Sabtu, 09 Maret 2013

JANGAN PILIH KASIH

“Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. (Lukas 15 : 11-32) Setiap kali membaca Alkitab berbicara tentang perikop Perumpamaan artinya belum tentu true story, tetapi melainkan hanya diumpamakan saja. Dalam Budaya tertentu, bahwa anak minta warisan saat orang tua masih hidup itu merupakan suatu yang tidak baik. Ketika anak itu belum siap menerima warisan yang diberikannya akan bisa menghancurkan masa depan anak tersebut. Mempersiapkan anak lebih baik dipersiapkan dengan iman yang kuat. Dalam kehidupan manusia itu ada alam sadar, alam tidak sadar dan alam antara sadar dan tidak sadar. Ketika anak-anak masih kecil (Sekolah Minggu) mungkin belum tahu dan mengerti tentang Firman Tuhan usahakan terus karena ada alam bawah sadar yang akan terus menyerap apa yang didengarnya. Cara menilai orang itu kaya, pada zaman itu didasarkan berapa banyak ladang, ternak, budak yang dimilikinya. Lukas 15:17 “Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa.”Bertobat adalah ketika orang menyadari kesalahan-kesalahannya, membenci kelakuannya dan kembali kepada Bapa di sorga. Ketika menyadari keberadaannya langkah yang dilakukan anak tersebut adalah kembali kepada Bapa. Ketika Bapa melihat anak tersebut kembali bapa mencium dan merangkul yang dilakukan, sebenarnya apa yang dilakukan Bapa, bapa benci pada dosa dan kelakuan anaknya tetapi bapa sayang kepada anaknya sebagai pribadi. 15:20 “Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.”“ayahnya telah melihatnya”, maksud perkataan tersebut menunjukkan bahwa penantian dan kerinduan bapa kepada anaknya yang cukup lama terjawab sudah, itulah yang membuat tergerak hatinya oleh belas kasihan. Bapa itu benci kepada sikap anak bungsu tersebut karena itu adalah dosa, tetapi sayang kepada pribadi anak bungsunya. Begitu juga Bapa di sorga sangat membenci dosa yang dilakukan umat pilihannya, tetapi sangat mengasihi dan sayang kepada pribadinya. Lukas 15:28-29 “Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Anak sulung memiliki sikap yang benci kepada anak bungsu yaitu adiknya, sebagai kakak ia marah baik kelakuan dosa yang dibuatnya dan pribadinya. Ketika kita benci pada seseorang, mana yang kita benci apa semuanya. Bapa dan anak sulung memiliki prinsip yang berbeda, sebagai seorang Bapa ia sayang dan cinta kepada anak secara pribadi karena ia adalah anak, tetapi membenci dosa dan kelakuan yang dilakukan oleh anaknya yang bungsu. Tetapi anak sulung benci semuanya itulah yang akan membuat kita tidak berkenan kepada Tuhan.Begitu juga dengan Tuhan Yesus, Ketika Tuhan Yesus menemukan orang berdosa ia benci, tetapi ketika orang itu bertobat, Tuhan membuka kedua tangannya dan merangkul dan menyayangi luar biasa, Tuhan sukacita ketika ada orang berdosa bertobat. Kasih dan anugerah Tuhan tidak bisa dibandingkan dengan apapun juga bagi anak-anaknya, oleh karena itu Tuhan mau memberikan apa saja untuk menebus dosa setiap orang, bahkan Tuhan memberikan nyawanya dan berperang melawan maut supaya kita memiliki kehidupan yang kekal. Ketika kita membenci seseorang kita harus sadar bahwa yang harus kita benci adalah dosa dan tingkah laku yang tidak benar, tetapi kita mengasihi pribadinya. Saat kita mampu menerapkan itu maka kita memiliki hati yang mengampuni dan Tuhan berkenan kepada Tuhan. Kesimpulan tentang “Perumpamaan Anak yang Hilang”: bahwa ketika kita mengasihi anak kita, yang harus kita lakukan adalah: 1. Tidak baik mempersiapkan anak dengan masa depan harta karena bisa menghancurkan masa depan. 2. Menyiapkan anak untuk masa depan lebih baik dengan bekal iman, takut akan Tuhan dan pengetahuan. 3. Jangan pernah pilih kasih dengan anak tetapi harus dengan porsi yang sama Membenci seseorang karena dosa dan kelakuannya, jangan pribadinya.