Minggu, 24 Juli 2011

BERPIKIR SEDERHANA ( ARTIKEL )



Terpetik sebuah kisah, seorang pemburu berangkat ke hutan dengan membawa busur
dan tombak Dalam hatinya dia berkhayal mau membawa hasil buruan yang paling besar,
yaitu seekor rusa. Cara berburunya pun tidak pakai anjing pelacak atau jaring penyerat,
tetapi menunggu di balik sebatang pohon yang memang sering dilalui oleh binatang
binatang buruan.

Tidak lama ia menunggu, seekor kelelawar besar kesiangan terbang hinggap di atas
pohon kecil tepat di depan si pemburu. Dengan ayunan parang atau pukulan ganging
tombaknya, kelelawar itu pasti bisa diperolehnya. Tetapi si pemburu berpikir, "untuk
apa  merepotkan diri dengan seekor kelelawar? Apakah artinya dia dibanding dengan
seekor rusa besar yang saya incar?"

Tidak lama berselang, seekor kancil lewat. Kancil itu sempat berhenti di depannya
bahkan menjilat-jilat ujung tombaknya tetapi ia berpikir, "Ah, hanya seekor kancil, nanti
malah tidak ada yang makan, sia-sia." Agak lama pemburu menunggu. Tiba-tiba
terdengar langkah-langkah kaki binatang mendekat, pemburupun mulai siaga penuh,
tetapi ternyata, ah... kijang.

Ia pun membiarkannya berlalu. Lama sudah ia menunggu, tetapi tidak ada rusa yang
lewat, sehingga ia tertidur. Baru setelah hari sudah sore, rusa yang ditunggu lewat.
Rusa itu sempat berhenti di depan pemburu, tetapi ia sedang tertidur. Ketika rusa itu
hampir menginjaknya, ia kaget. Spontan ia berteriak, "Rusa!!!" sehingga rusanya pun
kaget dan lari terbirit-birit sebelum sang pemburu menombaknya. Alhasil ia pulang
tanpa membawa apa-apa.

Banyak orang yang mempunyai idealisme terlalu besar untuk memperoleh sesuatu
yang diinginkannya. Ia berpikir yang tinggi-tinggi dan bicaranya pun terkadang sulit
dipahami. Tawaran dan kesempatan kesempatan kecil dilewati begitu saja, tanpa
pernah berpikir bahwa mungkin di dalamnya ia memperoleh sesuatu yang berharga.

Tidak jarang orang-orang seperti itu menelan pil pahit karena akhirnya tidak
mendapatkan apa-apa. Demikian juga dengan seseorang yang bergumul dengan
pasangan hidup yang mengharapkan seorang gadis cantik atau perjaka tampan
yang baik, pintar dan sempurna lahir dan batin, harus puas dengan tidak menemukan
siapa-siapa.

Berpikir sederhana, bukan berarti tanpa pertimbangan logika yang sehat. Kita
tentunya perlu mempunyai harapan dan idelaisme supaya tidak asal tabrak.
Tetapi hendaknya kita ingat bahwa seringkali Tuhan mengajar anak-Nya dengan
perkara-perkara kecil terlebih dahulu sebelum mempercayakan perkara besar dan
lagipula tidak ada sesuatu di dunia yang perfect yang memenuhi semua idealisme kita.  Tuhan memberkati.