Rabu, 17 Agustus 2011

ANGGUR YANG BARU - ARTIKEL



Suatu hari di suatu desa hiduplah seorang pria tua yang kaya yang mempunyai 3 orang anak angkat yang diasuhnya sejak mereka kecil. Pria tua itu sangat mengasihi anak2nya, ia selalu mendengarkan dan memberikan apa yang menjadi keinginan anak2nya jika itu baik bagi mereka. Ketika anak2nya sudah mulai beranjak dewasa, maka satu hari datanglah ke 3 anaknya itu dan mereka hendak meminta izin kepada sang pria yang mereka panggil ayah, untuk pergi mengembara dan mengusahakan hidup mereka masing-masing. Karena sang ayah sangat mengasihi mereka, maka ia pun mengabulkan apa yang diminta oleh ke 3 anaknya. Ia mengizinkan ke 3nya pergi dan ia juga menyiapkan bekal untuk ketiga anaknya tersebut.
Keesokan hari ketika tiba hari keberangkatan ketiga anaknya, sang ayah hanya berpesan agar mereka berhati-hati dalam perjalanan dan meminta mereka untuk pulang pada hari yang sama 3 tahun yang akan datang, yaitu pada hari pertama tahun baru. Sebelum ketiganya berangkat, sang ayah pun meminta satu (1) hal kepada mereka, yaitu agar mereka membawakannya masing-masing sebuah gelas yang baik untuknya ketika mereka pulang nanti. Maka setelah mendengarkan pesan dan permintaan ayahnya, ketiganya pun berangkat dan pergi ke tempat perantauan mereka yang berbeda-beda.
Suatu hari menjelang akhir tahun, ketiga anaknya pun teringat akan permintaan ayah mereka yang meminta mereka membawakan sebuah gelas untuknya ketika mereka pulang nantinya. Ketiga anaknya yang sudah menjadi orang yang kaya itu pun masing-masing mulai mencari sebuah gelas untuk diberikan kepada ayahnya sebelum mereka pulang.
Ketika sedang berjalan-jalan ;
·        anak yang pertama sengaja pergi ke sebuah toko barang antik untuk membeli sebuah gelas mahal bagi ayahnya. Ia membeli sebuah gelas yang antik, karena gelas itu sudah lama umurnya maka gelas itu pun sudah mulai retak. Namun, katanya dalam hati, pasti ayah akan lebih menyukai gelas yang kuberikan karena gelas ini adalah gelas yang antik dan lagipula mahal harganya.
·       Begitu pula dengan anak yang kedua, ia segera menyuruh pengrajin membuatkannya sebuah gelas yang indah untuk ayahnya. Gelas yang dipesannya pun selesai dan ia sangat senang dengan keindahan gelas tersebut, bahkan ia memajangkannya sebagai penghias di rumahnya. Orang-orang yang datang ke rumahnya selalu memuji keindahan gelas yang dimilikinya tersebut dan ia mengatakan bahwa ia akan memberikannya kepada ayahnya nantinya.
·       Lalu anak yang ketiga, sehari sebelum pulang ia juga teringat akan permintaan ayahnya akan sebuah gelas, ia pun mengambil sebuah gelas yang memang sudah ada di lemari di dapurnya. Gelas itu hanyalah gelas biasa tetapi masih baru karena belum pernah digunakannya, ia pun membersihkan gelas tersebut dan keesokannya ia pun pulang ke rumah ayahnya bersama-sama kedua saudaranya.
Ketiganya pun berangkat masing-masing dari kota tempat mereka merantau ke desa tempat dulu mereka tinggal bersama ayahnya. Sang ayah yang sudah menunggu kedatangan anak-anaknya pun sudah menyiapkan anggur yang terbaik untuk anak-anaknya, yaitu anggur yang ia tanam dan olah sendiri. Ketika menjelang malam hari pada hari pertama tahun baru itu juga, ketiga anaknya pun tiba bersamaan di rumah dan ayahnya segera mengajak mereka untuk makan dan minum bersama. Ketiganya begitu haus dan melihat itu, sang ayah pun pergi ke dapur untuk mengambil anggur yang telah disimpannya untuk diberikan kepada anak-anaknya. Sambil menunggu ayahnya datang membawa anggur untuk mereka, ketiganya pun mengeluarkan hadiah yang telah mereka bawa yaitu berupa gelas yang akan diberikan kepada ayahnya. Di meja makan tersebut, sang ayah sengaja tidak menyiapkan gelas-gelas untuk mereka karena ia ingat betul bahwa ia telah memesan anak-anaknya tersebut untuk membawakannya sebuah gelas yang baik untuknya sebelum mereka pergi beberapa tahun lalu.
Ketika melihat gelas-gelas yang dibawa sudah diletakkan di atas meja, sang ayah pun mulai menuangkan anggurnya ke dalam gelas-gelas tersebut. Ketiga anaknya sangat terkejut, karena mereka tidak mengira ayahnya akan menuangkan anggur tersebut ke dalam gelas yang mereka bawa.
·       Gelas yang pertama dituangi anggur yaitu gelas antik yang mahal yang dibawa anak yang pertama ternyata bocor karena retakan-retakan yang ada pada gelas tersebut. Hal ini membuat anak yang pertama begitu kecewa karena belum sempat ia meminum anggurnya, anggur itu sudah tumpah. Melihat anggurnya tumpah, ayahnya hanya memandang pada anaknya dan gelasnya itu sambil mengerutkan dahi.
·       Lalu mulailah sang ayah menuangkan anggur ke gelas yang kedua, yaitu gelas indah buatan pengrajin yang pernah dijadikan hiasan di ruangan rumah dan yang menjadi kebanggaan oleh anaknya yang kedua. Ketika sang ayah selesai menuangkan anggurnya, anak tersebut tidak berani meminumnya karena ternyata gelas tersebut meskipun terlihat begitu indah dari luar, tetapi di dalamnya begitu kotor karena debu sehingga anggur yang dituangkan ayahnya tercampur dengan debu. Dengan kecewa, anggur tersebut pun terpaksa dibuang oleh anaknya yang kedua itu. Melihat anggurnya dibuang, sang ayah hanya mengerutkan dahi sambil memandang pada anaknya dan gelasnya yang kotor itu.
·       Dan gelas ketiga, yaitu gelas terakhir yang dibawa oleh anak ketiga yang baru dan sudah ia bersihkan sebelum ia datang, maka ketika ayahnya menuangkan anggur ke dalam gelasnya, anak itu pun segera meminum anggur tersebut dan ia pun tidak haus lagi. Lalu melihat kedua saudaranya yang kehausan, anaknya yang bungsu itu pun membagikan anggurnya kepada kedua saudaranya karena ia melihat mereka belum minum dan begitu kehausan. Melihat hal tersebut, sang ayah hanya tersenyum padanya.
Cerita di atas sebenarnya mengajarkan kita tentang hal penting apa yang perlu kita bawa ketika kita hendak datang kepada Tuhan. Hanya dengan gelas yang baik, yaitu gelas yang utuh dan bersih lah yang mampu menampung anggur yang baik sehingga orang yang membawa gelas tersebut dapat dipuaskan rasa hausnya. Dan hanya orang yang dengan hati yang benar lah, yaitu hati yang dibawa secara utuh dan dijaga kekudusannya yang mampu menampung dan dipuaskan firman Tuhan sehingga orang tersebut tidak lagi mengatakan bahwa ia merasa kering hatinya, kering hubungannya dengan Tuhan, dan ia tidak pernah terpuaskan meskipun ia membaca firmanNya dan berdoa padaNya setiap hari.
Jika Anda mengalami cerita diatas, yang  perlu Anda ketahui dan sadari adalah :
“Tuhan tidak pernah gagal dalam memuaskan hati orang-orang yang haus akanNya, tetapi orang-orang yang merasa bahwa ia tetap kering hatinya, haus hatinya, dan tidak pernah berubah hidupnya adalah orang yang telah membuat kekecewaannya sendiri karena ia datang dengan membawa hati yang gagal, yaitu hati yang menyiapkan kegagalannya sendiri, sama seperti gelas-gelas yang gagal menerima anggur dengan baik.”
Anak pertama gagal meminum anggurnya dengan menggunakan gelas yang bocor dan retak, meskipun gelas tersebut mahal dan sekalipun ia antik. Begitu pula dengan kita, firman (anggur yang diberikan Tuhan ) yang kita baca menjadi sia-sia jika kita tidak pernah menyiapkan hati yang utuh untuk menerima firman tersebut. Ya, anggur yang disiapkankan dan diberikannNya menjadi sia-sia jika kita setiap hari datang kepadaNya tetapi tidak dengan sepenuh hati.
Begitu juga dengan anak yang kedua, ia pun gagal meminum anggurnya karena gelas yang ia siapkan begitu kotor di dalamnya meskipun di luarnya terlihat indah. Seringkali kita terlihat hebat diluar, tetapi di dalam diri kita sebenarnya menampakkan hal yang berbeda, yang begitu kontras dengan apa yang terlihat dari luar diri kita. Kita ingin terlihat baik, tetapi kita tidak mau membersihkan dan dibersihkan dari dalam. Jika kita datang kepada Tuhan dengan hati seperti itu, maka sama seperti anggur yang dituangkan ke gelas kedua yang akhirnya dibuang karena tidak layak diminum, begitu pula hati kita akan kembali haus dan kering karena kita sebenarnya tidak pernah meminum anggur dari Tuhan. Kita lah yang tidak menyiapkan hati yang bersih, hati yang terbaik sehingga kita yang membuat kegagalan, dan sebenanya bukan firman Tuhan yang gagal.
Datanglah kepada Tuhan dengan hati yang utuh dan bersih, maka ketika Ia menuangkan firmanNya, maka kita dapat meminumnya dan dipuaskan. Hidup kita akan benar-benar penuh dengan kepuasan karena berkat firmanNya sehingga kita pun boleh memberkati orang lain sama seperti anak bungsu yang memberkati kedua saudaranya dengan anggur yang ia bagikan kepada saudara-saudaranya itu.
Jika kita datang dengan hati yang siap diberkati, maka kita akan diberkati dan memberkati.
Matius 23 : 25-26  Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan.
Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih