Minggu, 01 Januari 2012

BERKAT YANG TERSAMAR


Berkat Yang Tersamar

Sering kali pada saat kejadian yang tidak menyenangkan menimpa, kita
bertanya-tanya mengapa TUHAN membiarkan hal itu terjadi? Terlebih bila
selama ini kita merasa telah menjadi anak Allah yang baik. Mengapa hal-hal
buruk masih terjadi pada kita? Ada peristiwa-peristiwa dalam hidup kita yang
sulit dimengerti pada saat kita mengalaminya. Kita hanya dapat berpasrah
padaNYA, percaya bahwa DIA tidak akan memberikan yang buruk kepada kita (bdk
Yer 29:11).
Ilustrasi di bawah ini mungkin dapat membantu kita memahami bahwa sebenarnya
di balik "kemalangan" itu ada berkat yang tersamar, yang belum kita sadari
pada saat itu.
Ada sebuah kisah tentang seorang raja yang mempunyai seorang teman baik.
Temannya ini punya kebiasaan berkomentar, "Ini bagus!" atas semua situasi
dalam hidupnya, positif maupun negatif.
Suatu hari Sang Raja dan temannya pergi berburu.  Temannya mempersiapkan dan
mengisikan peluru untuk senapan Sang Raja.  Kelihatannya Sang Teman
melakukan kesalahan dalam mempersiapkan senjata tersebut, karena setelah
raja menerima senapan itu dari temannya, senapan itu meletus dan mengenai
jempolnya.
Seperti biasa Sang Teman berkomentar, " Ini bagus!", yang oleh raja dijawab,
"Tidak, ini tidak bagus!" dan raja tersebut menjebloskan temannya ke
penjara.
Kurang lebih setahun kemudian, Sang Raja pergi berburu ke daerah yang
berbahaya. Ia ditangkap oleh sekelompok orang kanibal, kemudian dibawa ke
desa mereka. Mereka mengikat tangannya dan menumpuk kayu bakar, bersiap
untuk membakarnya.  Ketika mereka mendekat untuk menyalakan kayu tersebut,
mereka melihat bahwa Sang Raja tidak mempunyai jempol. Karena percaya pada
tahayul, mereka tidak pernah makan orang yang tidak utuh.
Jadi mereka membebaskan raja itu.
Dalam perjalanan pulang, raja tersebut ingat akan kejadian yang menyebabkan
dia kehilangan jempolnya dan merasa menyesal atas perlakuannya terhadap
teman baiknya. Raja langsung pergi ke penjara untuk berbicara dengan
temannya. "Kamu benar, katanya, "baguslah bahwa aku kehilangan jempolku."
Dan ia menceritakan kejadian yang baru dialaminya kepada temannya itu. "Saya
menyesal telah menjebloskan kamu ke penjara begitu lama.
Saya telah berlaku jahat kepadamu."
"Tidak," kata temannya,"Ini bagus!". "Apa maksudmu, 'Ini bagus!'?
Bagaimana bisa bagus, aku telah mengirim kamu ke penjara selama satu tahun."
Temannya itu menjawab, "Kalau kamu tidak memenjarakan aku, aku tadi pasti
bersamamu."

-----------------

Kehilangan jempol ataupun kebebasan karena di penjara bukanlah hal yang
menyenangkan. Namun karena 2 peristiwa itulah, Sang Raja dan temannya tidak
menemui ajalnya dalam peristiwa tahun berikutnya.
Demikian pula dalam hidup kita, ada peristiwa yang menyebabkan kita
kehilangan materi, mata pencaharian bahkan orang yang kita kasihi. Tentu
saja itu membuat kita sedih, kesal, marah, bahkan menggugat TUHAN karenanya.
Beberapa di antara kita mengalami pergumulan batin yang panjang karena
penolakan kita atas kejadian yang tidak menyenangkan ini. Ada yang menolak
begitu keras, sehingga menjauh dari TUHAN.
Namun jika kita dapat mengikuti sikap teman raja di atas, yang secara
positif menerima setiap peristiwa baik maupun buruk dalam hidup kita,
niscaya suatu hari nanti kita akan menyadari adanya berkat-berkat yang
tersamar dalam setiap peristiwa yang kita alami.
Jadi, seperti kata Anthony de Mello, marilah belajar untuk berkata "YA"
terhadap setiap peristiwa dalam hidup kita. "YA" berarti menerima tanpa
syarat segala sesuatu yang direncanakan TUHAN dalam hidup ini. Pada saatnya
nanti, kita akan dapat "melihat" berkat-berkat yang tersamar dalam berbagai
peristiwa di kehidupan kita; karena TUHAN bekerja dengan caraNYA yang
misterius, yang tidak terselami oleh keterbatasan akal kita.