Minggu, 24 Juli 2011

KISAH BAMBU DAN PETANI (ARTIKEL)


kisah BAMBU & PETANIARTIKELSeorang petani mempunyai sebuah kebun yang ditanami berbagai tanaman indah, kebun itu dijaga dipelihara, dengan sepenuh hati. Setiap hari ia menyiangi, merawat penuh kasih sayang dari sekian tanaman yang paling dicintai BAMBU. Tanaman itru indah, tumbuh berbaris, berjejer mengelilingi kebun seperti pagar kokoh yang melindungi tanaman lain, menjulang tinggi kalau ditiup angin tubuhnya bergoyang-goyang lembut dan daunnya gemerisik melantunkan lagu kidung merdu, siapapun yang mendengarkan pasti terpesona. Kalau hujan tetes – tetes air hujan menggelayut diujung-ujung daun seperti anting-anting berlian dipakai seorang gadis cantik, Diudara panas pohon bumbu yang rindang menaungi tanaman lain dari terik panas matahari.
Petani memandangi pohon bambu itu dengan sukacita ( petani sudah menghabiskan waktunya bertahun-tahun untuk merawat pohon bambunya; tumbuh hijau besar, kokoh, daunnya kuat,  kini sudah saatnya dipakai ).
Suatu hari petani mendatangi bambu itu :
P :   bambu Oh bambu yang baik “ aku bermaksud menggunakan mu
B :   dengan bahagia bambu menjawab “ aku telah siap, gunakan aku”
P :   aku harus menebang dan memotong tubuhmu
B :   kenapa harus dipotong? kau merawatku begitu cantik, bisakah digunakan tanpa
       dipotong ( melas sang bambu ) 
P :   kalau tidak dipotong, aku tidak dapat menggunakanmu
B :    Bambu terdiam sesaat , “LAKUKANLAH”
Setelah memotong-motongnya  dan ……………………………………………………………..
P :    aku harus memangkas ranting-rantingmu
B :    “kasihanilah aku “ pinta bambu
P :    kalau tidak dipangkas, aku tidak bisa menggunakanmu
B :    Sadar akan kasih sayang pak tani “OH TUANKU LAKUKANLAH”
P :   aku harus membelah tubuhmu
B :   tersungkur ditanah penuh penyerahan diri “BILA ITU YANG KAU KEHENDAKI , 
       LAKUKANLAH “
Setelah itu dengan hati-hati pak tani memanggul bambu itu kelembah bukit kesebuah mata air jernih, ia meletakkan satu ujung bambu untuk menampung air dan menyambung ujung bambu satu dengan yang satu terus memanjang sehingga menuju ke sebuah sawah padi yang kering.  Beberapa bulan kemudian padi menguning matang siap dipanen; saat itulah bambu menyadari karena kepatuhan, ketaatan dan pengorbanannya , ia telah menjadi penyambung hidup dunia semesta alam ini.    
Kita seperti bambu-bambu itu Tuhan merawat kita hingga kita tumbuh besar, kokoh dan siap digunakan. Akan ada kesakitan ketika kita hendak digunakan karena Tuhan menuntut ketaatan, kerelaan hati kita.  Tetapi ujung-ujungnya kita menjadi berkat banyak orang disekeliling kita, didunia ini. Amin.