Apa yang biasa Anda lakukan ketika
penderitaan melanda hidup Anda?
Mencari tahu penyebab mengapa
Anda mengalami penderitaan
tersebut atau justru mengambil
sikap seperti Tuhan Yesus, yang
tetap menjalani penderitaan-Nya
dengan ketaatan penuh kepada
Allah Bapa?
Pengarang James Stalker menulis
...
dalam sebuah bukunya,
"Penderitaan tidak selalu
menyucikan.
Penderitaan dapat
membuat watak menjadi buruk dan
egois. Namun,
ada banyak pula
keberhasilan yang timbul dari
pencobaan. Ada
banyak kamar
orang sakit yang merupakan suatu
kehormatan untuk
dikunjungi."
Suatu ketika J. Oswald Sanders
pernah bercerita
tentang
kunjungannya ke tempat semacam
itu di Australia, tempat
dimana
Nona Higgens tinggal. Dalam
keadaan sakit terus-menerus,
Nona
Higgens tidak pernah meninggalkan
kamarnya selama lebih
dari 40
tahun. Kedua tangan dan kakinya
telah diamputasi untuk
menahan
penyebaran penyakitnya ke seluruh
tubuhnya.
Setelah
memutuskan untuk hidup
secara kreatif, ia menamai pondok
tempat
tinggalnya dengan nama
"Pondok Harapan Sukacita". Di
pondok
inilah ia menyerahkan
dirinya dalam doa kepada Tuhan
dan aktif
pelayanan rohani. Dengan
pena yang diikatkan pada ujung
lengannya yang buntung, ia
berkirim surat ke seluruh dunia
selama bertahun-tahun dan
membimbing ratusan orang kepada
Kristus.
Penderitaan yang dialami Nona
Higgens tidaklah
membuatnya
patah semangat dan menjadikan
dirinya sebagai orang
yang tidak
berguna, justru sebaliknya,
penderitaannya justru
mendorongnya untuk menjadi lebih
kreatif di dalam hidup dan
pelayanannya.
Jadi, jika saat ini Anda untuk hidup
lebih
kreatif, "Anggaplah sebagai
suatu kebahagiaan, apabila kamu
jatuh ke dalam berbagai-bagai
pencobaan" (Yakobus 1:2). Sebutlah
pergumulan-pergumulan dan derita
hati Anda dengan sebutan "derita
yang menumbuhkan," dengan
penekanan pada kata
menumbuhkan!
Bila kita memuji Allah dalam ujian
hidup kita, beban kita akan
berubah
menjadi berkat.