Selasa, 22 Mei 2012

10 KARAKTER KRISTUS

10 KARAKTER KRISTUS YANG HARUS KITA CONTOH


“Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan caci maki; ketika Ia menderita Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil”.
1 Petrus 2:23
Sementara banyak orang-orang yang mencari karunia-karunia, penglihatan- penglihatan, nubuatan-nubuatan, dan kuasa untuk melakukan perkara-perkara yang besar, Allah sedang mencari orang-orang yang bersedia dibentuk oleh Roh Kudus supaya menjadi orang-orang yang memiliki karakter seperti Allah, orang- orang yang tulus, dan penuh tanggung jawab.
Untuk menempatkan barang yang berharga di dalam bejana yang mudah pecah dan yang tak dapat dipercaya bisa merupakan pengalaman yang merugikan. Di dalam rumah Allah ada perabot-perabot yang mulia dan juga perabot-perabot yang tidak mulia seperti yang Paulus katakan di dalam 2 Timotius 2:20-21. Engkau boleh yakin bahwa ketika Roh Kudus ingin memberikan karunia-karunia-Nya kepada kita, Ia akan mencari perabot yang memiliki karakter dan stabilitas yang sedemikian rupa supaya ia bisa menunjukkan Dia pada dunia.
Ada kesanggupan-kesanggupan tertentu yang sedang dikerjakan ke dalam kehidupan putra-putra Allah supaya mereka bisa menyaksikan kehidupan Yesus. Kita akan melihat beberapa kesanggupan untuk menjadi seperti Yesus! Dia merupakan contoh dari karakter keputraan (sonship character) dan kehidupan yang berkenan. Inilah satu daftar kesanggupan yang kita perlukan kalau kita ingin masuk pada “sonship” yang benar…
KESANGGUPAN UNTUK DIPERLAKUKAN KASAR, DICACI MAKI, DAN DIKHIANATI TANPA ADA KEPAHITAN.
Memang benar bahwa banyak umat Allah yang menderita penghinaan dari dunia. Banyak istri dan anak menderita akan cacian dari suami-suami dan ayah- ayah yang belum bertobat. Kadangkala orang tualah yang menderita karena kelakuan anak-anaknya. Hal yang paling buruk bukanlah kelakuan atau tindakan yang kasar ini, melainkan kepahitan yang kadang-kadang masuk ke dalam hati sebagai akibatnya.
Lihat kehidupan Daud, yang mengabdikan diri sepenuhnya kepada Saul, dan mau mengambil resiko hidupnya untuk kepentingan Saul. Tetapi karena keirihatian Saul, Daud dituduh yang tidak-tidak, disalah mengerti, hidupnya terancam, dan reputasinya hancur. Daud sebenarnya punya alasan untuk menyimpan kepahitan terhadap Saul dan bangsa Israel yang berbalik melawan dirinya. Daud seolah-olah telah berbuat sesuatu yang salah dan sebagai akibatnya ia dihukum. Dia sama sekali tidak bersalah. Tetapi ia tidak mau kepahitan menguasai hidupnya. Ia telah diurapi oleh Allah dan urapan ini memelihara Daud tetap manis di dalam rohnya. Ketika kesempatan untuk membunuh Saul ada, yang sebenarnya bisa mengakhiri perlakuan-perlakuan yang tidak wajar ini, ia tidak mau menjamah orang yang pernah diurapi Allah. Ia tahu panggilan hidupnya di dalam Allah dan ia memiliki keyakinan bahwa Allah dapat dan akan menggenapi firman-Nya. Maka ia menyerahkan Saul ke dalam tangan Allah.
Tidak cukup untuk dikatakan bagaimana Yesus dicaci maki dan dikhianati. “Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil” (1 Petrus 2:23).
Dia yang adalah pencipta dan Juruselamat umat manusia, yang penuh kasih dan perhatian kepada semua manusia, dicaci maki dan dikhianati dan diperlakukan seolah-olah Dia seorang penjahat kelas rendah yang melakukan kejahatan besar. Sekalipun demikian Ia mengasihi dan memberkati musuh-musuh-Nya sampai pada akhir hidup-Nya. Stefanus mengikuti jejak-Nya di dalam Kisah 7:60. Inilah “sonship” yang benar.
KESANGGUPAN UNTUK MENJADI MISKIN TANPA ADA KELUHAN.
