Enam orang manusia terperangkap dalam suatu kebetulan, dalam udara dingin yang menusuk, masing-masing memiliki sepotong kayu, Api unggunnya perlu diberikan kayu lagi...
· Orang pertama mengeraskan hatinya, karena diantara wajah-wajah yang mengelilingi api itu, ia melihat seorang berkulit hitam.
· Orang berikutnya melihat seseorang yang bukan dari kaumnya/sukunya, dan tak rela memberikan kayunya,
· Yang ketiga duduk dengan pakaian compang-camping, ia menutup jaketnya rapat-rapat, mengapa ia harus mengorbankan kayunya demi menghangatkan orang kaya.
· Yang kaya duduk diam membayangkan kekayaan yg dimilikinya, dan bagaimana caranya mempertahankan miliknya dari orang miskin pemalas itu.
· Wajah orang berkulit hitam itu mencerminkan hasrat menuntut balas sementara apinya mati, karena yang ia lihat pada kayunya adalah peluang untuk menuntut balas terhadap orang berkulit putih.
· Orang terakhir dalam kelompok yang malang ini tak mau berbuat apa-apa kecuali ada untungnya, "Memberi hanya kepada mereka yang memberi terlebih dahulu" adalah prinsipnya.
Akhirnya mereka semua mati, Mati bukan karena udara dingin di luar. Mereka mati karena dingin dalam hati. Yesus telah mati buat kita, jadi jangan biarkan hati kita dingin. Yesus telah menghangatkan hati kita, saatnya hangatkan orang lain dengan “kayu bakar” yang kita miliki.