Rabu, 23 November 2011

PERSEMBAHAN DIPENJARA - ARTIKEL


PERSEMBAHAN DI PENJARA
Selagi dicobai dengan berat dalam berbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. 2 Korintus 8:2
Richard Wumbrand, penulis Tortured for Christ (Teraniaya bagi Kristus), menuturkan, selama di penjara Rumania pada masa komunis, orang-orang percaya tetap memberikan persembahan. “Ketika kami diberi jatah sepotong roti setiap minggu dan semangkuk sup kotor setiap hari, kami memutuskan untuk tetap setia memberikan persembahan dari jatah kami tersebut. Setiap minggu kesepuluh, kami mengambil roti kami dan memberikannya kepada saudara-saudara yang lebih lemah keadaannya. Itulah persembahan kami kepada Tuhan.”
Kesaksian Wumbrand selaras dengan teladan orang-orang percaya di Makedonia. Dalam perjalanan misi ketiganya, Paulus mengumpulkan bantuan dana untuk orang-orang percaya yang miskin di Yerusalem. Jemaat-jemaat di Makedonia, Filipi, Tesalonika, dan Berea, turut memberikan sumbangan, meskipun mereka sendiri sebenarnya dalam keadaan miskin. Namun mereka memberi dengan penuh pengorbanan, lebih dari yang diharapkan Paulus. Dan pemberian mereka itu sangat menggugah, sehingga Paulus mendorong jemaat-jemaat lain agar meneladani sikap mereka.
Keterbatasan finansial acap menahan kita untuk bermurah hati. Kita mungkin berpikir, apa artinya pemberian kita, toh hanya sedikit? Ukuran kedermawanan kita bukanlah jumlah pemberian kita. Seperti jemaat-jemaat di Makedonia, kita semestinya memberi dengan sikap yang benar: berdasarkan dedikasi kita kepada Tuhan, kasih kita kepada saudara
seiman, dan sukacita kita dalam menolong sesama yang memerlukan bantuan. Dilandasi sikap semacam itu, keadaan sulit tidak akan menjadikan kita pelit.
KESULITAN FINANSIAL DAPAT MENYUSUTKAN REKENING KITA TETAPI SEMOGA TIDAK MENYUSUTKAN KEDERMAWANAN KITA, 2 kor 8: 1-9