Pada hari Paskah pagi, ia bersiap mempersembahkan misa
di suatu tempat agak jauh dari
Ia membawa sebuah sangkar burung kosong yang sudah reyot,
kotor tak terurus, dan menempatkannya di dekat altar.
Alis umatnya mulai terangkat, dan mereka mulai bertanya-tanya.
Dalam kotbahnya Sang Pastor mulai menjelaskan
Tentang sangkar burung tersebut.
Dalam perjalanan saya ke sini tadi, saya bertemu
dengan seorang anak kecil melangkah berlenggang
sambil mengayun-ayunkan sangkar burung ini.
Di dalamnya terdapat 3 ekor anak burung liar,
meringkuk kedinginan dan ketakutan.
Saya berhenti dan bertanya kepada anak tersebut :
Apa yang kamu bawa, anakku??
Jawab anak itu:
Ah, cuma burung-burung kecil?
Apa yang akan kamu lakukan terhadap burung-burung kecil itu??
Akan saya bawa pulang dan saya pakai mainan.
Saya suka mencabuti bulunya, dan pasti
mereka akan ribut kesakitan.
Ramai. Pasti ramai dan menyenangkan.
Ya, tapi
Burungnya kecil, pasti bulunya cepat habis.
Lalu kalau sudah habis, mau kamu apakan lagi??
Saya punya dua ekor kucing di rumah.
Mereka sangat suka makan burung.
Apalagi burung kecil begini.
Lucu
mencoba menghindar dari kucing.
Tapi pasti kucingku akan dapat memakan mereka dengan mudah?
Saya terdiam sesaat, lalu saya tanyakan pada anak itu lagi:
Anakku, bolehkah saya beli burung-burung itu??
Anak tersebut menatap saya dengan tercengang,
lalu jawabnya:
Bapak jangan main-main.
Siapa yang mau burung liar begini??
Berapa??
Bapak, burung ini liar, tidak dapat bernyanyi,tidak indah.
Ini burung biasa, tidak ada istimewanya.
Apa menariknya untuk Bapak??
Berapa??
Si Anak memandang saya dengan tajam, lalu
sambil tersenyum menantang katanya:
Sepuluh dollar?
Saya uluran uang sepuluh dolar kepadanya, dan
ia-pun lalu meninggalkan sangkar burungnya
dan segera lari menghilang sambil berteriak-teriak kegirangan.
Saya lalu melanjutkan perjalanan ke sini.
Sesampai di suatu tempat yang agak rimbun,
banyak pohon dan perdu, saya berhenti lagi,
dan saya lepaskan ketiga anak burung tadi.
Nah sampai disini, jelaslah sudah hal ikhwal
Kandang burung yang diletakkan di atas latar ini. ?
Kemudian Sang Pastor melanjutkan kotbahnya sebagai berikut:
Suatu hari, Setan dan Yesus ngobrol berdua.
Setan baru saja dating dari Taman Eden
dan lalu menyombongkan diri, katanya:
Sus, aku baru saja menguasai sebuah dunia yang penuh
dengan manusia.
Aku sudah siapkan berbagai bujukan bagi mereka dan pasti
mereka tidak akan dapat menghindar.
Pasti mereka akan termakan dengan segala tipu dayaku.?
Tanya Yesus kepadanya:
Akan kau apakan mereka??
"Pokoknya aku akan menikmati semuanya.
Pasti mengasyikkan.
Aku akan membujuk mereka supaya kawin cerai,
saling selingkuh, saling membenci,
saling mencederai dan saling bunuh.
Aku akan membujuk mereka untuk menjadi
pemabuk, perokok, saling caci, saling hujat.
Aku akan membantu mereka untuk
menemukan dan merakit bom agar lebih mudah bagi
mereka untuk saling bunuh.
Terus, kalau sudah begitu, apa yang akan kamu lakukan??
kata Yesus sabar.
Aku akan binasakan mereka !
Berapa yang kamu minta untuk menebus mereka? ?
tanya Yesus.
Jangan bercanda.
Kamu tidak akan suka mereka,Sus.
Mereka itu tidak baik.
Kenapa kamu tertarik dengan mereka?
Aku yakin mereka akan membenci kamu!
Mereka akan meludahi kamu, mencercamu, dan
bahkan akan membunuhmu.
Yakinlah, kamu tidak akan tertarik dengan mereka.
Berapa??
tanya Yesus lagi, lebih mendesak
Setan menatap Yesus tajam lalu katanya sinis:
:Murah, cuma cukup air matamu dan darahmu?
DAN YESUSPUN MEMBAYARNYA TUNAI.
Sang Pastorpun mengakhiri kotbahnya.
RENUNGAN :
Lucu ya, mudah sekali manusia membuang Tuhannya bagai sampah,
tapi kemudian bertanya mengapa dunia menjadi begitu
menakutkan tak terkendali.
Lucu ya kita mudah skali percaya dgn bacaan yg ditulis koran,
tapi kita selalu meragukan apa yang tertulis dalam Alkitab.
Lucu ya, semua orang ingin masuk surga,
Tapi mereka tidak mempercayai, tidak memikirkan,
mewartakan ataupun melaksanakan apa yang dikatakan oleh Alkitab.
Apakah dunia ini sudah separah itu?
Lucu ya, kita dengan mudah mengatakan :
Akupercaya kepada Allah
tapi kita tetap mengikuti setan,
yang notabene juga percaya kepada Tuhan.
Lucu ya, kita dengan gampang sekali mengirim dan memforward
lelucon-lelucon sekejab tersebar luas bagai api,
tetapi jika mengenai Tuhan, kita berpikir beratus kali
sebelum menekan tombol send.
Lucu ya, pembicaraan-pembicaraan mengenai hal-hal yang vulgar,
kasar, keras, jorok, begitu mudah tersebar terbuka
di cyberspace, tetapi diskusi mengenai Jesus
sangat dibatasi, bahkan di sekolah maupun di tempat kerja .
Lucu ya, kita bisa begitu bersemangat dan berapi-api
memuliakan Tuhan pada hari Minggu,
Tetapi pada hari-hari kerja
kita menjadi pengikut Kristus yang tersembuyi.
Lucu ya, ketika hendak memforward mail inipun,
kita akan menyeleksi lagi mailing-list kita,
Karena takut dan tidak yakin akan reaksi teman-teman kita.
Lucu ya, kita sibuk memikirkan apa nanti reaksi orang,
Tapi kita lupa memikirkan
apa yang Tuhan pikirkan tentang kita.
think about it