Rabu, 07 Desember 2011

KEAJAIBAN NATAL - 21

Shalom,saya mau bersaksi tentang kemurahan dan penyertaan Tuhan yang telah menyelamatkan keluarga saya dari bencana Tsunami di Aceh. Saya berasal dari kota Banda Aceh tetapi sekarang sedang kuliah di salah satu universitas di Jakarta. Memang rencana Tuhan sungguh indah dan tiada terduga.
Sebenarnya sebelum ujian tengah semester adik saya berencana untuk pulang ke Banda Aceh. Adik saya lalu menelepon papa saya supaya dia diberi izin pulang. Tetapi papa saya malah marah-marah dan tidak mengijinkan dia pulang karena papa saya menilai itu adalah pemborosan mengingat liburan Natal hanya 2 minggu. Papa saya bahkan mengancam dia kalau berani pulang maka tidak usah kuliah lagi. Lagipula liburan tersebut bertepatan dengan pernikahan paman saya jadi mama saya berencana untuk ke Jakarta. Akan tetapi mendengar rengekan adik saya, mama saya tampaknya ingin membatalkan rencana kedatangannya ke Jakarta. Tetapi papa saya terus mendesak mama saya ke Jakarta dan akhirnya tanggal 12 Desember 2004 mama saya ke Jakarta membawa adik saya yang paling kecil.
Pada tanggal 26 Desember pagi jam 8 pagi papa saya menelepon kalau terjadi gempa dan gempanya sangat kuat dan banyak rumah yang roboh. Pada saat itu papa saya lagi di pasar menjual hasil panen udangnya. Biasanya papa saya selesai panen sekitar jam 10an, tetapi pagi itu papa sebelum jam 7 sudah selesai panen. Agen yang menampung udang terus mendesak agar papa saya menjual udang kepadanya, padahal papa saya tidak berniat menjual kepadanya. Tetapi akhirnya papa saya juga menjualnya kepada dia.
Setelah dari pasar papa saya tidak langsung pulang ke rumah, padahal biasanya dia pasti pulang dan tidur karena kelelahan. Mungkin ini karena tidak ada mama dan adik saya jadi dia tidak perlu mengkhawatirkan keadaan rumah pasca gempa. Dia lalu keliling kota menyaksikan bangunan-bangunan yang runtuh. Sekitar jam 9an dia lalu menelepon bahwa terjadi gempa lagi. Sesudah itu komunikasi terputus. Kami di Jakarta tidak tahu bahwa ada tsunami,ada yang bilang terjadi banjir tetapi saya pikir itu hanyalah banjir yang biasa saja. Keesokan harinya terdengar berita bahwa terjadi air bah di Aceh dan banyak yang meninggal. Tetapi puji Tuhan hati saya sedikitpun tidak merasa khawatir tetapi yang ada hanyalah sukacita, mungkin ini adalah karena kuasa Roh Kudus.
Mama saya sangat cemas akan keadaan papa saya,tetapi saya berusaha menguatkan dia. Saya juga mau mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman saya maupun pendeta-pendeta yang telah mendukung saya lewat doa. Pada hari Rabu tanggal 29 ada keluarga saya menelepon kalau ada yang melihat papa saya. Sebenarnya pada tanggal 28 keluarga saya mendapat kabar kalau daerah tempat keluarga kami tinggal sudah hancur dan rata dengan tanah dan tetangga kami banyak yang meninggal. Akhirnya sekitar jam 10 pagi tanggal 29 papa saya menelepon kalau dia bersiap-siap untuk ke Medan menumpang pesawat hercules.
Air mata saya langsung tertumpah saat itu karena menyadari akan kasih Tuhan yang sangat besar bagi saya. Memang benar kata Firman kalau seorang bertobat seisi keluarga diselamatkan. Rupanya sewaktu datang air bah papa saya berada di tempat yang agak tinggi sehingga dia bisa lari menyelamatkan diri ke rumah paman saya. Padahal paman saya pada tanggal 26 berencana ke Sabang tetapi batal karena gempa. Papa saya berangkat ke Medan bersama 14 orang lainnya, dan puji Tuhan juga berkat yang seharusnya saya terima bisa saya bagikan kepada orang lain.
Ke 14 orang itu mau ke Jakarta, akan tetapi tiket pesawat gratis padahal korban yang lain mesti membayar mahal. Saya benar-benar bersyukur kepada Tuhan akan penyertaan dan pertolongan-Nya. Bahkan pegawai papa saya yang bekerja di tambak semuanya selamat dan kalau dipikir-pikir ini adalah sesuatu yang mustahil karena tambak papa saya berada di pusat gempa. Tetapi tidak ada yang mustahil bagi Tuhan Yesus. Kiranya kesaksian saya bisa membangun dan bisa menyatakan kemuliaan Tuhan. Tuhan Yesus itu mulia, ajaib perbuatan-Nya dan penuh kasih. Haleluyah Amin.