Miskin bukanlah dosa, juga bukan sesuatu yang luar biasa. Bukan juga sebagai bukti kurangnya iman seperti yang beberapa orang katakan. Tentu saja ini bisa menjadi tanda akan kemalasan atau karena tidak bisa mengatur keuangan. Tetapi inipun tidak terlalu benar. Kadang-kadang orang-orang yang penuh iman menderita kemiskinan sekalipun tidak ada kesalahan. Rahasianya adalah mengetahui bagaimana hidup dalam kemiskinan tetapi masih berjalan di dalam kemenangan. Ini merupakan satu proses belajar. Di dalam Filipi 4:11-12 Paulus mengatakan: “Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah BELAJAR mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan, maupun dalam hal kekurangan.” Lihat rasul yang memiliki iman yang besar ini, iapun menderita kekurangan! Sama sekali tidak ada hubungannya dengan kualitas imannya.
Kesanggupan untuk menjadi miskin dan masih memiliki kemenangan ada rahasianya yaitu tidak mengeluh. Pujilah Allah di dalam segala keadaan, dan jadilah puas dengan apa yang Ia sediakan. Ini tidak berarti engkau tidak dapat bekerja dengan lebih keras lagi untuk merubah kondisi, hanya janganlah mengeluh atau menuduh Allah tidak memperhatikanmu.
Kesanggupan untuk mengalami kekurangan tanpa ada ketakutan itu berarti percaya kepada kasih-Nya dan pemeliharaan-Nya atas engkau, dan keyakinanmu akan kesanggupan-Nya untuk memenuhi kebutuhanmu. Banyak kesaksian yang diberikan oleh keluarga-keluarga yang duduk di meja makan tapi tidak ada makanan. Tetapi mereka mengatakan itu anugerah, dan ternyata Allah memenuhi kebutuhan mereka. Ada satu cerita tentang seorang anak Tuhan yang selalu memberikan pujian kepada Allah untuk segala pemenuhan kebutuhannya. Pada suatu malam, seorang badut (pelawak) duniawi lewat di depan rumahnya dan mendengar doa. Ia mengintip dari jendela dan melihat anak Tuhan ini sedang berlutut dekat sebuah meja yang kosong, sedang berdoa supaya Allah mengirimkan makanan kepadanya. Ia lari ke sebuah toko, membeli sekeranjang bahan makanan dan meletakkannya di serambi rumahnya. Ia lalu mengetuk pintu dan lari sembunyi. Ellie, anak Tuhan ini, membuka pintu. Melihat bahan makanan tersebut, ia mengangkat kedua tangannya dan mulai memuji Tuhan untuk pemenuhan kebutuhannya. Si badut ini lalu melompat keluar dari belakang pohon dan mulai mentertawakan dia. “Bukan Allah yang meletakkan makanan di situ Ellie, tetapi aku! Jadi engkau lihat, yang mencukupi kebutuhanmu itu bukan Allah.” Ellie memandang keranjang makanan itu lalu menjawab, “Aku memuji Allah untuk makanan yang dibawa ke sini, tidak peduli apakah Dia memakai iblis sebagai penolong,” Ia tahu Allah-lah yang memenuhi kebutuhannya, dan ia tidak memiliki ketakutan.

KESANGGUPAN UNTUK MENJADI KAYA TANPA ADA KETAMAKAN.

Allah senang melihat kebutuhan anak-anakNya terpenuhi. Ia senang umat-Nya kecukupan supaya mereka bisa memberkati yang lain. Ada supply (persediaan) yang berlimpah-limpah khusus bagi mereka yang sudah belajar bagaimana caranya untuk membuka jendela-jendela surga, dan menuai tuaian yang melimpah. Allah sudah menunjukkan kepada kita bagaimana caranya untuk melakukan hal ini karena Ia ingin mencurahkan ke atas kita berkat-berkatNya.
Masalahnya dengan orang-orang percaya bahwa mereka bisa menjadi betul- betul rohani apabila mereka dalam situasi miskin karena mereka harus berdoa setiap hari dengan sungguh-sungguh supaya kebutuhannya tercukupi. Tetapi apabila mulai hidup berkelimpahan, mereka nampaknya mulai melupakan akan kebutuhan mereka terhadap Allah, dan mulai sibuk dengan hal-hal yang mulai mereka timbun.
Bertahun-tahun yang lalu saya mempunyai seorang pekerja di gereja saya yang datang kepada saya dengan membawa satu masalah.
