Sikap yang Membahayakan Karier
Kehilangan pekerjaan tentu
menjadi mimpi buruk bagi para perintis karier. Setelah bersusah payah bersaing
dengan para pemburu kerja lain dan berhasil mendapatkan pekerjaan impian, Anda
tentu ingin mempertahankan posisi tersebut dan berjuang sekuat tenaga agar
tidak menyandang status pengangguran kembali.Untuk menjaga karier Anda tetap bersinar, berikut ini adalah sejumlah sikap yang sebaiknya Anda hindari karena berpotensi membahayakan karier:
Performa mengecewakan
Pastikan mengetahui secara pasti apa yang diharapkan atasan dari diri Anda. Tanyakan detail pekerjaan, tenggat waktu yang diberikan untuk setiap tugas, serta berbagai kebijakan departemen yang relevan. Langkah ini berguna untuk menghindari ambiguitas sekaligus mempermudah Anda mengukur sebagus apa performa yang selama ini Anda tunjukkan.
Menolak perintah
Wajar saja merasa keberatan mengerjakan suatu tugas yang diperintahkan atasan jika hal itu tidak tercantum dalam deskripsi pekerjaan yang telah disepakati dalam perjanjian awal. Akan tetapi, terlalu sering menolak perintah dengan mengajukan alasan tersebut juga bisa membahayakan karier. Kesan yang muncul adalah Anda hanya mau bekerja seadanya dan cuma tertarik menerima slip gaji setiap bulan.
Mencuri fasilitas perusahaan
Memanfaatkan fasilitas yang disediakan perusahaan demi kepentingan pribadi yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan sama saja dengan mencuri. Hindari menggunakan telepon kantor, mesin fotokopi, mobil kantor dan berbagai fasilitas lainnya untuk keuntungan Anda sendiri.
Menyalahgunakan teknologi
Jangan berpikir perusahaan tidak mampu melihat jejak penyalahgunaan teknologi yang Anda tinggalkan saat menggunakan komputer kantor. Kebanyakan perusahaan memantau semua email dan penggunaan internet setiap karyawannya. Jadi, bijaksanalah dalam menggunakan teknologi tersebut. Jangan menghabiskan hampir seluruh waktu bekerja dengan saling berkirim pesan instan dengan teman-teman, atau menggunakan internet untuk hal-hal ilegal dan berbau pornografi.
Banyak mengeluh
Tidak ada hal yang benar-benar sempurna dalam hidup, termasuk dalam urusan pekerjaan. Dimarahi atasan, perselisihan dengan rekan kerja, stres, sampai tugas yang menumpuk merupakan sejumlah hal yang wajar dan nyaris dihadapi oleh pekerja manapun. Oleh karena itu, tahan mulut Anda agar tidak terlalu banyak mengeluh tentang pekerjaan. Apalagi jika sampai menjelek-jelekkan nama perusahaan atau atasan.
KUPU-KUPU
Istri saya, Jean dan saya tinggal bertetangga selama sepuluh tahun sebelum akhirnya menikah. Salah satu ketertarikan saya saat sekolah menengah adalah biologi dan memicu saya untuk mengkoleksi ulat hidup. Rumah mereka adalah kotak sepatu, ditutup dengan kasa kawat. Ketika saya pergi berlibur, Jean dengan setia memberi mereka makan daun pohon willow yang masih segar. Dia sangat membencinya.
Akhirnya ulat-ulat itu berhenti merangkak dan mengunyah, mereka melekatkan buntut mereka ke atas dan menempel diam, akhirnya tubuh mereka dilapisi pembungkus kecil berwarna abu-abu. Saya membuka kasa kawat itu dan menunggu.
Satu demi satu, kepongpong itu mulai terpelintir dan berguncang, dan tiba-tiba robek. Seekor kupu-kupu mulai keluar. Proses ia keluar berlangsung berjam-jam, dengan lembut ia keluarkan sayapnya, memompa cairan ke sayapnya sehingga bisa terbentang sepenuhnya. Kemudian kupu-kupu itu dengan anggun melompat keluar dan terbang mengikuti angin musim panas berhembus, tidak meninggalkan apapun kecuali kepompong yang telah rusak yang menggambarkan hal itu bekas sebuah belenggu.
