Rabu, 21 September 2011

ARTIKEL - JARING LABA-LABA

Waktu Perang Dunia II ada suatu cerita tentang seorang tentara muda dan kawan-kawannya yang sedang dikejar musuh. Mereka berlari-larian dan akhirnya pemuda itu terpisah dari kelompoknya. Berlari dan berjalan tanpa tujuan yang jelas, tiba-tiba dia berhadapan dengan sebuah gua. Karena musuh di belakangnya sudah makin dekat dan juga karena dia sudah begitu lelah, dia memutuskan untuk bersembunyi disitu. Cepat-cepat dia merangkak melalui jalan masuk yang kecil itu, dan di dalam kegelapan dia mulai berdoa kepada Tuhan untuk menyelamatkannya dari bahaya. Dan pada saat itu pula ia berjanji kepada Tuhan bahwa jika ia selamat, dia akan menyerahkan dirinya dan melayani-Nya seumur hidup!
Sambil berdoa demikian, dia memperhatikan seekor laba-laba yang tiba-tiba muncul dan mulai membuat jaringnya pas di jalan masuk gua itu! Sambil memandangnya, si pemuda itu berpikir, Ya ampun, aku meminta Tuhan untuk pertolongan dan keselamatan tapi Tuhan mengirim seekor laba-laba! Bagaimana seekor laba-laba dapat menyelamatkan aku?
Makin dekat musuh yang mengejarnya, makin takutlah dia. Di dalam gua yang gelap itu, dia bisa mendengarkan debar jantungnya sendiri sambil salah satu tentara berdiri pas di depan gua itu dan mengintip ke dalam. Dia menyiapkan dirinya untuk apapun yang dapat terjadi jika tentara itu mencoba masuk ke dalam. Namun begitu kaget dia pada saat musuh itu mundur dari jalan masuk gua itu dan berteriak ke arah kawan-kawannya, ”Tidak mungkin ada orang di dalam gua ini. Sini ada jaring laba-laba yang masih utuh... jika tadi ada orang yang masuk seharusnya ini langsung hancur! Ayo, jalan terus!”


Setelah beberapa tahun kemudian, pemuda itu memenuhi janjinya untuk menyerahkan dirinya dalam pelayanan dan memberitakan firman  Tuhan. Dia selalu bersemangat memberi kesaksian tentang bagaimana dia mengalami keselamatan secara istimewa. Barangkali tidak jauh dari pengalaman Simon Petrus dan kawan-kawan pada saat perahu mereka diombang-ambingkan gelombang, karena angin sakal! Datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air. Suatu tanda bahwa Dia menguasai alam semesta... bahwa tidak ada yang mustahil bagi-Nya... dan bahwa di saat yang paling kita butuh uluran tangan-Nya, pasti Dia hadir menguatkan dan meneguhkan kita,
“Tenanglah! Aku ini, jangan takut!”