Tidak peduli dengan urusan Tuhan dan sibuk dengan urusan sendiri
berarti tidak peduli terhadap kehadiran dan pemerintahan Allah.
Kondisi Israel sudah jauh berbeda dari kondisi saat
mereka pulang dari pembuangan. Raja Darius mendukung penuh pembangunan
Bait Allah dan tidak ada lagi tentangan dari orang Samaria. Sekalipun
demikian, bangsa Israel berkata, "belum tiba waktunya untuk membangun
kembali rumah TUHAN" . Mereka enggan membangun Bait Allah sekalipun
kondisi sudah membaik karena mereka merasa bahwa kehidupan mereka sulit
dan panen mereka tidak maksimal.
Ketimbang mendirikan Bait Allah yang
tidak jelas masa depannya, mereka merasa lebih baik dan lebih penting
untuk memperjuangkan kepentingan dan rumah mereka sendiri. Mereka tidak
sadar bahwa kondisi mereka yang sulit - panen yang tidak pernah maksimal
- justru disebabkan oleh keengganan membangun Bait Allah serta hati
yang terlalu berfokus pada kepentingan mereka sendiri, bukan kepentingan
Tuhan
Ketidak pedulian itu dipertegas oleh fokus kesibukan mereka pada
urusan pribadi. Nabi Hagai memperingatkan seluruh bangsa itu untuk
bertobat dan segera melanjutkan pembangunan Bait Allah agar berkat Allah
turun atas mereka.
Fokus pada kepentingan pribadi dan ketidakpedulian
terhadap rencana Allah merupakan tanda ketidakpedulian - bahkan tanda
pemberontakan - terhadap kehadiran dan pemerintahan Allah atas hidup
kita. Sepatutnyalah, kepentingan Allah mendapat tempat utama dalam hidup
kita!