Kepompong dan kupu-kupu itu memberikan gambaran tentang kubur yang kosong dari Tuhan kita, Yesus Kristus. Ketika Petrus dan Yohanes mendengar berita bahwa tubuh Tuhan telah hilang dari kubur, mereka lari dari penginapan menuju kubur itu. Ketika Petrus masuk ke dalam kubur dan yang ia temukan hanyalah kain kafan tergeletak di tanah. Kain kafan itu sebelumnya membungkus seluruh tubuh yang terbaring disana, sekarang menjadi saksi bisu bahwa mayat yang sebelumnya terbungkus oleh kain itu kini telah hidup kembali.
Belenggu maut itu telah dipatahkan. Kristus telah bangkit! Kita dapat menghadapi masa depan dengan penuh kepastian bahwa Yesus yang hidup itu akan menolong kita, membimbing kita, memberi kita pengharapan bagi masa depan. Dan sejak Dia hidup, masalah kita tidak ada yang tidak terselesaikan. Kepompong yang rusak itu adalah kain kafan-Nya, sebuah proklamasi kemenangan Kristus atas maut. Karena Dia hidup, tidak ada yang mustahil lagi.
Yoh 20:6 Maka datanglah Simon Petrus
juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak
di tanah,
Dia
Mengetuk 12.500 Pintu Rumah!
Saat Dr. Ignatius Piazza masih seorang chiropractor muda
– seorang ahli kesehatan yang berfokus penyembuhan dengan perbaikan dan
penyempurnaan tulang belakang – yang baru lulus, ia memutuskan ingin membuka
praktik di daerah Monterey Bay, California. Ketika ia meminta bantuan asosiasi
chiropractor setempat, mereka menyarankannya untuk praktik di tempat lain.
Mereka mengatakan bahwa ia takkan berhasil karena di daerah itu sudah ada
terlalu banyak chiropractor. Tanpa gentar, ia menerapkan Prinsip Berikutnya.
Selama berbulan-bula ia berkunjung dari rumah ke rumah mulai pagi sampai
matahari terbenam, mengetuki pintu. Setelah memperkenalkan diri sebagai dokter
muda yang baru di kota itu, ia mengajukan beberapa pertanyaan:
“Dimana sebaiknya saya
membuka praktik?””Di surat kabar apa saya harus memasang iklan yang bisa dibaca para tetangga Anda?”
“Apakah sebaiknya saya praktik pagi-pagi atau buka sampai malam untuk mereka yang bekerja dari pagi sampai sore?”
“Apakah nama klinik saya sebaiknya Chropractic Westor atau Ignatius Piazza Chiropractic?”
Dan akhirnya ia bertanya, “Kalau saya mengadakan open house, maukah Anda saya beri undangan?” Jika orang-orang berkata ya, ia menulis nama dan alamat mereka, lalu melanjutkan… hari demi hari, bulan demi bulan. Ketika selesai, ia sudah mengetuk lebih dari 12.500 pintu dan berbicara kepada lebih dari 6.500 orang. Ia mendapat banyak jawaban tidak. Ia mendapat banyak tanggapan tak-ada-orang-di rumah. Ia bahkan pernah terperangkap di sebuah teras – karena seekor anjing pit bull – sepanjang siang! Tapi ia juga mendapat cukup banyak ya sehingga pada bulan pertama praktiknya, ia menangani 233 pasien baru dan memperoleh penghasilan terbesar senilai $72.000 – di daerah yang “Tidak memerlukan satu chiropractor lagi!”
Dari kisah Dr. Piazza kita bisa belajar bahwa untuk mencapai apa yang Anda inginkan, Anda harus mengetuk.. mengetuk.. dan mengetuk… sampai Anda mendapatkan apa yang Anda mau. Jangan tersinggung dengan penolakan, karena yang mereka tolak bukanlah pribadi Anda. Penolakan adalah bagian alami dari kehidupan. Anda akan menemukannya dimanapun Anda berada. Tapi jika Anda ingin sukses dalam bidang apapun, jangan pernah menyerah menghadapi penolakan.
