI PRAKTIS Masyarakat pada zaman pascamodern adalah masyarakat yang tenggelam dalam tsunami informasi. Salah satu konsekuensinya adalah setiap saat, suka atau tidak, otak mereka dipaksa bekerja secara multitasking. Majalah TIME menyebut generasi masa kini sebagai “Generation M” – M kependekan dari multitasking – di mana pada suatu saat yang sama otak dipaksa untuk memikirkan beberapa hal sekaligus. Orang-orang di era kini dapat membagi waktu dan perhatian antara menonton TV dan mengetik email, mengendari mobil dan SMS atau bertelepon, mendengarkan musik, Facebook, blog dan meeting, dll. Begitu juga saat jemaat mendengarkan khotbah, otak mereka yang multitasking terus bekerja. Pengaruh pragmatisme, yang mengajarkan bahwa segala sesuatu bisa dianggap benar dengan melihat akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis, membuat mereka selalu berpikir dari keuntungan diri mereka sendiri. Gabungan dari dua faktor ini sangat mempengaruhi filosopi hidup mereka. Nilai-nilai hidup mereka tidak lagi berdasar pada apa yang benar, tetapi apa yang bermanfaat. Pada waktu mendengarkan khotbah, mereka tidak mau direpotkan dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kebenaran, terlebih yang bersifat metafisik. Mereka menjadi tidak sabar mendengarkan khotbah yang bertele-tele, termasuk khotbah yang sarat dengan penjelasan latar belakang teks mirip kuliah eksegese atau teologi. Ini bukan berarti mereka tidak bersedia mendengar tentang penjelasan teks – sebagian mereka malah mengharapkan – tetapi tentu saja penjelasan yang signifikan, relevan, dan to the point. Setelah itu, mereka mengharapkan pertanyaan mereka – “praktisnya apa?” – segera terjawab. Sayangnya, masih banyak pengkhotbah yang asyik berlama-lama dalam penjelasan teks secara rinci. Tidak jarang, pengkhotbah membahas persoalan tentang sumber teks, waktu penulisan teks, struktur teks, analisis arti kata dan tata bahasa yang tempatnya seharusnya ada di ruang studi pengkhotbah. Akibatnya, khotbah miskin akan ilustrasi dan aplikasi; ujung-ujungnya, jemaat merasa tidak mendapat apa-apa. Yang perlu selalu disadari adalah bahwa jemaat datang ke gereja bukan untuk mendapatkan informasi, melainkan transformasi. Mereka beribadah bukan untuk menambah pengetahuan Alkitab ke isi kepala mereka, melainkan mencari sesuatu yang rohani yang dapat mengisi hati mereka yang gelisah, kuatir, kosong dsb. Yang mereka butuhkan bukan teori yang berlebihan, melainkan aplikasi khotbah yang relevan. Itulah sebabnya, mereka selalu bertanya-tanya, “praktisnya apa?” Ketika tidak menemukan nilai praktis dari kebenaran yang dikhotbahkan, mereka kehilangan gairah untuk mendengarkan. Menyadari karakteristik jemaat seperti ini, pengkhotbah memerlukan strategi komunikasi yang jitu. Membuat dan menjalankan strategi yang baru tentu diperlukan kemauan dan kerelaan untuk mengubah pola komunikasi yang lama. Hal yang utama yang perlu dilakukan adalah pengkhotbah perlu mengikis habis penjelasan-penjelasan teks yang tidak signifikan dan relevan baik yang bersifat biblikal maupun doktrinal dan memberikan lebih banyak contoh-contoh kehidupan sehari-hari serta menunjukkan penerapannya. Salah satu cara yang paling efektif untuk mengajarkan nilai praktis kebenaran firman Tuhan itu adalah dengan men-sharing-kan pergumulan pengkhotbah dalam melakukan kebenaran tsb. Di masa lalu, pengkhotbah yang dipandang baik adalah pengkhotbah yang tidak sedikit pun mengisahkan tentang dirinya. Jemaat pun punya pandangan yang sama. Tidak heran, bila dulu dalam suatu retreat, jemaat tetap tertarik untuk mendengarkan seorang pengkhotbah yang berkhotbah enam sampai delapan sesi tanpa sekali pun men-sharing-kan diri dan pergumulannya dalam menjadi pelaku firman Tuhan. Tetapi di era