Dua orang pemuda miskin tinggal dikota untuk melajutkan sekolah tinggi. Mereka tinggal sekamar dan menjalani kehidupan yang berat dikota; mereka harus bekerja untuk mendapatkan biaya untuk kehidupan yang serba mahal dan membiayai sekolah yang cukup tinggi, demi cita-cita mereka, mereka harus bekerja keras.
Karena kemiskinan mereka, mereka kesulitan untuk dapat belajar bersama-sama.
Salah satu diantara mereka adalah seorang pelukis, ia rela bekerja sementara sahabatnya belajar. Sahabat yang satu pandai mengukir, sehingga sementara sahabatnya belajar, ia membuat ukiran kayu.
Ketika hasil lukisan dan ukiran itu selesai, salah satu diantara mereka akan menjualnya kepusat kota sehingga yang lain mendapat kesempatan belajar. Demikianlah mereka belajar dan bekerja secara bergantian.
Pada suatu hari, sahabat yang pandai melukis pergi menjual hasil lukisannya dan ukiran kayu karya sahabatnya, ia sangat sedih ketika mengingat tangan dan jemari kawannya menjadi kaku, kejang dan kasar sehingga tidak dapat belajar dengan baik.
Sepulang menjual hasil karya mereka, ia melihat sahabatnya sedang berdoa dengan tangannya yang gemetar dan terlipat berdoa kepada Tuhan.
Untuk mengucapkan terima kasihnya kepada sahabatnya itu, ia membuat lukisan sebuah tangan yang sedang berdoa. Kini lukisan itu menjadi lukisan yang sangat terkenal didunia.
Ams 17;17 Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.