Lukas 11:9-10 Oleh karena itu Aku
berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu
akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Karena setiap orang yang meminta,
menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang
mengetok, baginya pintu dibukakan.
Memerintah
Dengan Ketaatan
Pada abad kesebelas, Raja Henry III dari Bavaria mulai
jenuh dengan kehidupan di istana dan tekanan-tekanan sebagai seorang raja. Ia
akhirnya melamar kepada Pryor Richard di sebuah biara lokal dan meminta agar
dirinya diterima sebagai anggota biara tersebut. Raja Henry ingin menghabiskan
sisa hidupnya dengan menjadi seorang biarawan.
“Ya, Raja,” kata Pryor
Richard, “Apakah Anda memahami bahwa Anda harus berjanji untuk taat di sini?
Itu akan sulit bagi Anda karena Anda adalah seorang raja.”“Saya paham,” jawab Raja Henry. “Sisa hidup saya, saya akan taat kepada Anda, sebagaimana Kristus memimpin Anda.”
“Kalau demikian saya akan memberitahukan kepada Anda apa yang harus Anda lakukan,” kata Pryor Richard. “Kembalilah ke tahta Anda dan layanilah dengan setia dimana Allah telah menempatkan Anda.”
Ketika akhirnya Raja Henry III menutup usia, suatu pernyataan ditulis: “Raja telah belajar untuk berkuasa melalui ketaatan.”
Seberapa sering kita seperti Raja Henry III ini ketika menghadapi kejenuhan dan tekanan hidup, baik di pelayanan ataupun di tempat kerja? Kita ingin lari meninggalkan tekanan itu, atau mencari suasana baru yang bisa menyegarkan kita. Kita hanya mencari apa yang menyenangkan hati kita, namun kita jarang bertanya apakah yang Tuhan mau. Pada hal, kemungkinan besar Tuhan ingin kita tetap menjalankan tugas kita sebaik mungkin dimana Ia telah menempatkan kita.
Dari kisah di atas, mari kita belajar untuk menjalankan tanggung jawab kita dengan penuh ketaatan. Ada waktunya ketika kejenuhan itu akhirnya berlalu, dan kita melihat bagaimana indahnya rencana Tuhan di genapi dengan apa yang kita kerjakan.
Keluarga
Kaya di Sebuah Gereja Kecil
Saya tidak pernah bisa melupakan Paskah di tahun 1946
itu. Saya berumur 14 tahun, adik saya Ocy berumur 12 tahun, dan kakak saya
Darlene berumur 16 tahun. Kami tinggal bersama ibu kami, karena ayah kami telah
meninggal dunia lima tahun sebelumnya, dan meninggalkan ibu tujuh orang anak
untuk dibesarkan tanpa meninggalkan uang sepeser pun.
Di tahun 1946 itu kakak
laki-laki saya dan kakak perempuan saya yang tertua telah menikah, jadi kami
hanya tinggal berempat. Sebulan sebelum Paskah, pendeta kami mengumumkan
tentang persembahan khusus Paskah untuk membantu keluarga miskin. Dia meminta
seluruh jemaat untuk menabung dan berkorban.Ketika kami pulang, kami diskusi bagaimana kami bisa melakukannya. Akhirnya kami putuskan untuk membeli 50 pounds kentang dan hidup selama sebulan dengan kentang tersebut. Dengan cara itu kami bisa menghemat 20 dolar dari uang belanja kami. Kami juga mematikan lampu dan tidak mendengarkan radio untuk menghemat uang. Darlene bekerja membersihkan rumah dan halaman tetangga sebanyak mungkin, sedangkan kami berdua menjaga anak untuk setiap orang yang kami bisa. Kami juga membeli kain katun seharga 15 sen lalu menjahitnya menjadi pegangan panci dan menjualnya sepasang seharga 1 dolar. Kami menghasilkan 20 dolar dari pegangan panci itu. Bulan tersebut merupakan bulan terbaik dalam hidup kami.