kini, jemaat tidak akan tahan bila semua yang dikatakan pengkhotbah melulu dalam tataran teoritis. Otak mereka yang multitasking akan segera berpindah channel ketika mereka tidak menemukan nilai praktis dari sebuah khotbah. Channel mereka akan segera kembali pada saat pengkhotbah mulai menerapkan yang teoritis itu menjadi praktis, terlebih lagi ketika pengkhotbah mau membagikan pergumulannya dalam menjadi pelaku firman tersebut. Pergumulan itu tidak harus selalu tentang keberhasilan, bisa juga kegagalan. Yang terakhir ini justru sering lebih menyentuh hati jemaat. Inilah seni “memaksa” yang kelima. YANG TIDAK BOLEH BERUBAH: KEBENARAN FIRMAN TUHAN DAN KETERGANTUNGAN YANG MUTLAK KEPADA PIMPINAN ROH KUDUS Zaman berganti, budaya dan filosofi hidup manusia terus berubah. Seiring dengan itu, metode khotbah pun beriring dinamis dengan konteks pendengarnya. Dinamika ini perlu disyukuri karena dengan demikian khotbah akan dapat terus menjadi wahana untuk menyampaikan amanat Allah dan mentransformasi pendengarnya. Pada era pascamodern, penyesuaian juga seharusnya terus berjalan. Meskipun mungkin ada banyak hal yang membuat kita tidak bisa sepaham dengan pandangan hidup pascamodernis, sebagai pengkhotbah, kita tidak boleh berhenti untuk berupaya mencari metode yang lebih efektif dalam mengkomunikasikan firman Tuhan. Hanya perlu digarisbawahi, hal ini bukan berarti bahwa esensi khotbah berubah-ubah. Amanat suatu khotbah harus tetap bersumber dari Alkitab sebagai firman Allah yang diinspirasikan oleh Roh-Nya. Amanat ini adalah amanat yang kuno yang pernah Allah berikan kepada umat-Nya, Israel, dan gereja pada masa Perjanjian Baru. Amanat ini bersifat kekal dan universal. Perubahan-perubahan terjadi pada metode mengkomunikasikannya, bukan pada isinya. Paulus menegaskan hal yang sama kepada anak rohaninya, Timotius, “Beritakanlah firman!” (2 Tim. 4:2). Jika kita ingin “memaksa” jemaat untuk mendengarkan khotbah kita dengan penuh perhatian, khotbahkanlah sesuatu yang mentransformasi hidup mereka. Jika itu yang menjadi tekad kita, maka jalan satu-satunya adalah kita harus mengkhotbahkan firman Tuhan (2 Tim. 3:16). Ini adalah prinsip dasar yang tidak bisa ditawar. Prinsip lainnya yang tidak kalah penting adalah ketergantungan yang mutlak seorang pengkhotbah kepada pimpinan Roh Kudus. Menyadari bahwa perubahan metode khotbah hanya merupakan upaya agar khotbah dapat tetap mempunyai pengaruh namun hasil akhirnya semata-mata adalah pekerjaan Roh Kudus membuat setiap pengkhotbah harus bergantung penuh pada pimpinan-Nya. Menerapkan metode khotbah yang tepat sesuai dengan konteks pendengarnya merupakan tindakan yang seharusnya. Namun, metode itu sendiri tetap memiliki keterbatasan, sama seperti pengkhotbah yang membawakannya juga memiliki keterbatasan. Hakikat khotbah lebih daripada sekadar metode; esensi pengkhotbah lebih dari sekadar ahli retorika. Metode adalah instrumen pengkhotbah, dan pengkhotbah adalah instrumen Roh Kudus dalam menggenapi karya-Nya. Karenanya, setiap pengkotbah harus meminta penyertaan Roh Kudus agar baik dirinya maupun metode khotbahnya diurapi dengan kuasa ilahi. Dengan begitu, barulah instrumen-instrumen yang terbatas itu mampu menyampaikan firman Tuhan yang mentransformasi pendengar. Martyn Lloyd-Jones berkata, “Bagi saya tidak ada yang lebih menakutkan bagi seorang pengkhotbah daripada berdiri di mimbar seorang diri tanpa senyum perkenan Allah.”[3] Ketakutan demikianlah yang seyogyanya ada di dalam hati setiap kita sebagai pengkhotbah. Dengan kesadaran ini, biarlah kita bergantung penuh kepada-Nya serta berdoa, “Roh Kudus, urapilah pemberitaan kami, sebab tanpa kuasa-Mu khotbah kami akan menjadi sia-sia sama seperti gong yang berkumandang dan canang yang bergemerincing.”

