Selasa, 22 Mei 2012

MENCEGAH PERASAAN MARAH

Mencegah Perasaan Marah?
Pertanyaan: Apakah mungkin mencegah perasaan marah?

Jawaban: Tidak. Penting diingat bahwa kemarahan bukan hanya luapan emosional, tetapi juga merupakan proses biokimia. Tubuh manusia dilengkapi dengan sistem pertahanan otomatis yang disebut dengan mekanisme "melarikan diri atau melawan" (flight or fight). Mekanisme ini memampukan seluruh bagian dari makhluk hidup untuk bertindak.

Adrenalin dipompa agar masuk ke dalam aliran darah, yang menimbulkan respons fisiologis berurutan, yang terjadi di dalam tubuh. Tekanan darah meningkat sesuai dengan detak jantung yang semakin cepat; mata membelalak melihat sekeliling; kedua tangan berkeringat dan mulut menjadi kering; serta otot-otot terisi aliran energi yang besar. Dalam hitungan detik, seseorang berubah dari kondisi tenang menjadi "keadaan siap bereaksi". Perlu dicamkan, hal ini merupakan tanggapan pasti yang terjadi, entah kita ingin melakukannya atau tidak.

Setelah hormon untuk "melarikan diri atau melawan" dilepaskan, mustahil bagi kita untuk menghindari timbulnya perasaan yang kuat ini. Hal ini seperti menyangkal adanya sakit gigi atau rasa sakit lainnya yang berkecamuk di dalam tubuh. Karena Allah menciptakan sistem ini sebagai alat agar tubuh mampu melindungi dirinya sendiri terhadap bahaya, saya tidak yakin Dia menghukum kita seandainya sistem ini berfungsi sebagaimana mestinya.
Di sisi lain, reaksi kita terhadap kemarahan lebih bisa diperhitungkan dan dipertanggungjawabkan karena kita mengendalikannya secara sadar. Ketika kita dengan wajah muram mengingat kejadian yang terus-menerus mengganggu pikiran kita, menggertakkan gigi kita dengan rasa kebencian, dan mencari kesempatan untuk membalas dendam, atau menyerang dengan tindakan gegabah yang mengerikan, maka cukup masuk akal jika kita beranggapan bahwa kita sudah menyeberangi garis batas dosa. Bila penafsiran terhadap ayat Kitab Suci dalam Efesus 4:26 akurat, maka kehendak diri akan tetap berada dalam batas antara 2 bagian ayat ini: "Marahlah," dan "janganlah berbuat dosa."