Kamis, 03 November 2011

AKU MEMILIH YESUS


PAUL – AKU MEMILIH YESUS
Paul adalah cucu seorang raja dan anak seorang pria berpengaruh di kotanya. Ia dilahirkan dengan nama Sali Umar. Tetapi ketika ia memilih mengikuti Kristus, ia mengganti namanya menjadi Paul, suatu tanda kearah yang baru dalam hidupnya. Pilihannya dibayar dengan sebuah harga.
“Kakekku dulunya adalah seorang raja di kota ini,” kata Paul kepada kontak KDP yang mengunjungi kotanya di tengah Nigeria. “Ayahku adalah seorang pemimpin ‘agama lain’. Ia telah membawa sebagian besar para pemuja berhala di kota ini menjadi ‘agama lain’. Saya dilahirkan dan dibesarkan sebagai ‘agama lain’. Dulunya terkadang aku memimpin mereka dalam sembahyang.
 Nabi Yang Bernama Yesus
Paul adalah seorang ‘agama lain’ yang taat. Ia berusaha mempelajari semua yang ia dapat mengenai agamanya. Dan terkadang ia menonton video-video keagamaan juga. Suatu hari ia pergi untuk mendapatkan sebuah kaset video mengenai nabi besar ‘agama lain’.

Ketika ia sampai ke toko video, video yang ia cari sedang habis. Tetapi toko ini menjual Film Yesus. Paul tahu mengenai Yesus karena kitab agamanya menyebut Yesus (Isa) sebagai nabi. Jadi ia memilih film itu. Ia juga akhirnya menemukan video yang ia cari mengenai nabi besar di toko yang lain dan ia pulang dengan membeli dua buah kaset video.
Paul mengundang sahabat-sahabatnya untuk menonton bersama video itu, pertama film Yesus, dan lalu dilanjutkan film satunya mengenai nabi besar. Sahabat-sahabat – yang ‘agama lain’ – mengatakan kepadanya mereka tidak seharusnya menonton video Film Yesus karena Yesus adalah orang Kristen.
“Bahkan kalaupun ia adalah Kristen,” kata Paul kepada sahabatnya, “Yesus ini adalah seorang nabi dalam agama kita. Dan kita harus melihat apa yang sudah ia lakukan. Jika ada kesalahan (di dalam video tersebut) maka kita dapat mengoreksi.” Ia memutar video itu dan mereka mulai menonton kisah Yesus.
Memilih Yesus
Kelompok tersebut tertarik oleh kisah, pengajaran agung, mukjizat-mukjizat dan oleh cinta kasih mulia yang Yesus tunjukkan.
“Ketika mereka menyalibkan Yesus, kami semua meneteskan air mata,” ingat Paul. “Ketika Yesus dibangkitkan (dari kematian) …. Kami semua berteriak YEAH!”
Lalu waktunya video mengenai nabi besar. Kisahnya mengenai Perang Badar, suatu kemenangan yang mengukuhkan dominasi ‘agama lain’ di dunia Arab. Film itu menggambarkan seorang pria di atas kudanya, mengayunkan sebuah pedang.
“Sebelum kami mengerti apa yang sedang terjadi, kami mulai menonton pembunuhan terhadap orang-orang,” kata Paul. “Jadi aku bertanya kepada mereka, “Inikah teladan bagi kita? Kenapa berbeda?” Tidak menyembuhkan siapapun tapi membunuh orang-orang.

“Isa ini lebih baik,” kata Paul.
“Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat”
Paul dan sahabat-sahabatnya sepakat hari itu untuk mengikut Yesus. Mereka bertemu keesokan pagi, hari Minggu untuk pergi ke suatu gereja dan menyatakan iman baru mereka. Di perjalanan seorang pria bertanya kemana mereka akan pergi. Dua dari mereka menyangkal bahwa mereka akan pergi ke gereja dan berhenti melanjutkan perjalanan.
Di pintu pagar gereja, dua lagi dari mereka memutuskan mereka tidak mau membayar harga meninggalkan agama mereka, jadi mereka pergi.
Paul dan beberapa sahabatnya yang tersisa memasuki gereja. Orang-orang Kristen tidak yakin apa yang diharapkan darinya, putra seorang pemimpin ‘agama lain’ dan mantan guru agama. Apakah ia datang untuk mencari masalah? Apakah ia datang untuk menyerang orang Kristen? Ketika ia diminta untuk menjelaskan kedatangannya, Paul menjawab dengan suara keras, “Haleluya! Sekarang aku mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat!”
Hari itu penganiayaan dimulai. Orang-orang ‘agama lain’ berkumpul di luar gedung gereja dan mulai melemparkan batu ke gereja. Paul harus bersembunyi di rumah sang pendeta, sama seperti Paulus dalam Perjanjian Baru yang harus bersembunyi dari mereka yang mengincar nyawanya. Sebelum Paul kembali ke rumah hari tiu, istrinya yang ‘agama lain’ telah mengambil semua barang yang ada di rumahnya – termasuk putra mereka – dan pergi meninggalkannya.
“Aku Akan Mati Hari Ini”
Paul ditahan dan dibawa ke hadapan Emir, pemimpin tinggi dalaam tingkatan ‘agama lain’. Ia ingat saat itu terlintas dalam pikirannya, “Aku akan mati hari ini.” Tetapi ia juga berpikir; ia bersama Kristus.
Ketika sang Emir bertanya apakah benar bahwa ia telah menjadi Kristen, Paul berkata, “Yang mulia, mari kita berdoa.” Lalu ia menundukkan kepalanya dan mulai berdoa. Salah seorang penjaga ingin memukulnya saat itu, tetapi sang Emir mengibaskan tangannya. Terkesan dengan keberaniaan dan pendirian Paul ia mengijinkan Paul pergi, nyawanya diampuni. Tetapi keluarganya tidak kembali.
Sekarang sudah hampir 9 tahun sejak hari itu dan Paul tidak pernah lagi melihat istri dan putranya. Ia mendengar bahwa istrinya dinikahi putra sang Emir dan sekarang putranya dididik oleh seorang garis keras.
Paul bersekolah di sekolah Alkitab dan hari ini ia adalah seorang pendeta dan penginjil, membawa orang-orang kepada keselamatan kekal di didalam Kristus. Masih ada ancaman-ancaman dan sewaktu-waktu ia bisa dibunuh, tetapi ia tidak gentar, ia tahu bahwa ia tidak boleh melawan tapi mengasihi.
Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah.”
Kata orang itu kepadaNya: “Perintah yang mana?”
Kata Yesus: “Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengurangi hak orang, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. “ Mat 19:18-19