Ia berkata, “Pak Bill, ketika saya baru diselamatkan gaji saya 50 dollar satu minggu dan saya senang sekali memberikan 5 dollar sebagai perpuluhan setiap minggu. Lalu saya mulai naik pangkat dan sekarang gaji saya 150 dollar setiap minggunya; namun saya merasa sayang memberikan 15 dollar sebagai perpuluhan. Ini jumlah uang yang cukup banyak.” Saya sungguh-sungguh tidak mengerti bagaimana mungkin ia merasa sulit untuk hidup dengan 135 dollar setiap minggu, padahal ia bisa hidup dengan 45 dollar sewaktu Allah belum memberkati pekerjaannya. Lalu saya mulai bisa melihat seperti dia melihat. Pekerjaan dan gajinya sudah dalam kondisi keberkatan, tetapi pikirannya masih dalam zaman kemiskinan. Kelebihan uangnya (extra money) hanya merangsang ketamakan dan keinginannya hal-hal jasmaniah yang dulu ia tidak bisa membelinya. Ia tidak bisa menggunakan berkat Allah.
Allah mampu membuat Abraham menjadi seorang yang kaya karena Ia tahu Abraham bisa menggunakan kekayaannya dengan bijaksana. Raja Ahab, sebaliknya. Ia sudah diberkati dengan berlimpah-limpah, tetapi ia tidak puas. Ia membunuh Nabot dan merampas kebun anggurnya, karena ketamakan hatinya yang jahat. Sebagai akibatnya, penghukuman Allah datang atasnya dan istrinya yang juga jahat.
Ada beberapa orang saat ini yang memiliki urapan khusus untuk menerima dan memberi. Berkat yang hanya sepihak saja (hanya menerima tanpa memberi) adalah sangat berbahaya. Orang-orang ini tahu bahwa Allah memberkati mereka supaya mereka bisa memberkati yang lain. Mereka merupakan kekuatan yang besar bagi kerajaan Allah, dan merupakan penolong yang kuat di dalam mendukung gereja lokal atau mengirim berita cetakan. Allah mengirim kita urapan yang lebih ini.
KESANGGUPAN UNTUK MENGASIHI TANPA MENUNTUT BALASAN.
Ketika Yesus mengatakan kepada kita untuk mengasihi musuh-musuh kita, Ia meminta kepada kita untuk melakukan sesuatu yang sulit. Ia mengatakan bahwa orang-orang dunia, bahkan mereka sekalipun penuh dengan kebencian, bisa mengasihi orang-orang yang mengasihi mereka. Setiap orang bisa mengasihi orang lain atau sesuatu hal, bahkan anjing yang tua kotor sekalipun. Karena tidak peduli betapapun jeleknya orang itu, anjing yang tua kotor ini akan mengasihi dia.
Sebenarnya kalau kita mau mencoba dengan sungguh-sungguh, tidaklah terlalu sukar untuk memberi satu pemberian kepada orang yang tidak dan tidak akan membalas kasih kita, karena memberi sebenarnya bukan suatu pengorbanan bagi kita. Jika sesuatu yang dikorbankan itu bisa kita dapatkan kembali maka kita mau memberikan itu karena kita ingin menjadi pemberi. Tetapi jika sesuatu yang diberikan itu memiliki nilai sentimentil, atau suatu pengorbanan yang menyakitkan, maka kita ingin memberikan hal itu kepada orang yang sedikitnya mau menghargai pemberian itu dan mau mengasihi untuk apa yang telah kita lakukan. Tetapi Yesus menunjukkan kepada kita bahwa Ia bisa memberikan hidup-Nya untuk mereka yang membenci dan menghina-Nya, Dialah Raja pemberi!
Apakah kasih saudara terhadap orang lain mulai dingin tatkala saudara tahu bahwa mereka suka “ngrasani” saudara? Apakah saudara tidak lagi mau memperhatikan orang lain karena mereka tidak menghargai pemberian saudara? Apakah saudara mencoba menghindari seseorang yang telah menolak memberikan pertolongan waktu saudara membutuhkannya? Jika benar demikian, mintalah kepada Allah supaya Ia memberikan kasih Yesus kepada saudara. Harga dari kasih semacam itu akan terlalu besar sekali bagi manusia jasmani, tetapi Kristus yang ada di dalam akan bersukacita. Sukacita dan kasih ini akan mengalir keluar dari bejanamu, dan banyak orang akan merasa diberkati dan dibaharui dengan kenyataan Kristus yang hidup.
KESANGGUPAN UNTUK TIDAK DIKENAL TANPA ADA RASA KASIHAN TERHADAP DIRI SENDIRI.
Sebuah traktat yang ditulis beberapa tahun yang lalu dengan judul “MATI TERHADAP DIRI SENDIRI” pernah menulis begini: “Apabila engkau dilupakan, tidak dikenal, atau tidak dianggap sama sekali, dan engkau tidak lupa dan sakit hati terhadap penghinaan dan kelalaian ini, tetapi sebaliknya hatimu gembira, merasa layak untuk menderita bersama Kristus, ITULAH MATI TERHADAP DIRI SENDIRI”.
Kasihan terhadap diri sendiri adalah sifat manusia. Kristus yang ada di dalam kita tidak pernah merasa kasihan terhadap diri sendiri, karena Ia tahu bahwa kita adalah raja-raja dan imam-imam, dan kita dipersiapkan untuk menerima seluruh kepenuhan Allah. Penderitaan kita saat ini tidak berarti jika dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan di dalam kita.
Bahkan nabi-nabi besarpun pernah “tertangkap” oleh musuh yang kecil tapi tidak suka berterus terang ini. Elia merupakan salah satu nabi yang terbesar. Tetapi setelah ia menang besar di atas gunung Karmel, ia melihat Izebel mengejar- ngejar untuk menghancurkannya, dan ia mulai merasa kasihan terhadap diri sendiri. Allah tetap penuh kemurahan dan kasih terhadap nabi-Nya, tetapi Ia membiarkan Elia tahu dengan pasti bahwa keluhan-keluhannya sungguh tidak beralasan dan hanya merupakan kelemahan manusiawinya sendiri.
Apakah ada saat-saat ketika engkau melakukan yang terbaik bagi Allah, bagi gereja, bagi persekutuan, atau bagi orang lain, dan tidak ada seorangpun yang memperhatikan atau mempedulikan? Jauh di dalam hati saudara, saudara tahu bahwa saudara harus melakukan itu untuk Allah dan tidak mencari penghargaan. Tetapi masih saja saudara merasa bahwa orang lain seharusnya tahu betapa payahnya saudara bekerja, betapa saudara penuh pengabdian, atau betapa saudara penuh perhatian. Bahkan seringkali Allah sendiri rasanya tidak mengenal saudara. Lalu sahabat yang kecil ini mulai mengetuk pintu hati sanubari saudara dan meminta belas kasihan. Betapa mudah untuk menyerah pada saat-saat seperti itu.
Kasihan terhadap diri sendiri adalah penghancur kekuatan dan tenaga. Ini bukanlah satu-satunya alasan mengapa seseorang merasa capai terus sepanjang hari, atau tidak berdaya sama sekali. Tetapi setiap orang yang tidak mengatasinya, tidak bisa melakukan pekerjaan sehari-harinya, ia harus menyelidiki hatinya untuk melihat apakah ada “self pity” (kasihan terhadap diri sendiri) yang mulai menggerogoti. Sekarang roh ini memiliki seorang pengacara yang cakap sekali, namanya “self defence” (pembelaan diri) yang sedang mengajukan kasusnya. Jadi tidak gampang bagi seseorang yang memiliki “self defence” ini untuk mengakui bahwa ia kasihan terhadap diri sendiri. Tetapi jujur terhadap diri saudara sendiri adalah satu-satunya jalan untuk mengatasinya.
Orang-orang kudus yang “bonafide” di dalam Alkitab pernah masuk ke dalam perangkap “self pity” ini adalah Daud, Abraham, Musa dan lain-lainnya. Tetapi lihatlah Yesus. Ia tidak bisa dibandingkan dengan yang lain. Ia telah menetapkan satu pola bagi kita. Kita akan diubah menjadi sama seperti Dia. Kemenangan kita hanya terletak pada “menjadi seperti Yesus dalam segala hal.”
KESANGGUPAN UNTUK PUAS HIDUP DI DALAM SUPPLY (PERSEDIAAN) YANG ALLAH BERIKAN.
Ini merupakan proses belajar, khususnya di dalam dunia ini yang penuh dengan ketamakan dimana kita sekarang ini hidup. Orang-orang muda, yang belum lahir waktu orang tua mereka hidup di dalam situasi yang mendekati miskin dimana tidak ada barang-barang mewah, sekarang melihat orang tua mereka memiliki rumah yang bagus, mobilnya dua, perabot-perabot rumahnya indah, dan sebagainya. Lalu mereka memutuskan bahwa mereka juga harus memiliki barang- barang seperti ini untuk memulai hidup pernikahannya. Oleh sebab itu mereka mendapat pinjaman uang untuk membayar uang muka sebuah rumah dengan harga yang sebenarnya terlalu tinggi bagi mereka, mendapat pinjaman lain lagi untuk membeli mobil, atau membeli rumah komplit dengan perabot-perabotnya, dan menamakannya “iman”. Ketika angin kemalangan menyerbu dan segala sesuatunya runtuh dalam kebangkrutan, mereka menuduh Allah meninggalkan mereka, dan iman mereka hancur. Disamping mereka kehilangan kehidupan kerohanian dan harta benda mereka, mereka juga meninggalkan suatu kesaksian yang buruk bagi berita (message) yang benar tentang iman dan kehidupan kerajaan (kingdom life).
Banyak pelayanan yang menjadi sia-sia karena kegagalan mereka untuk hidup di dalam supply dari Allah. Pelayanan radio, televisi dan cetakan akan diberkati Allah dengan suatu support yang terus mengalir. Beberapa orang lalu mulai memikirkan dan menghitung-hitung pertumbuhan yang diharapkan pada masa yang akan datang, plus pertumbuhan karena pelayanan mereka yang semakin meluas pada masa yang akan datang, lalu melipatgandakan semuanya dengan bertindak atas “iman”. Mereka lalu jatuh dalam hutang untuk membayar peralatan yang mahal atau bangunan yang besar dan luas. Tatkala akibat-akibat kesukaran uang mulai terasa, mereka lalu membuat permohonan-permohonan kepada supporter-supporter mereka dengan cucuran air mata. Kehidupan yang pernah mereka miliki dan yang dibagikan kepada orang lain, sekarang diganti dengan rencana-rencana bagaimana caranya mendapatkan uang untuk mencegah kehancuran. Saya tahu ada banyak orang yang meluncurkan diri dengan iman untuk melakukan perkara-perkara yang besar karena mereka sudah mendengar suara Allah terlebih dahulu untuk melakukan hal itu. Mereka inilah yang tidak akan gagal. Apabila saudara melihat suatu pelayanan yang gagal karena kekurangan uang, saudara tahu dia belum mendengar suara dari Allah dan tidak puas untuk hidup di dalam supply yang Allah berikan.
Saya tahu supply dari Allah tidak terbatas, Ia bisa melakukan apa saja, dan Ia ingin supaya kita memiliki yang terbaik. Tetapi tangan-Nya yang menuntun itu diperlukan di dalam semua keputusan kita. Sejak bertahun-tahun yang lalu saya mengambil kesimpulan bahwa pekerjaan Allah yang dikerjakan dengan cara Allah tidak akan pernah kekurangan supply-Nya. Dan saya memutuskan bahwa jika Allah setuju dengan apa yang sedang saya lakukan, Ia akan mengirimkan apa yang saya butuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Jadi saya tahu bahwa jika Ia sudah selesai dengan saya didalam penerbitan firman Allah yang sudah Ia berikan, maka Ia akan memotong uang kertas dan ongkos pengirimannya. Dan jika Ia tidak berada didalam apa yang sedang saya kerjakan, maka saya pasti tidak mau melakukan hal itu. Inilah yang menjadi prinsip saya selama lebih dari 23 tahun di dalam menerbitkan berita-berita akhir zaman, dan berhasil. Saya tahu Ia beserta dengan saya karena Ia mencukupi kebutuhan saya dengan cara yang ajaib sekali. Ada banyak kasus dari kejadian semacam ini di dalam pelayanan kami, tetapi saya ingin membagikan kepada saudara hanya satu contoh saja …
Suatu ketika saya benar-benar membutuhkan satu peralatan, tetapi saya tidak mau terlibat dalam hutang untuk mendapatkan peralatan ini. Jika Allah mengijinkan saya untuk memilikinya, Ia akan menyediakannya. Suatu hari ada selembar cek datang dengan jumlah uang yang aneh. Waktu saya memperhatikan cek ini, Allah berkata, “Ini untuk alat yang engkau butuhkan.” Kami menelpon berputar-putar dan akhirnya mendapatkan persis seperti yang saya inginkan. Ketika saya melihatnya, harganya sama dengan jumlah uang yang tertulis pada cek itu, sampai ke sen-sennya. Ini menjadi suatu tanda bagi saya bahwa saya telah bertindak di dalam Roh, dan suatu upah karena saya mau menunggu sampai pada waktunya.
KESANGGUPAN UNTUK BERJALAN DI DALAM KEKUDUSAN DI TENGAH-TENGAH DUNIA YANG GELAP DAN RUSAK INI DENGAN PENCOBAAN-PENCOBAAN DAN TEKANAN-TEKANANNYA.
Banyak orang merenung-renungkan betapa indahnya kalau mereka dipindahkan ke suatu tempat dimana tidak ada lagi dosa dan iblis, dan betapa mudahnya untuk hidup kudus di tempat semacam itu. Ya, memang akan lebih mudah tetapi tidak seagung kesaksian mereka yang hidup di dalam kebenaran, damai sejahtera dan sukacita di dalam Roh Kudus di atas bumi yang jahat ini.
Allah akan memiliki suatu umat yang akan memberi kemuliaan bagi nama-Nya dengan menyatakan kemuliaan-Nya dan bersinar dengan terangnya di dalam dunia yang gelap ini. Hari sudah gelap tatkala Yesus lahir di bumi ini. Penyembah berhala Roma memerintah dunia dengan kekuasaan dan kejahatannya. Yunani mempengaruhi setiap orang dengan filsafatnya, penyembahan berhala, dan dengan perbuatan percabulannya yang jahat. Bahkan bangsa Israel, satu-satunya bangsa yang memiliki Allah yang benar dan hidup, berada dalam sakratul maut dan kebobrokan agamanya. Imam-imam, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa umat Allah masuk ke dalam perbudakan keagamaan yang mengerikan. Inilah waktu dimana orang-orang berjalan di dalam kemunafikan dengan pikiran- pikirannya yang kedagingan.
Sekalipun demikian ketika Yesus tiba, Ia bersinar dengan ketulusan, kemurnian dan kekudusan-Nya yang membutakan mata manusia. Ia berjalan di tengah- tengah perempuan sundal, pencuri-pencuri dan orang banyak, tetapi tak seorangpun bisa membuat-Nya berdosa. Ia mengampuni orang-orang berdosa, memberkati orang-orang kafir, dan mencerca kepalsuan-kepalsuan agama di dalam Bait Allah. Ia menunjukkan kepada kita bahwa hal itu bisa dilakukan. Dia adalah contoh Terang yang sempurna di dalam dunia yang gelap.
Banyak orang mengeluh tentang tetangga-tetangga mereka, orang-orang kafir di sekitar mereka dan menjerit-jerit betapa mereka akan menjadi orang-orang Kristen yang lebih baik jika keadaan sekeliling mereka berbeda. Sementara yang lain, pada keadaan yang sama mulai mengadakan kebaktian Sekolah Minggu atau bible study, dan berakhir dengan memenangkan banyak jiwa bagi Tuhan. Ada satu cerita tentang dua orang penjual sepatu yang dikirim ke daerah pegunungan untuk menjual sepatu. Beberapa minggu kemudian kantor pusatnya menerima telegram dari dua orang ini. Yang satu berkata: “Mohon saya dipindahkan saja dari sini. Tidak ada kesempatan sama sekali untuk menjual sepatu di sini, karena tidak seorangpun yang memakai sepatu. Mereka hampir tidak tahu apakah sepatu itu, dan tidak banyak orang yang memakai sepatu sehingga sulit bagi seorang salesman sepatu untuk hidup disini.” Tetapi telegram yang satunya mengatakan: “Mohon dikirim lebih banyak sepatu, saya kehabisan barang. Tidak seorangpun disini yang memakai sepatu, maka ini satu kesempatan yang indah sekali bagi salesman sepatu”. Jadi bukanlah keadaan, tetapi cara mereka menghadapi keadaan itu sendiri, yang menentukan berhasil atau gagal.
Oleh sebab itu, semakin gelap keadaan sekitar saudara, semakin terang saudara akan bercahaya. Semakin jahat, semakin besar kesempatan yang saudara miliki untuk menjadi orang kudus. Tetapi saudara tidak boleh menyerah kepada dunia sekitar saudara, kompromi dengan jalan-jalannya. Engkau harus belajar untuk berjalan di dalam kekudusan di tengah-tengah dunia yang bobrok ini.
KESANGGUPAN UNTUK MELIHAT KESALAHAN-KESALAHAN ORANG LAIN TANPA ADA KRITIKAN.
Orang yang bisa melihat kebutuhan-kebutuhan orang tanpa ada penghakiman dan kritikan atas mereka adalah memiliki potensi yang besar untuk melayani di bidang kelepasan. Jika saudara memiliki kasih yang sedemikian rupa sehingga saudara ingin melihat mereka bisa mengatasi kelemahan-kelemahan didalam hidup mereka, dan masih tidak mengkritik mereka kalau mereka gag
al, maka engkau akan menjadi orang yang mereka panggil ketika mereka membutuhkan kelepasan. Lihat bagaimana Yesus dengan lembut membela dan berurusan dengan perempuan yang tertangkap basah ketika ia berzinah. Ia tidak menghukumnya. Ia sudah terhukum di dalam hatinya sendiri pada waktu ia duduk di depan kemurnian dan kekudusan-Nya. Yesus tidak mengampuni perzinahannya ataupun setuju dengan kehidupan masa lalunya, tetapi Ia mengampuni dia dan membawanya melangkah pada langkah kelepasan. Tidak seorangpun menginginkan adanya dosa di dalam gereja. Tetapi kita bisa lepas dari semua itu dengan mengeluarkan dosanya, bukan orangnya.
Kesanggupan yang lain yaitu bisa melihat kekurangan dirimu sendiri tanpa ada keputus-asaan ataupun dalih-dalih. Tak seorangpun dari kita yang sempurna, tetapi janganlah menyerah terhadap dirimu sendiri, Allah belum selesai berurusan denganmu. Dan jangan menutupi kesalahan-kesalahanmu dengan mengatakan, “Saya tidak lebih jelek dari orang lain.” Mungkin ini betul, tetapi itu tidak akan membawa kelepasan, dan juga tidak akan membuat saudara sadar akan kebutuhan saudara untuk bisa lebih maju lagi. Tak ada seorangpun yang tahu pikiran-pikiranmu dan perasaan-perasaanmu kecuali saudara sendiri. Kadang- kadang saudara berpikir bahwa saudara lebih jelek dari orang lain karena saudara tidak tahu akan persoalan-persoalan mereka yang dalam. Mungkin ini benar dan mungkin juga tidak, tetapi permasalahannya bukan di situ. Persoalannya adalah bahwa kita semua harus tahu bahwa kita adalah anak-anak anugerah dan anak kesayangan-Nya, dan Ia akan menyempurnakan kita pada waktunya. Jangan putus asa terhadap diri saudara sendiri.
KESANGGUPAN UNTUK TETAP RENDAH HATI DI TENGAH SORAK TEPUK TANGAN ORANG BANYAK.
Tidak banyak dari kita yang mendapat sambutan meriah dari orang banyak untuk membuat kita sombong dan ditinggikan. Mungkin saudara hanya berkata, “Saudara Joe, sungguh bagus sekali khotbah Anda malam ini,” atau “Wah, Anda menyanyi dengan bagus sekali, saudari Sue, hati saya betul-betul tersentuh”. Dan lalu mereka menjadi bangga dan sombong. Tetapi kami harap tidak demikian.
Kadang-kadang Allah melakukan mujizat-mujizat yang bisa dilihat dengan mata seperti yang Ia lakukan bagi Paulus dan Barnabas di dalam Kisah 14. Orang- orang lalu mulai meninggikan pelayanan ini sampai pada level yang membahayakan, seperti yang mereka lakukan terhadap Paulus dan Barnabas. Sangat sulit bagi manusia jasmaniah untuk tetap rendah hati di dalam situasi semacam ini. Dan tidak seperti Paulus dan Barnabas yang berlari-lari kepada khalayak ramai untuk menjelaskan bahwa Yesus-lah yang mengerjakan mujizat- mujizat itu, bukan diri mereka, beberapa hamba Tuhan justru mulai membusungkan dada karena memiliki nama yang baik sebagai pelayan kelepasan dan kesembuhan. Petrus pada saat di rumah Kornelius di dalam Kisah 10 adalah contoh lain dari kerendah-hatian. Ia tidak mau membiarkan mereka memuja dirinya atau menerima kemuliaan bagi dirinya sendiri.
Pada sekitar tahun 1950 saya pernah melayani di Ohio. Pada saat itu Firman Allah mengalir dengan penuh urapan dan wahyu. Saya sendiri bahkan merasa diberkati dengan apa yang keluar dari mulut saya. Suatu malam setelah saya selesai menyampaikan Firman Allah di dalam urapan yang dahsyat, puji-pujian mulai mengalir. “Oh, saudara Bill, firman yang Anda sampaikan benar-benar bagus dan merupakan berita terbaik yang pernah saya dengar,” seseorang berkata kepada saya. Saya pulang merasa 9 kaki lebih tinggi dari sebelumnya dan siap bertempur melawan Goliat. Malam berikutnya saya kembali ke atas mimbar, siap untuk memberkati hadirin dengan satu berita yang besar. Tapi ternyata saya gagal total. Sama sekali tidak ada urapan dan saya tidak dapat membuat firman yang saya sampaikan itu bisa dimengerti oleh hadirin. Sungguh-sungguh suatu malam yang mengerikan. Pada akhir firman itu, saya pukul altarnya dan menangis, “Tuhan, apakah artinya bahwa Engkau mengasihi aku? Apa hubungannya dengan kegagalanku malam ini?”. ” Anakku, kemarin Aku memberkati engkau dan ternyata engkau menjadi sombong, seolah-olah engkau telah berbuat satu perkara yang besar dengan kekuatanmu sendiri. Roh ini akan menghancurkanmu dan Aku terlalu mengasihi engkau untuk melihat engkau hancur. Biarlah kejadian malam ini engkau ingat terus.”
