Rabu, 25 Juli 2012

SEPERTI APA YANG KAU PIKIRKAN ....

Suatu hari ada seorang penulis terkenal Чğ sedang berlibur di suatu desa. Desa itu sangat terpencil dan bahkan sangat jarang dikunjungi oleh wisatawan.
Dia ingin menjernihkan pikirannya agar tulisan² Чğ akan dibuatnya bisa lebih segar.

Di desa itu hanya terdapat tiga toko kecil. Dia tertarik untuk mengunjungi ketiga toko itu. Dihampirinya toko Чğ pertama. Toko berdinding bambu itu tampak sepi. Kacanya sangat berdebu dan kelambunya berwarna abu-abu. "Toko ini tampak kotor sekali, sepertinya tak pernah dirawat" guman sang penulis saat memasuki toko itu.

"Selamat sore" sapa sang penulis. "Sore" jawab seseorang yang berada di balik meja kasir dengan nada malas. "Hai anak muda, apa kau kurang kerjaan sehingga mendatangi toko ini? Sepertinya kau bukan warga desa ini" kata orang di toko itu dengan sinis.

"Oh, iya. Saya memang bukan warga disini. Saya dari Kota. Perkenalkan nama saya Tom" kata Tom sambil mengulurkan tangannya.
"Saya John pemilik toko ini" jawab orang itu.

"Jangan heran bila kau melihat tak satu orang pun berkunjung ke tokoku. Hal ini sudah terjadi setiap hari. Dan aku sangat malas berada di tempat ini. Dan lebih baik kau pergi dari sini karena aku sedang malas melayani pengunjung" kata pemilik toko.

Penulis itu pun pergi meninggalkan toko itu dengan perasaan yang sedikit bingung karena baru kali ini dia bertemu pemilik toko yang tidak ingin tokonya dikunjungi orang. Lalu dia menghampiri toko kedua yang berada diseberang jalan. Toko itu tampak terawat, terlihat dari kaca dan kelambunya Чğ bersih.

"Halo selamat sore" sapa seorang perempuan yang berada di dekat pintu masuk.
"Sore, apa anda pemilik toko ini?" tanya penulis itu.
"Iya, benar. Ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita itu.
"Oh, saya hanya berjalan-jalan saja dan kebetulan melewati toko anda. Jadi saya menyempatkan untuk mampir" jawab penulis itu.

Wanita pemilik toko itu menghela napas panjang.
"Ya beginilah tokoku. Selalu sepi. Setiap pagi aku bangun dan mempersiapkan kelengkapan toko. Selalu memasak untuk pengunjung yang belum tentu datang. Saya sangat capek dengan rutinitas ini. Belum lagi bila mereka tidak puas dengan makanan yang aku sajikan, yang ada aku malah rugi karena mereka pergi tanpa membayar. Sepertinya yang aku lakukan adalah sia-sia."

Penulis itu sudah satu jam mendengarkan semua keluh kesah dari wanita itu. Penulis itu menjadi sangat sedih hatinya dan ingin segera meninggalkan desa itu. Baginya, itu adalah desa terburuk Чğ pernah dia kunjungi. Desanya sangat suram dan warganya pun sangat tidak bersemangat. Tak heran bila desa itu begitu sepi dan jarang dikunjungi oleh wisatawan.

Di ujung jalan dia melihat sebuah toko kecil. Sangat sederhana. Sebenarnya penulis itu sangat malas untuk memasuki toko itu, karena dia akan mendengarkan keluh kesah lagi dari pemilik toko itu seperti Чğ dia alami sebelumnya. Tapi dia sangat lapar, dan terpaksa dia mencari makanan di toko itu.

"Selamat sore, Pak" sapa penulis itu kepada seorang lelaki tua Чğ sedang menyirami bunga di depan toko itu. "Selamat sore, anak muda. Selamat datang di toko kecilku" jawab lelaki tua itu dengan tersenyum ramah.
"Wah, toko anda sepi juga ternyata" kata penulis itu.

Lelaki tua itu tersenyum, lalu mengambil semangkok pangsit dengan taburan ayam di atasnya.
"Makanlah pangsit ini, sepertinya kamu lapar"

Penulis itu sangat heran. Dia belum memesan apapun tapi lelaki tua itu sepertinya tahu bahwa perutnya sudah sangat keroncongan. Tanpa banyak berkata-kata, pangsit itu pun dilahapnya.

"Desa ini memang sepi, Nak. Jadi jangan heran kalau tak banyak pengunjung di tempat ini. Semua itu sudah diatur oleh Tuhan, aku hanya berusaha untuk menjalaninya dengan baik. Aku ada di desa ini pun karena sudah sesuai dengan kehendak-Nya. Aku bersyukur mempunyai toko ini. Meskipun tidak besar, tetapi aku masih bisa berguna bagi orang lain" kata lelaki tua itu sambil tersenyum.

Penulis itu sangat terkejut dengan perkataan lelaki tua itu. "Berguna bagi orang lain?"

"Bukankah pangsit buatanku sangat berguna bagi perutmu yang kelaparan?" kata lelaki tua itu, masih tetap dengan senyumannya yang ramah.
"Aku selalu bersyukur terhadap semua yang aku miliki. Aku juga bersyukur bila tokoku yang sepi ini karena aku bisa meluangkan waktuku untuk berdoa, membuat kue membuat kerajinan, dan dapat menemanimu mengobrol. Aku percaya bahwa segala sesuatu akan indah tepat pada waktunya. Aku hanya menunggu Tuhan menepati janji-Nya."

Hati penulis itu menjadi bergetar. Dia telah mendapatkan energi dan suntikan semangat yang baru dari lelaki tua itu. Saat itu juga dia mendapatkan bahan yang sangat luar biasa untuk menulis. Dan dia sangat yakin bahwa bukunya kali ini akan sangat laris melebihi buku-buku yang pernah dia terbitkan.

"Saya akan kembali ke kota malam ini juga. Dan anda akan menjadi sangat terkenal. Sebentar lagi desa ini akan sangat ramai. Toko anda akan ramai dengan pengunjung. Bersiaplah untuk semua perubahan itu" kata penulis pada laki-laki tua itu.

Lelaki tua itu tampak kebingungan dan tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh penulis itu. "Maksud anda?"

"Perkenalkan, nama saya Tom. saya adalah penulis yang terkenal di kota. Dan saya akan menuliskan tentang anda di buku saya. Kisah anda akan menjadi buku terlaris di kota. Sepertinya kau tak perlu berlama-lama lagi untuk menanti janji Tuhan karena sebentar lagi berkatmu akan melimpah" kata penulis itu dengan penuh semangat.

Beberapa bulan kemudian, desa kecil itu menjadi sangat terkenal. Dan semua orang berbondong-bondong ingin bertemu lelaki tua yang berada di dalam buku berjudul "Ucapan Syukur Itu adalah Sumber Berkat".
Tuhan telah memberkati lelaki tua itu yang dalam hidupnya penuh dengan ucapan syukur.

Filipi 4:6, "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur."