Jumat, 19 Agustus 2011

PERAN BAPAK DALAM KELUARGA



Sebagai orang timur, kita tidak terlalu mengenal tradisi pesta ‘hari bapak, atau Father’s Day’ seperti halnya di negera barat lainnya.
Namun demikian figur seorang bapak dalam kehidupan keluarga tetap dipandang
sangat penting. Kehadiran dan peranannya sebagai kepala keluarga sangat menentukan jalannya kehidupan keluarga itu sendiri. Dalam suatu penyelidikan di Amerika menyimpulkan bahwa ketidak-hadiran bapak dalam keluarga membawa akibat yang sangat fatal bagi perkembangan hidup anak-anaknya, tidak ada bedanya dengan peranan seorang ibu dalam keluarga.
Pengaruh negatif terhadap anak-anaknya sangat kuat, terutama anak laki-laki. Dalam penyeledikan itu
diketahui bahwa ketidak hadiran seorang bapak membuat anak laki-laki menjadi peka-perasa, pemarah dan mudah frustasi. Bahkan anak cenderung menjadi ‘introvert’dan pembuat masalah.
Kehadiran fisik seorang bapak dialami sebagai kehadiran yang melindungi. Anak-anak laki-laki sering merasakan dan mengalami kehadiran seorang bapak sebagai seorang pahlawan atau ‘hero’ dan pemimpin dan Mereka bahkan menerimanya sebagai model dan idola kehidupan mereka. Bagi anak-anak bapak adalah figur yang menantang, dan bantuannya mampu menyelesaikan segala masalah dan kesulitan yang dihadapi anak-anak. Mereka begitu percaya dan bangga akan bapaknya. Kehadiran bapak dalam kehidupan mereka sungguh mempunyai pengaruh
dalam hidup yang luar biasa. Anak-anak akan bertindak dan bertingkah laku berdasar pada contoh dan teladan yang diberikan kepada orang tuanya.
Bahkan banyak bapak yang tidak mengetahui lagi apa peranannya dalam kehidupan keluarga selain memberikan nafkah kepada anak dan istri. Figur seorang bapak sulit lagi dipakai sebagai model dan teladan. Bapak menjadi figur yang sulit untuk didekati. Bapak semakin lupa peranannya, terutama dalam keterlibatan mendidik dan membimbing anak-anaknya. Selain itu mereka semakin menjadi ‘over-possive’ dalam segala hal dan cenderung egois atau mementingkan kepentingan diri sendiri. Dan yang lebih memprihatinkan lagi adalah bahwa mereka tidak lagi perduli dengan pendidikan iman anak-anak mereka. Dan selalu merasa diri paling sibuk dengan berbagai kerjaan dan kegiatan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan keluarga. Mereka menjadi sangat jarang berkumpul dengan anak-anak, apalagi memberikan waktu dan perhatian khusus kepada mereka.
Mengembalikan peranan bapak dalam kehidupan keluarga, sebagai seorang beriman kita bisa melihat kembali peranan Yusuf dalam kehidupan keluarga kudus. Hal ini bisa memberikan inspirasi baru. Sebagai orang beriman kita mengakui bahwa Yusuf
adalah teladan bagi para bapak. Kitab Suci secara singkat memberikan gambaran peranannya terhadap keluarga kudus di Nasareth.
Dikatakan bahwa Joseph adalah seorang yang ‘beriman teguh dan taat’ Mat 1:19. Hal ini berarti
bahwa ia menghayati hidupnya secara penuh sesuai dengan kehendak Allah. Selain itu dia juga adalah orang yang begitu bertanggung jawab terhadap kehidupan Jesus  Luk 2;52 Salah satu keutamaan Yusuf adalah bahwa dia adalah orang yang pendiam yang bijak, atau man of silence Mat 1: 19
melindungi Maria dari aib sosial, ketika Maria mengandung dari Kudus. Dia adalah seorang yang menampilkan hal yang baru dan menyimpan yang lama dari kekayaan hati dan hidupnya, sebagaimana terungkap dalam perumpamaan injil Mat 13: 46.
Kalau seorang bapak ingin menjadikan Yusuf sebagai
suatu model dan figur dalam menghayati peranannya dalam kehidupan keluarga, pertama-tama dan paling utama adalah bahwa mereka haruslah menjadi seorang yang‘saleh dan beriman’. Mereka sungguh harus menjadi teladan dan contoh iman dari
anak-anak dan keluarga mereka. Mengajar kepada anak-anaknya kebenaran iman yang diyakininya menurut Kitab Suci dan ajaran Gereja. Melalui teladan dan pengajaran iman ini diharapkan bahwa figur kehadiran Allah Bapa dalam diri mereka menjadi semakin nyata dan nampak kepada anak-anaknya. Selain itu tugas mendidikan anak-anak, bukanlah melulu tugas seorang ibu. Tugas mendidik
anak-anak adalah tanggung jawab mereka sebagai orang tua, maka keterlibatan seorang bapak sangat penting dan menentukan.
Satu kebutuhan yang perlu dan mendesak dalam keluarga di abad nuklir ini adalah kehadiran fisik bapak dalam keluarga. Memberi waktu dan perhatian kepada kebutuhan keluarga adalah hal yang sangat essensial. Ini sama perlunya dengan waktu untuk kerja. Tidak ada alasan bagi seorang bapak untuk mengatakan ‘aku sibuk sekali, tidak mempunyai waktu untuk keluarga’. Aku bekerja keras untuk
mereka, dan demi mereka saya sampai lupa waktu. Seringkali dengan alasan semacam ini, seorang bapak berusaha membenarkan dirinya dari kurangnya memberi waktu untuk istri dan anak-anak mereka. Waktu untuk bercengkerama bersama keluarga
adalah mutlak perlu, bila bapak tidak ingin kehilangan keluarga dan anak-anaknya.
Perlu disadari, sekaligus dihindari betapa sering dan mudahnya bapak menampakkan dirinya sebagai ‘boss’ yang harus dilayani oleh semua anggota keluarganya. Bahkan betapa sering kita jumpai bapak yang cenderung menjadi kasar dan galak terhadap anak-anak dan keluarganya. Mereka menghabiskan
waktu dengan hal-hal yang sama sekali tidak bermanfaat di luar rumah mereka. Kalau mereka merasa bahwa kerja sudah menyita seluruh waktunya, semestinya waktunya yang begitu singkat bersama keluarga itu digunakan seefisien mungkin.
Akhirnya, mengembalikan peranan bapak dalam keluarga, berarti bahwa bapak harus menampakkan diri sebagai ‘terang yang bersinar’ bagi keluarga mereka. Kehadirannya sebagai ‘sinar dan terang’ dalam keluarga akan memberikan arti yang mendalam bagi perkembangan hidup anak dan istrinya.