Percayalah saya, malam yang tidak enak itu teringat terus. Setiap orang yang datang pada malam sebelumnya, datang mendekati saya untuk menyalami saya sebentar lalu pergi. Saya telah belajar satu pelajaran yang cukup sulit. Beberapa orang nampaknya tidak mau belajar. Saya bisa menyebutkan nama-nama hamba Tuhan yang cukup terkenal yang seharusnya sudah harus di”out” dari peredaran karena dosa mereka …. sombong. Ada banyak orang yang memiliki pelayanan mujizat yang dahsyat yang menerima pujian dari orang banyak, tetapi mereka tidak menerimanya untuk diri mereka sendiri. Mereka kembalikan semua pujian itu kepada Tuhan Yesus, karena mereka ingat bahwa mereka bukanlah apa-apa tanpa Dia. Jadi janganlah berprasangka yang tidak-tidak kepada seorang pelayan Tuhan jika saudara mendengar orang-orang memuji dia, dan dia tidak memarahi mereka. Ia hanya ingin berbuat baik. Ia mungkin orang yang betul-betul rendah hati di dalam hatinya. Hanya Allah-lah yang bisa melihat keadaan hati pelayan-Nya dan bukanlah tempat kita untuk menghakimi pelayan-Nya. Allah-lah satu-satunya yang mengetahui dengan pasti apa yang berada di dalam hati kita, dan Dialah yang akan menghakimi pelayan-pelayanNya. Dan kepada pelayan-pelayanNya saya ingin berkata …. belajarlah untuk tetap rendah hati di tengah-tengah sorak tepuk tangan orang banyak.
KESANGGUPAN UNTUK BISA MENGHADAPI PENGANIAYAAN DAN TUDUHAN PALSU TANPA ADA “SELF DEFENCE” (PEMBELAAN DIRI) ATAUPUN MEMBENCI MUSUH-MUSUHMU.
Kita semua akan, pada suatu saat, menerima penganiayaan, atau tuduhan palsu. Di dalam Matius 5, Yesus mengatakan bahwa saat kejadian ini haruslah menjadi saat yang menggembirakan. Tapi jika saudara mengijinkan peristiwa ini menjadi pintu dimana iblis bisa masuk dengan satu timbunan kebencian atau sakit hati, maka saudara lebih baik berdoa supaya bisa mengatasi hal ini. Karena kebencian bisa menghancurkan jiwa saudara, seperti juga membawa panyakit bagi tubuh saudara. Dengan kata lain, jika saudara mengasihi diri saudara sendiri dan keselamatan saudara sendiri, maka belajarlah untuk mengasihi yang lain, bahkan musuh-musuh saudara sekalipun.
Daud tidak membenci Saul. Ia bukanlah seorang pengecut, dan ia tidak takut pada Saul. Ia pergi ke perkemahan Saul dan mengambil tombak sang raja. Ia menghormati Saul karena Allah pernah mengurapi dia sebagai raja. Dan ia ikut berdukacita karena ia tahu bahwa Saul akhirnya akan dihukum. Tetapi ia tidak membencinya. Ia tidak mau membiarkan kebencian meracuni jalannya. Ia tidak akan pernah menjadi raja yang baik di hadapan manusia dan Allah, jika ia sudah membiarkan roh benci menguasai hatinya.
Tidak ada seorangpun seperti Yesus untuk menunjukkan kepada kita bagaimana mengasihi orang-orang yang menganiaya kita dan berlaku kasar terhadap kita.
Jika saudara menginginkan kuasa kasih yang murni, maka mendekatlah kepada Yesus. Biarlah Dia menguasai hati saudara dan memenuhi hidup saudara dengan hadirat-Nya. Isi pokok dan intisari dari berita ini adalah …. Jika saudara menginginkan karakter akan seorang putra Allah yang benar, maka carilah Allah untuk memiliki KESANGGUPAN UNTUK MENJADI SEPERTI TUHAN YESUS! Itulah “sonship” yang benar!