Setiap hari kami menghitung berapa banyak uang yang bisa kami tabung. Ketika malam tiba kami akan duduk dalam kegelapan dan membicarakan apa yang bisa dilakukan keluarga miskin dengan uang yang akan kami persembangkan kepada gereja. Ada 80 orang di gereja, jadi bayangkan berapa banyak uang yang bisa dikumpulkan.
Sehari sebelum Paskah itu, kami ke toko dan meminta tolong pada manajernya untuk menukar uang kami dengan uang yang baru berupa tiga lembar 20 dolar, satu lembar 10 dolar untuk uang receh yang kami kumpulkan.
Kami berlari kerumah dan menunjukkan uang itu kepada ibu dan Darlene. Kami belum pernah uang sebanyak itu sebelumnya.
Malam itu kami begitu bersemangat sehingga sulit untuk tidur. Kami tidak peduli kalau kami tidak memakai baju baru pada saat Paskah; kami punya 70 dolar untuk persembahan.
Minggu pagi, sekalipun hujan turun, kami tetap pergi ke gereja. Kami tidak punya payung, gereja berjarak 1 mill dari rumah kami, namun sekalipun harus basah ketika sampai di gereja hal tersebut tidak menghalangi kami untuk pergi ke gereja. Kami duduk di gereja dengan bangga. Saya mendengar beberapa gadis remaja mengatakan gadis-gadis keluarga Smith menggunakan baju lamanya. Saya melihat mereka yang pakai baju baru, dan saya tetap merasa kaya.
Ketika tiba saat persembahan, ibu memasukkan 10 dolar, dan tiap kami memasukkan 20 dolar.
Kami pulang ke rumah sambil bernyanyi sepanjang jalan. Saat makan siang, ibu memberi kejutan. Dia membeli selusin telur dan kami merebusnya dan memakannya dengan kentang goreng! Di sore harinya, pendeta datang ke rumah kami. Ibu membuka pintu dan berbicara dengannya sebentar, kemudian kembali kepada kami dengan amplop di tangannya. Disana ada tiga lembar uang 20 dolar baru, 10 dolar dan 1 dolar sebanyak tujuh lembar.
Ibu memasukkanya kembali ke dalam amplop. Kami tidak bicara, hanya duduk dan memandangi lantai. Awalnya kami seperti jutawan, namun sekarang merasa sangat miskin. Kami anak-anak merasa sangat bahagia dan kami bersedih untuk mereka yang tidak memiliki ayah dan ibu dan rumah yang penuh dengan kakak dan adik seperti kami.
Paskah itu saya baru tahu bahwa kami miskin, ketika pendeta itu datang dan memberi kami uang. Saya tidak suka menjadi miskin. Saya merasa malu – saya tidak ingin kembali ke gereja. Sepanjang minggu itu, kami tidak banyak bicara, kai sedih karena kami dipandang sebagai orang miskin.
Namun ketika hari minggu tiba, ibu memaksa kami untuk tetap datang ke gereja. Dalam perjalanan ibu bernyanyi, namun kami tetap diam saja. Setiba di gereja, ada seorang misionaris yang berkotbah. Dia menceritakan bagaimana gereja di Afrika yang dibuat dari batu bata yang di jemur, dan mereka membutuhkan uang untuk membeli atap. Dia berkata, 100 dolar akan memberi atap bagi gereja tersebut. Pendeta kami berkata, “Bisakah kita berkorban untuk orang-orang yang kurang beruntung ini?” Kami saling bertatapan satu sama lain dan tersenyum untuk pertama kalinya di minggu itu.
Ibu mengambil amplop yang di terimanya. Ia menyerahkannya ke Darlene. Darlene memberikannya pada saya. Saya menyerahkannya pada Ocy. Dan Ocy memasukkannya pada kotak persembahan.
