Sabtu, 06 Agustus 2011

M A R A H ( ARTIKEL )

Pada suatu petang seorang tua bersama anaknya yang baru menamatkan pendidikan tinggi duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan
suasana di sekitar mereka. Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pokok berhampiran. Si ayah lalu menuding jari ke arah gagak sambil bertanya,
"Nak, apakah benda itu?" “Burung gagak", jawab si anak. Si ayah mengangguk-angguk, namun sejurus kemudian sekali lagi mengulangi pertanyaan yang sama.
Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi Lalu menjawab dengan sedikit kuat, "Itu burung gagak ayah!"

Tetapi sejurus kemudian si ayah bertanya lagi soal yang sama. Si anak merasa agak keliru dan sedikit bingung dengan persoalan yang sama diulang-ulang, lalu
menjawab dengan lebih kuat, "BURUNG GAGAK!!" Si ayah terdiam seketika. Namun tidak lama kemudian sekali lagi sang ayah mengajukan pertanyaan Yang serupa hingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada yang kesal kepada si ayah, "Gagaklah ayah.......". Tetapi agak mengejutkan si anak, karena si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanya
soal yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar hilang sabar dan menjadi marah. "Ayah!!! saya tak tahu ayah paham atau tidak. Tapi sudah lima kali ayah
bertanya soal hal tersebut dan saya sudah juga memberikan jawabannya. Apa lagi yang ayah mau saya katakan???? "Itu burung gagak, burung gagak
ayah.....", kata si anak dengan nada yang begitu marah. Si ayah terus bangun menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang kebingungan.

Sesaat kemudian si ayah keluar lagi dengan sesuatu ditangannya. Dia menghulurkan benda itu kepada anaknya yang masih geram dan tertanya-tanya. Diperlihatkannya sebuah Diary lama. "Coba kau baca apa yang pernah ayah
tulis di dalam Diary itu", pinta si ayah. Si anak setuju dan membaca paragraf yang berikut. "Hari ini aku di halaman bersama anakku yang genap berumur lima
tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon berhampiran. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya, "Ayah, apa itu?". Dan aku menjawab, "burung gagak". Walau bagaimana pun, anak ku terus bertanya
soal yang serupa dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sehingga 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi cinta dan sayangnya aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. Aku
berharap hal ini menjadi suatu pendidikan yang berharga." Setelah selesai membaca paragraf tersebut si anak mengangkat muka, memandang wajah si ayah yang kelihatan sayu. Si ayah dengan perlahan bersuara, "Hari ini ayah baru bertanya kepadamu soal yang sama sebanyak lima kali, dan kau telah hilang sabar serta marah."

Kasihi dan hormati orang tuamu selama kamu masih bisa bertemu dan mengasihi mereka