Kamis, 03 November 2011

PAKISTAN DILAWAT TUHAN


PAKISTAN DILAWAT TUHAN

Pendeta Robert,” memimpin sebuah gereja yang beranggotakan 80 jemaat di Pakistan. Ia telah menjadi pendeta selama 18 tahun dan mempunyai jemaat yang berlatar belakang ‘agama lain’. Suatu hari, di awal tahun, sang pendeta memeriksa kotak suratnya. Di dalamnya ia menemukan surat yang bertuliskan tangan yang ditujukan kepadanya. Surat itu sepertinya sebuah surat pribadi tetapi lebih kepada pertanda buruk.
“Bapak Robert,” tulis surat itu.
“Ingatlah kami sedang mengawasimu dan kegiatanmu. Kami mendapat informasi bahwa kamu membujuk saudara ‘seiman’ kami untuk menjadi Kristen. Hati-hati. Jika kamu tidak mau berhenti maka kami akan membunuhmu dan semua keluargamu. Kami akan membunuh seluruh anggota keluargamu yang terkecil dan yang tertua sehingga orang-orang dapat menarik pelajaran …”
Inilah apa yang akan terjadi ketika seorang pendeta Kristen menjangkau orang-orang dengan firman Kristus di daerah yang adalah sebuah benteng Taliban. Itu bukanlah surat pertama yang sang pendeta terima dari kelompok radikal ‘agama lain’ yang menjadikannya target kematian. Nyatanya, ia menerima surat yang lainnya tahun lalu. Apa yang ia lakukan?
“Aku mengabaikannya,” kata pendeta Robert, yang mempunyai 5 orang anak.
Pendeta ini adalah pengkhotbah yang berapi-api yang mempunyai hati melayani komunitas lokal. Pendeta ini tinggal di sebuah rumah batu bata yang berkamar satu di sebuah daerah yang dikelilingi oleh orang-orang ‘agama lain’. Gerejanya, yang beranggotakan lusinan keluarga, semuanya berdikari. Gereja membuka beberapa pelayanan bagi komunitas setempat, termasuk sebuah ibadah kaum ibu, sekolah Minggu dan pelayanan penjara.
“Ketika saya mengunjungi penjara-penjara, Tuhan membukakan kesempatan kepadaku untuk membagikan Injil bagi para narapidana setempat demikian juga narapidana asing,” kata pendeta Robert.
“Saya bersyukur pada Tuhan bahwa banyak dari narapidana yang dijatuhi hukuman mati bertobat dari dosa-dosa mereka dan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi mereka.”
Ditarik oleh terang Kristus dari dalam dunia kegelapan, ada orang-orang ‘agama lain’ yang mencari-cari pendeta Robert karena mereka ingin menjadi orang percaya. Ia telah membagikan kesaksian tentang Kristus pada sekelompok orang di daerah itu dan ini membuatnya menjadi sasaran oleh orang-orang garis keras.
Mereka bahkan mencoba untuk memfitnahnya. Jebakan dibuat selama perayaan hari besar ‘agama lain’. Pendeta Robert saat itu sedang menghadiri sebuah persekutuan doa bersama istrinya selama peerayaan berlangsung. Dalam perjalanan pulang, ia melewati beberapa orang ‘agama lain’ yang sedang merayakan hari besar mereka dekat rumahnya. Disitulah ketika ia melihat sebuah kantung-kantung plastik.
“Ketika istriku dan aku melihat isi kantung itu kami sangat terkejut, katanya.
Kami sangat terkejut karena kantung tersbut penuh dengan robekan-robekan kecil kitab ‘agama lain’.
Pemusnahan kitab ‘agama lain’ secara hukum dapat dijatuhi hukuman mati. Seseorang ingin orang-orang ‘agama lain’ di daerah ini menemukan kantung itu die depan rumah pendeta Robert dan agar pemimpin gereja disalahkan.

“Jika saja ada orang ‘agam lain’ melihat kantung itu kami akan dibunuh hari itu juga,” katanya.
Walaupun pendeta Robert telah beberapa kali diancam oleh orang-orang garis keras ia  tetap menolong orang-orang menemukan Kristus. Kami mendukung pendeta dan lainnya dengan menyediakan buku-buku Kristen dan peralatan yang mereka butuhkan untuk menjangkau mereka yang mencari-cari Tuhan yang sebenarnya. Kami akan membantu pendeta Robert dengan memindahkannya ke suatu daerah yang lebih aman dimana ia bisa terus melanjutkan pelayanannya untuk Tuhan.