Sabtu, 19 Mei 2012

KEKUATAN CINTA


Kekuatan Cinta
Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. (Kidung Agung 8:7a)
Robertson McQuilkin mengundurkan diri dari jabatannya sebagai rektor Universitas Internasional Columbia demi merawat Muriel, istrinya yang mengalami alzheimer (gangguan fungsi otak). Muriel sudah tidak bisa apa-apa—untuk makan, mandi, dan buang air pun harus dibantu. Pada 14 Februari 1995, merayakan 47 tahun ia melamar Muriel, Robertson memandikan Muriel dan menyiapkan makan malam kesukaannya. Menjelang tidur, ia mencium Muriel, menggenggam tangannya, dan berdoa, "Bapa Surgawi, jagalah kekasih hatiku ini sepanjang malam, biarlah ia mendengar nyanyian malaikat-Mu."
Paginya ketika Robertson sedang berolahraga dengan sepeda statis, Muriel terbangun. Ia tersenyum ke arah Robertson. Dan untuk pertama kalinya setelah berbulan-bulan tidak dapat berbicara, Muriel memanggil Robertson dengan lembut, "Sayangku.…” Robertson terlompat dari sepeda. Ia memeluk Muriel. "Sayangku, kamu benar-benar mencintaiku?" tanya Muriel lirih. Robertson mengangguk dan tersenyum. "Aku bahagia." Itulah kata-kata terakhir Muriel sebelum meninggal.
Alangkah indah relasi yang didasarkan pada cinta; tidak ada kepedihan yang terlalu berat untuk dipikul. Cinta adalah daya dorong yang sangat ampuh untuk kita selalu melakukan yang terbaik; menjalani kegetiran tanpa isak, melalui kepahitan tanpa keluh, melewati lembah kekelaman dengan kepala tegak. Tidak heran kalau Salomo pun mengatakan, cinta itu kuat seperti maut.  Marilah kita menumbuhkembangkan cinta untuk melandasi setiap tindakan dan ucapan kita di mana pun dan kapan pun—AYA