Senin, 29 Agustus 2011

KESAKSIAN DI HARI NATAL


Saat itu adalah hari natal - anak ketiga baru lahir dan  saya akan merayakan hari natal;  tanpa ayah mereka,  yang meninggal  beberapa bulan sebelumnya. Sekarang 2 kakaknya sakit parah karena flu, dimana yang tertua harus istirahat di tempat tidur selama satu minggu.
Hari sangat dingin, cuaca di luar kelabu, dan hujan gerimis turun. Saya sangat letih karena sibuk merawat anak-anak: memeriksa panas tubuh, memberikan mereka jus dan mengganti pempers. Sementara itu susu untuk mereka juga mulai habis. Ketika saya memeriksa dompet, hanya tersisa Rp 25.000m- dan hanya itu uang yg miliki sampai akhir bulan nanti.
Saat sedang kebingungan, telpon berbunyi.
Telpon itu dari bendahara gereja. Dia berkata bahwa mereka sangat prihatin dengan musibah yang saya hadapi dan ada bantuan dari gereja untuk saya. Saya berkata bahwa saya akan pergi membeli susu dan sayur untuk anak-anak, dan akan mampir ke gereja dalam perjalanan ke supermarket.
Saya sampai di gereja sebelum makan siang. Ibu bendahara telah menunggu saya di pintu gereja dan mengulurkan sebuah amplop. "Kami selalu memikirkan ibu dan anak-anak," dia meneruskan, "Ibu selalu ada dalam hati dan doa kami. Kami mengasihi ibu." Saat saya membuka amplop, di dalamnya ada dua voucer belanja dari gereja, masing-masing senilai Rp.100.000,- Saya sangat terharu, dan mulai menangis tersedu-sedu.
"Terima kasih banyak," saya berkata sambil memeluk ibu bendahara "Tolong sampaikan terima kasih kami kepada semua jemaat." Saya segera memacu mobil ke toko dekat rumah dan membeli semua kebutuhan untuk merawat anak-anak.
Di kasir, barang-barang dihitung seharga Rp.140.000,- dan saya memberikan voucer belanja dari gereja kepada wanita yang bertugas. Setelah menerima voucer itu, dia membalikkan badannya cukup lama. Saya berpikir mungkin ada yang salah dengan voucer itu.
Saya bersaksi tentang kasih Tuhan "Voucer belanja dari gereja ini benar2 merupakan sebuah anugerah”.
Wanita kasir menjawab “Saya juga pernah menerimanya dari gereja, ketika saya menjadi orang tua tunggal dan harus memenuhi semua kebutuhan keluarga seorang diri."
Wanita petugas di kasir itu berbalik, dan terlihat air mata mengalir di matanya, Dia bertanya lagi, "Apakah kamu punya makanan atau kue-kue untuk merayakan natal? "
Saya menjawab, "Tidak bu."
"Sekarang saya akan menceritakan sesuatu. Pagi ini saya berdoa supaya hari ini saya bisa menolong seseorang, dan sekarang kamu berdiri di depan saya." Dia mengambil dompetnya dan mengambil uang senilai Rp. 200.000,- Ambillah dan belilah ayam, kue2, permen dan minuman ringan untuk anak-anak."
Wanita penjaga kasir yang baik itu kemudian berkata, "Saya orang Kristen. Ini nomer telpon saya yang bisa dihubungi jika kamu membutuhkan bantuan apa pun." Dia mencium pipi saya dan berkata, "Tuhan memberkatimu, sayang."
Ketika berjalan ke mobil, saya sangat bersyukur karena kasih orang asing itu. Saya menyadari bahwa itu semua adalah cinta Tuhan kepada keluarga saya, yang dinyatakan melalui wanita penjaga kasir dan ibu bendahara gereja..
Walaupun masih menderita flu, anak-anak merayakan natal penuh sukacita. Keadaan mereka semakin membaik, dan kami semua menikmati semua makanan yang merupakan hadiah yang diberikan oleh Tuhan - dan kasih dari orang-orang di sekitar kami. Hati kami benar-benar penuh dengan ucapan syukur.
Mat 10:8 Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma
Comments