Kamis, 03 November 2011

KALIMANTAN BERSERI


KALIMANTAN BERSERI
Seorang hamba Tuhan yang melayani di Kalimantan yang mendapat support dari KDP, Mulyana, 32th (bukan nama sebenarnya) menceritakan  tantangan yang dihadapinya dalam pelayanan.
“Saya merintis pelayanan ini sejak Januari 2000 dan sejak saat itu pula banyak tantangan yang saya hadapi. Pada  bulan Agustus 2004, beberapa orang yang tidak suka terhadap perkembangan kekristenan melakukan tindakan pelecehan dengan cara membakar Alkitab di  tengah-tengah lapangan bola. Pihak berwajib yang menyelidiki kejadian itu hingga kini tidak bisa memutuskan tindakan apa yang harus diambil.
Pada bulan Januari 2005, pintu rumah pastori dimana kami tinggal dihancurkan oleh orang tak dikenal pada tengah malam. Kejadian itu membuat istri dan anak-anak saya trauma.
Saya berteman baik dengan seorang bendahara sebuah ‘tempat ibadah agama lain’ bernama Sulaiman. Kami juga bekerja sama di ladang. Suatu hari pada bulan Februari 2005 Sulaiman menderita sakit yang menyebabkannya lumpuh.
Sebagai seorang teman baik saya menawarkan untuk berdoa baginya. Sulaiman menyambut tawaran saya dengan hangat dan penuh harap. Saya mengajak 7 orang rekan untuk bersama-sama mendoakannya. Di rumah itu kebetulan hadir pula pengurus ‘tempat ibadah agama lain’ saat kami mendoakan Sulaiman. Berangsur-angsur kesehatan Sulaiman membaik.
Berita tentang saya mendoakan Sulaiman tersebar di pasar. Ketika saya sedang membeli ayam potong, sang penjual melontarkan pertanyaan, apakah Sulaiman telah menjadi Kristen? Saya menjawab bahwa tidaklah mudah untuk bisa memperoleh keselamatan Surgawi, ada harga yang sangat mahal, tetapi Kristus telah membayarnya dengan lunas dengan darahNya diatas kayu salib bagi yang mau percaya kepadaNya.

Sang penjual ayam tidak suka dengan jawaban saya dan menjadi marah. Ia mengacungkan parangnya ke wajah saya sambil mengancam akan membunuh. Ketiga teman sang penjual ayam itu ikut-ikutan mengacungkan parang ke wajah saya. Situasi menjadi ricuh. Orang-orang suku setempat hendak memberikan perlawanan terhadap mereka yang mengancam saya dan ini bisa mengakibatkan sebuah konflik besar.
Salah satu jemaat saya berlari kencang memanggil pemuka adat guna melerai kedua pihak yang bersitegang. Kami mengakhiri situasi itu dengan menuruti permintaan pihak ‘agama lain’ bahwa kekristenan tidak boleh masuk di daerah Pasar Hilir, kecuali Pasar Hulu.
Namun demikian, Sulaiman justru menyerahkan hidupnya kepada Kristus dengan penuh keikhlasan.
Hal ini tidak berarti tantangan berlalu begitu saja. Pada bulan April 2008 yang lalu, saat kami melakukan kegiatan ibadah, seseorang memadamkan lampu dan kemudian berlari. Seseorang jemaat mengejarnya dan terjadilah pergulatan, ternyata sang pelaku ini adalah suruhan pemuka ‘agama lain’.
Saya tahu masih akan ada banyak tantangan besar yang akan saya hadapi tetapi saya tidak gentar, sebab saya tahu bahwa tantangan besar bearti kemenangan besar. Saya akan terus melakukan pelayanan hingga Tuhan menjamah mereka.
Doakan terus pelayanan kami.”“Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami” 2 Kor 4:17