PEMULIHAN

Yesaya 1: 18 dikatakan bahwa “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.” Selain itu, 1 Yohanes 1: 9 juga mencatat “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” Bagian firman Tuhan ini menujukkan bahwa ada jaminan pengampunan dosa dari Allah ketika kita datang mengaku dosa di hadapan Allah. Jaminan pengampunan dosa ini menjadi suatu hal yang pasti karena pengorbanan Kristus yang sempurna di kayu salib. Pengorbanan Kristus yang sempurna telah meredakan murka Allah atas manusia berdosa. Pengorbanan Kristus telah membuka pintu pengampunan Allah bagi manusia berdosa. Saudara, dalam perjalanan kita mengikut Tuhan, bukankah kita masih sering jatuh bangun dalam dosa? Saya tidak tahu, apa yang menjadi pergumulan kita. Mungkin ada yang bergumul dengan dosa kekuatiran, ketakutan, kecemasan, kemalasan, atau kemarahan. Mungkin ada yang bergumul dengan dosa iri hati, kesombongan atau kemurnian hati dalam pelayanan. Bahkan mungkin ada diantara kita yang bergumul dengan pikiran-pikiran negatif terhadap orang lain atau pikiran yang kotor yang muncul dalam khayalan kita. Saudara, mungkin dosa ini tidak diketahui oleh orang-orang di sekitar kita. Namun, satu hal yang pasti Tuhan tahu akan hal itu. Dosa kita adalah sesuatu yang jahat dan menjijikkan di hadapan Tuhan yang maha kudus. Dosa kita adalah suatu penghinaan kepada pribadi Tuhan! Kesadaran ini seharusnya membuat kita datang merendahkan diri di hadapan Tuhan, mengakui dosa-dosa kita dengan jujur, dan memohon pengampunan Allah. Biarlah dengan hati yang hancur dan penyesalan yang mendalam kita berkata kepada Tuhan: “Tuhan, terhadap Engkau, terhadap Engkau saja aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kau anggap jahat. Kasihanilah aku yang berdosa ini” Ingatlah bahwa dosa selalu membawa kecemasan dan kegelisahan dalam hidup kita. Namun, pengakuan yang jujur di hadapan Allah membawa kelegaan dan kebebasan. Pengakuan dosa ini menjadi langkah awal bagi kita untuk dipulihkan oleh Allah. Setelah Daud mengakui dosanya, ia memohon pemulihan dari Alla

PENGAKUAN DOSA

Mazmur 51 ini merupakan Mazmur pengakuan dosa yang paling terkenal dari 7 Mazmur pengakuan dosa yang ada.  Mazmur ini merupakan mazmur pengakuan dosa Daud.  Daud bukan hanya telah melakukan perzinahan, tetapi juga merancang pembunuhan Uria, suami Batsyeba untuk menutupi dosanya.  Dosa Daud yang tampak wajar untuk dilakukan oleh seorang raja pada masa itu ditegur oleh Tuhan melalui nabi Natan. 
            Dalam 2 Samuel 12:1-7 kita dapat menemukan bahwa ketika nabi Natan datang kepada raja Daud, ia tidak langsung menegur Daud.  Natan menggunakan kisah orang kaya dan orang miskin.  Orang kaya ini merampas satu-satunya anak domba yang dimiliki oleh si miskin.  Kisah yang menggambarkan ketidakadilan ini membuat Daud sangat marah!  Secara spontan ia mengatakan bahwa orang kaya ini harus dihukum mati.  Orang kaya ini juga harus mengganti anak domba itu empat kali lipat!  Pada saat itulah nabi Natan mengatakan: “Engkaulah orang itu!”  Nabi Natan “membongkar” dosa Daud yang selama ini berusaha ia tutupi.  Lalu apa respons Daud?  Apakah ia berusaha membela diri?  Tidak saudara.  Daud berkata: “Aku telah berdosa kepada TUHAN.”  Kesadaran inilah yang menuntun Daud pada pengakuan dosa yang jujur di hadapan Tuhan.  Daud datang dengan jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk seperti yang digambarkan di ayat 19, “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.” Hal ini menggambarkan suatu kondisi dukacita atau kesedihan yang mendalam karena telah berdosa serta rasa gentar seseorang yang berdosa karena ia menyadari akan kehadiran Allah yang kudus

