Selasa, 22 Mei 2012

MAAF KAN AKU........

Permintaan Maaf
Mark telah mengecewakan temannya. Ia datang terlambat di restoran tempat ia seharusnya bertemu dengan teman itu. Temannya tersebut telah pergi. Dengan penuh rasa penyesalan, Mark membeli sebuah kupon makan dari restoran tersebut dan berhenti di sebuah toko kartu setempat untuk mencari selembar kartu permintaan maaf. Ia pun heran, karena di antara ratusan kartu yang ada, tidak banyak kartu yang berisi pesan “mohon maaf atas perbuatan saya” dan itu pun letaknya di bagian terpencil dari toko itu. Ia membeli salah satu kartu tersebut dan memberikannya kepada sang teman yang ternyata bersedia menerima permintaan maafnya.
Meski kartu permintaan maaf tidaklah populer, akan tetapi permintaan maaf sering dibutuhkan dalam relasi kita. Meminta maaf adalah perbuatan yang alkitabiah. Yesus memerintahkan para pengikut-Nya untuk berdamai dengan mereka yang tersinggung karena perbuatan kita (Mat. 5:23-24; 18:15-20). Paulus berkata, “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!” (Rm. 12:18). Hidup dalam perdamaian kemungkinan besar memerlukan banyak permintaan maaf.

Permintaan maaf adalah hal yang sulit untuk dilakukan karena diperlukan suatu sikap rendah hati untuk mengakui kesalahan kita, dan mungkin ini tidak serta-merta bisa kita lakukan. Meski demikian, bertanggung jawab dalam suatu situasi ketika kita bertindak salah dapat membawa kesembuhan dan pemulihan dalam suatu relasi.

Apakah Anda telah mengecewakan seseorang? Buanglah kesombongan Anda dan mintalah maaf—bahkan ketika Anda tidak dapat menemukan kartu untuk menolong Anda mengatakannya. Cara terbaik untuk berdamai adalah dengan meminta maaf.