Ketika persembahan itu di hitung, pendeta mengumumkah bahwa persembahan itu 100 dolar lebih sedikit. Misionaris itu begitu senang,. Dia tidak berharap sebesar itu, dari persembahan gereja yang kecil seperti gereja kami. Dia berkata, “Anda pasti memiliki beberapa orang kaya di gereja ini.”
Tiba-tiba hal itu menyadarkan kami! Kami telah memberikan 87 dolar dari “100 dolar lebih sedikit” tadi. Kami adalah keluarga kaya di gereja itu! Bukankah misionaris itu berkata demikian? Jadi mulai saat itu saya tidak pernah merasa miskin lagi. Saya selalu mengingat bagaimana saya kaya karena memiliki Yesus!
Tidak
Menyerah, Bahkan Dalam Ancaman Maut
Kadang kehidupan berusaha merobohkan kita, saat kita
sudah berada begitu dekat dengan mimpi kita. Hal ini pernah di alami oleh
seorang pria bernama Lance Armstrong. Pada tahun 1996, Armstrong sedang di
ambang pintu menuju mimpi besarnya untuk meraih gelar juara Tour de France.
Dalam dunia persaingan balap sepeda, pertandingan ini menjadi ujian tertinggi
kekuatan dan keuletan. Selama dua puluh dua hari, dua puluh tahap yang berbeda
dan 2.286 mil, sejumlah atlet terbaik dunia berlomba mengarungi bukit dan
lembah, melalui kota kecil dan besar untuk memenangkan gelar bergengsi itu.
Kemudian tragedi itu terjadi.Tanpa peringatan dan tanda-tanda apapun, Lance mulai batuk darah dan mengalami sakit kepala, penglihatannya menjadi kabur dan kesakitan di pangkal pahanya. Ketika hasil tes selesai dikerjakan, sebuah vonis mengejutkan disampaikan oleh dokter. Ia menderita kanker testis yang ganas. Bahkan ditemukan kanker itu telah menyebar ke perut, paru-paru, bahkan otaknya. Dilaporkan di paru-parunya saja ada sebelas benjolan, bahkan beberapa sebesar bola golf. Pada otaknya ada dua tumor yang membahayakan dan dokter menyatakan kemungkinan ia dapat bertahan hanya 50 persen saja.
Dengan menganggap kanker seolah-olah tidak lebih dari tantangan bersepeda lainnya, Lance Armstrong menyingkirkan kekecewaannya dan mengembangkan suatu rencana tindakan. Mulai dari pembedahan otak sampai kemoterapi di jalaninya, ia melakukan apa saja yang ia bisa untuk menyerah pada depresi, pengunduran diri atau kegagalan.
Lima bulan setelah diagnosis, Armstrong mulai berlatih kembali untuk meraih mimpinya dalam balap sepeda. Setelah menjalani pemulihan kesehatan yang ia jalani dengan cara yang luar biasa, ia meraih kemenangan yang mengagumkan di Tour de Luxumbourg, Rheinland-Pfalz Fundfarht di Jerman dan Cacade Classic di Oregon. Tidak lama setelah itu ia menduduki peringkat ke empat di Tour of Holland dan Tour of Spain, salah satu perlombaan paling bergengsi! Pada tahun 1999, mimpinya akhirnya terwujud, ia memenangkan Tour de France dengan tujuh menit, tiga puluh detik lebih cepat dari lawan-lawannya. Tidak hanya itu, ia mempertahankan gelarnya di Tour de France pada tahun 2000 dan 2001 dan menjadi pembalap satu-satunya dalam sejarah olahraga yang memenangkan gelar bergengsi itu tiga tahun berturut-turut.
Dalam hidup ini, Anda bisa menemukan hambatan dimana saja yang dapat menghalangi Anda meraih mimpi-mimpi Anda. Namun pilihannya ada di tangan Anda. Anda bisa memilih untuk berjuang dan dengan bantuan Tuhan menaklukannya dan meraih mimpi Anda, atau Anda menyerah, kalah dan mati tanpa pernah meraih apa yang telah Tuhan tetapkan dalam hidup anda.