Jumat, 23 November 2012

RAHASIA YG DISINGKAPKAN

Apakah kita dalam menjalani kehidupan ini ada di wilayah "abu-abu"? Maksudnya masih kurang / tidak jelas rencana Tuhan dalam hidup kita...Seperti yang dinyatakan pada tulisan postingan sebelumnya:"Tetapi mengapa walau sebagian orang-orang mengaku sudah menjadi anak-anak-Nya, TETAPI dalam perjalanan kehidupannya tidak mengetahui rencana Tuhan, atau tidak hidup dalam rencana Tuhan? Bahkan bukan itu saja, mereka tidak mengalami janji-janjiNya..." Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, mari kita lihat terlebih dahulu pernyataan berikut ini: Sangat banyak orang Kristen yang mengaku percaya pada hal-hal yang mereka ketahui karena mereka diharapkan demikian, tetapi pengakuan percaya tidak sama dengan tindakan. Hanya kepercayaan sejati yang membawa kepada tindakan. Kita hidup di dalam suatu konteks di mana berjuta-berjuta orang Kristen yang mengaku percaya tidak meyakini apa yang mereka percayai karena mereka telah diajarkan bahwa yang penting adalah mengakuinya tidak peduli apakah anda mempercayainya atau tidak (Bob Bufford penulis Halftime dan Finishing Well) dan research dari group George Barna: Penelitian ini ditampilkan dalam sebuah buku baru, You Lost Me: Why Young Christians are Leaving Church and Rethinking Faith, yang terbit Oktober 2011 oleh perusahaan riset berbasis spiritual di California, Barna Group. Para peneliti menemukan bahwa 38 persen dari usia 18 sampai 25 orang Kristen secara signifikan meragukan iman mereka. Pada usia 15, 57 persen mengatakan mereka kurang aktif di gereja dan 59 persen keluar gereja. Menurut You Lost Me, satu dari lima orang Kristiani muda telah berubah dari praktek-praktek iman masa kecil mereka dan mencabut kebiasaan gereja yang berkembang saat mereka dibesarkan. Dalam sebuah wawancara dengan The Christian Post, penulis David Kinnaman mengatakan, "Setiap orang memiliki berbagai alasannya sendiri saat meninggalkan gereja. Hal ini terdiri dari perspektif yang cukup luas sehingga menciptakan pemutusan. " Temuan ini berasal dari studi selama lima tahun terhadap 1.296 anak muda yang pergi ke gereja atau mantan. Jika mereka dulunya menghadiri ibadah, mengapa mereka meninggalkan gereja di masa pasca-remaja pra-dewasa mereka? Menurut Barna Group, anak muda melihat gereja sebagai menghakimi, terlalu protektif, eksklusif dan tidak ramah terhadap mereka yang ragu-ragu. Di sini bersedia belajar hanya akan memfokuskan kepada pembahasan inti mengapa masih banyak orang-orang masih berada diwilayah "abu-abu" dalam perjalanan kehidupan kekristenan mereka terkait dengan rencana Tuhan. Pernyataan dan hasil research dari Bob Bufford dan George Barna patut menjadi perhatian kita semua. Dan ini jawabannya: mengaku percaya tidak meyakini apa yang mereka percayai, secara signifikan meragukan iman mereka Jika Anda sekarang pada saat membaca postingan ini masih ada pertanyaan di dalam hati:"Saya masih belum jelas rencana Tuhan dalam hidup saya..." Maukah Anda menyelidiki hati Anda dengan kejujuran dan kerendahan hati untuk datang kepada-Nya, dan sama berseru seperti Musa dan Daud:"Berkatalah Musa kepada-Nya: "Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini.Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku.Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari" (Kel.33:15, Maz.25:4-5). Jika kita datang kepada-Nya dengan pertobatan dan penuh keyakinan (iman), lihatlah Dia akan menyatakan diri-Nya. Jika Dia sudah melakukannya kepada Musa dan Daud, kepada saya, dan kepada banyak anak-anak-Nya yang lain, Dia pasti juga akan menyatakan diri-Nya kepada Anda, percayalah tidak ada rahasia yang tidak Ia singkapkan, termasuk rencana-Nya untuk setiap kita..