Senin, 05 September 2011

DOA YANG BERKUASA

Saya pernah mengalami kesulitan nafas. Sesudah terserang batuk agak lama, lalu saya mengalami sesak nafas karena alergi. Selain sangat menyiksa, juga pengalaman sewaktu nafas saya menjadi sesak, pendek dan terengah-engah itu menimbulkan rasa ngeri. Sekaligus saat itu saya menyadari betapa berharganya hidup sehat yang dapat bernafas tanpa masalah.
Berdoa sering diumpamakan sebagai bernafas secara rohani. Jika kita benar-benar menerima gambaran itu, tentu kita akan menghargai betapa besarnya anugerah yang telah Allah berikan kepada umat-Nya dengan memberikan hak istimewa untuk boleh berdoa kepada-Nya. Dan, betapa besar resiko yang kita datangkan kepada hidup apabila kita mengabaikan doa dalam kehidupan kita.
Mengapa kehidupan doa kita (komunikasi kita dengan Tuhan) tersendat – senin-kamis – tidak intim pada segala waktu? Karena menurut Alkitab relasi itu tidak lagi harmonis. Kejatuhan seluruh umat manusia ke dalam dosa pada intinya adalah memilih untuk tidak berhubungan dengan Allah. Tidak heran apabila kita tidak menghasrati doa sebab pada intinya kita tidak memiliki hasrat yang murni akan Allah. Syukurlah bahwa Allah tetap berhasrat untuk bersekutu dengan ciptaan-Nya ini. Itu sebab Ia mendirikan perjanjian dengan Abraham yang pada puncaknya menghasilkan pendamaian antara diri-Nya dengan umat-Nya di dalam Yesus Kristus. Dengan pendamaian yang Yesus Kristus hasilkan, pulihlah relasi kita dengan Allah, terbit pula hasrat kuat kita akan Allah – kesadaran dan kerinduan untuk berdoa yang melaluinya kita menumbuhkan relasi kasih kita dengan Allah.
Pengertian doa yang seperti inilah yang kita jumpai dalam berbagai kisah nyata kehidupan doa para tokoh Alkitab. Pada orang seperti Abraham, Musa, Samuel, Daud, Hizkia, Yeremia, Daniel, Yesus, para rasul, Paulus, doa bukan soal cara, aturan, formula, tetapi komunikasi yang sangat menentukan vitalitas kehidupan dan karya mereka. Itu sebabnya bukan kebiasaan berdoa  tetapi keintiman hubungan dengan Allah yang membuat mereka memiliki daya doa yang memenuhi seluruh kehidupan dan karya mereka sepanjang hidup. Tidak heran apabila doa bukan sesuatu yang menjadi beban bagi mereka melainkan merupakan suatu kesukaan. Juga, apabila mereka begitu dalam merasakan kebutuhan untuk berdoa dan untuk didoakan.
Doa kita hendaknya mencirikan bahwa seluruh hidup kita adalah dari-oleh-untuk Allah saja!