Rabu, 23 Mei 2012

BERHENTI SEJENAK-ARTIKEL

Michael Schumacher menjadi juara dunia Formula One (F1) tujuh kali. Ia mampu memacu mobil balapnya dengan kecepatan di atas 300 km/jam, menyelesaikan puluhan lap dalam waktu yang amat cepat. Ada satu hal yang selalu ia lakukan saat berlomba, yaitu melakukan pit stop. Di pit stop itu, ia berhenti sejenak untuk mengisi bahan bakar, mengganti ban yang aus, dan memeriksa peralatan mobilnya. Sesaat kemudian ia pun melanjutkan lomba.

Sejarah mencatat, dalam F1 strategi pit stop tidak jarang menjadi penentu. Perhentian sesaat di pit stop itu bisa mengantar seorang pembalap meraih kemenangan. Mirip dengan kehidupan kita. Setiap hari kita menjalani berbagai aktivitas dan kerap terjebak dalam rutinitas. Tujuh hari dalam seminggu kita memacu diri kita dengan berbagai kesibukan pekerjaan, mungkin ditambah juga dengan pelayanan di gereja atau aktivitas di tempat lain. Sehingga saking sibuknya sampai-sampai kita pun kerap kali lupa hal yang sangat penting, yaitu “berhenti” sejenak.

Dalam bacaan kita, Tuhan Yesus mengetahui kelelahan para murid-Nya setelah melayani orang banyak. Dia pun lalu mengajak mereka beristirahat, menarik diri dari kesibukan. Ada saat di mana kita harus sejenak berhenti. Mengambil jeda dari kebisingan hidup. Sejenak menarik diri dari hiruk pikuk rutinitas. Mengistirahatkan bukan hanya tubuh, tetapi juga hati dan pikiran. Saat di mana kita memeriksa dan mengasah diri. Ibarat me-recharge baterai kehidupan kita. Untuk kemudian bersiap melanjutkan perjalanan lebih jauh lagi. 



TANPA AKTIVITAS KITA BISA TUMPUL, TETAPI TANPA LIBUR KITA BISA AUS