MISIONARIS
gal 6:12-18, Aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus
Pada akhir abad ke-19, seorang mantan mahasiswa Universitas Oxford menjadi Kanselir Inggris. Salah seorang teman sekelasnya menjadi Sekretaris Luar Negeri Inggris. Orang ketiga memperoleh reputasi internasional sebagai pengarang. Sedangkan orang keempat, Temple Gairdner, barangkali merupakan siswa yang paling berbakat di antara teman-teman sekelasnya, akan tetapi ia justru tidak menjadi orang yang tenar dan berpengaruh. Mengapa demikian? Karena ia telah menerima Yesus sebagai Juruselamatnya dan hidup sebagai misionaris di daerah yang terpencil dan berbahaya.
Sebenarnya Gairdner bisa saja menjadi orang yang terkenal seperti teman-temannya. Akan tetapi, pada saat memutuskan untuk menjadi seorang misionaris, ia menulis surat kepada saudara perempuannya, “Saya merasakan suatu ambisi yang sangat sulit untuk dipadamkan. Apabila menilik latar belakang keluarga dan pendidikan seseorang yang tinggi, ambisi untuk menjadi terkenal dan ternama memang tampak wajar. Sangat sulit untuk melepaskan diri dari semua itu dan mau meninggal tanpa dikenal.”
Kita mungkin tidak diminta untuk berkorban seperti itu. Namun apakah kita bersedia melayani Sang Juruselamat dengan ketaatan penuh? Untuk melayani Dia dengan setia kita harus mengesampingkan kepentingan kita sendiri, seperti yang dilakukan Paulus.
Kita tidak perlu menjadi terkenal. Namun, kita perlu setia ke mana pun Allah memanggil kita
kesuksesan dunia berbeda dengan kesuksesan sorgawi